Warning!
-a story filled with a confusing story
-likes and comments after reading
-this story does not follow any story (NO COPAS)
-sorry for the typo and happy reading!***
PrologSentuhan pelan dibahu menyentaknya, menyadarkan dirinya untuk segera beranjak dari tempat ini. Sekali lagi, dirapatkan tudung yang dipakainya sebelum menengok lagi kebelakang, meyakinkan hati untuk segera meninggalkan tembok yang begitu tinggi itu bersama kenangan didalamnya.
Melihat tidak ada lagi yang menahannya. Mata indah gadis ini terpejam sejenak, mencoba menekan perasaan yang menyesakkan. Dihembuskan nafasnya pelan seiring dengan kemantapan hatinya. Dia menengok kearah seseorang yang setia berada disampingnya, memberikan senyuman tipis bahwa ia baik-baik saja.
"Tunggu!"
Langkahnya otomatis berhenti. Salah satu tangan mengepal didepan dadanya. Suara kecil yang berhasil membuat seluruh tubuhnya gemetar, sebuah rengkuhan pelan dan bisikan menenangkan ia dapatkan saat itu juga. Kepalanya mendongak dan mendapati pria itu disampingnya, memberi senyuman dan mengatakan bahwa semua baik-baik saja.
Perlahan tubuhnya berbalik, melihat langkah kecil yang semakin cepat menuju kearahnya.
"Maaf mengganggu. Tapi ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu." Bulir keringat menghiasi kening anak itu. Tangan perempuan ini langsung bersembunyi dibalik jubahnya, mencegah agar tangan ini tidak bergerak untuk menghapus keringat itu.
"Apa yang mereka katakan tidak benar bukan?" suara khas anak-anak itu kembali terdengar -begitu manis.
"Apa?" Hanya bisikan kecil yang ia keluarkan, merasa tidak yakin anak itu mendengarnya atau tidak.
"Mereka bilang...mereka," suara itu terdengar ragu dengan kegelisahan yang bagi mata orang dewasa sangat lucu,"Mereka bilang kau ibuku, apa itu benar?"
"Menurutmu?"
"Bukan," kepala itu menggeleng, "Ibundaku adalah permaisuri. Aku tidak mengenalmu, bagaimana kau bisa menjadi ibuku?"
Melihat keteguhan itu mau tidak mau membuat hatinya ngilu.
"Benar, bagaimana bisa?" pertanyaan itu cocok diajukan untuk dirinya sendiri, pandangannya menerawang saat mengatakannya.
"Pangeran...sebelumnya kami minta maaf. Kami harus segera pergi." Suara seseorang yang tengah merangkulnya menyentak lamunannya.
Anak kecil yang dipanggil pangeran itu tampak tidak puas karena tidak mendapatkan jawaban apapun.
"Ayahanda! Dia bukan ibuku 'kan?!" Teriakan itu mengagetkan semua orang yang mendengarnya.
Pangeran kecil itu berbalik dan mendongakkan kepalanya, menuju bangunan tinggi yang didesain khusus melebihi tembok istana. Ternyata...sedari tadi seseorang tengah berdiri disana. Melihat setiap detail kejadian yang disuguhkan dengan diam.
Perempuan ini membalas tatapan yang ditujukan kearahnya. Begitu dingin dan tidak tersentuh. Sangat kelam dan begitu jauh untuk dijangkaunya. Hatinya mencelos saat tatapan itu diputus sepihak dan tanpa menoleh berbalik pergi mengabaikannya.
"Ayahanda! Ayah! Tunggu!" Pangeran kecil itu kembali berteriak dan berlari kedalam mengejar seseorang yang dipanggilnya ayah.
"Ayo pergi..." rengkuhan itu menuntunnya yang berdiri kaku, matanya terpejam dan air mata langsung lolos begitu saja. Perempuan ini terus melaju, terlalu takut untuk menengok kebelakang dan menggali lagi kenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL SULTAN √
Viễn tưởngCERITA INI TIDAK UNTUK MENJELASKAN SEJARAH APAPUN DAN AUTHOR TIDAK INGIN ADA PERDEBATAN SOAL HAL ITU. Selamat membaca! Kepuasan readers menjadi kesenangan tersendiri bagi author. DANKE -NuriApori-