Budayakan vote sebelum membaca 🌟
EL SULTAN : 47. Datang atau Tidak
"Kau siap?"
Awalnya Sivia tidak tahu maksud dari perkataan itu. Kaisar menggenggam tangannya dan menuntunnya keluar dari kereta kuda.
Heran. Itulah yang ada dalam fikiran Sivia. Mereka belum sampai di istana, mereka membutuhkan waktu tidak sedikit untuk menuju ketempat itu. Tapi, Kaisar memerintahkan untuk berhenti di tempat ini.
Pandangan Sivia mengedar. Tempat ini sepi dan asri. Tak ada rumah penduduk yang berjejer, seperti umumnya perkampungan. Kecuali bangunan besar yang tidak jauh berada didepannya. Terlihat seperti rumah, tapi terlalu besar jika disebut demikian.
"Ini dimana?" Tanya Sivia.
Kaisar menatap Sivia sekilas dan menarik gadis itu agar berjalan mengikuti tanpa memberikan penjelasan. Langkah Kaisar mantap, mereka berjalan beriringan dengan seorang pengawal yang mengikuti di belakang. Perjalanan mereka diselimuti keheningan sampai Kaisar menghentikan langkahnya persis didepan rumah.
Dua perempuan berpakaian rakyat biasa menyambut didepan, kemudian meminta izin untuk mengambil alih Sivia.
Sivia tidak serta merta mengikuti, dia tidak beranjak memilih menatap Kaisar.
"Ikutlah dengan mereka, aku menunggumu." Perintah Kaisar.
"Yang Mulia akan pergi?" Tanya Sivia melihat Kaisar berada didepan dan tidak ada niatan untuk masuk.
Kaisar merasa dejavu dengan situasi ini. Keadaan yang sama, tapi di tempat yang berbeda. Ingatannya langsung terlempar jauh beberapa waktu lalu. "Aku bisa saja melakukannya. Tapi, aku cukup waras untuk tidak menghancurkan pernikahan kita." Kaisar menjeda sejenak, "atau mungkin kau yang memilih untuk pergi lagi, Sivia?"
Sivia tertohok. Kepalanya menggeleng pelan. "Inilah waktu saya untuk membalas budi, saya tidak akan mengkhianati Anda, Yang Mulia. Saya meminta maaf jika perbuatan saya yang lalu sudah mengecewakan Anda."
Kaisar mencari kesungguhan dalam mata Sivia. Tangan Kaisar bergerak mengelus rambut Sivia. "Semua cacian dan hinaan para bangsawan kepadaku tidak sebanding dengan apa yang sudah kau berikan padaku."
Kaisar mengisyaratkan agar dua orang itu membawa Sivia masuk, "Para bangsawan itu, aku mungkin bisa mengatasinya. Masuklah...nanti aku akan menjemputmu."
"Anda akan pergi?" Sivia mengulang pertanyaannya.
"Nanti aku kembali." Kaisar tidak berniat menjelaskan lebih lanjut. Untungnya Sivia tidak menuntut banyak penjelasan dan memilih segera masuk.
Kaisar berbalik dan mendapati salah satu Kesatrianya sedang menunggunya. Kaisar mendongakkan kepala hanya untuk menemukan bentangan langit yang luas. Hari ini sangat cerah, tapi tidak secerah apa yang akan menantinya.
Setelah apa yang sudah ia lakukan.
"Yang Mulia, kita harus segera pergi. Tyroon sudah menunggu."
Kaisar menghela nafas dan berjalan, segala sesuatu membutuhkan pertanggung jawaban 'kan? Dan dia tidak bodoh untuk mengetahui apa yang Tyroon inginkan darinya.
***
Tyroon.
Nama kelompok itu tidak banyak diketahui oleh banyak pihak, karena Kaisar Alvin tidak mungkin membeberkan barisan pelindung Alenta menjadi konsumsi publik. Hal itulah yang menjadi alasan mendasar kenapa Tyroon masih dalam cap dengan sebutan kelompok daripada pasukan istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL SULTAN √
FantasyCERITA INI TIDAK UNTUK MENJELASKAN SEJARAH APAPUN DAN AUTHOR TIDAK INGIN ADA PERDEBATAN SOAL HAL ITU. Selamat membaca! Kepuasan readers menjadi kesenangan tersendiri bagi author. DANKE -NuriApori-