Budayakan vote sebelum membaca 🌟
⚠ Bacalah dengan seksama agar tidak menimbulkan gagal paham!
EL SULTAN : Epilog
Keringat memenuhi pelipis sosok yang begitu diagungkan di Alenta. Mulutnya tertutup rapat mencegah ringisan keluar saat beberapa luka ditubuhnya sedang diobati. Matanya tidak terpejam, kesadaran penuh mengambil alih dirinya sekarang.
"Bagaimana keadaannya?" alih-alih mengeluh sakit, Kaisar memilih kata itu menjadi kalimat pertama yang dikeluarkan setelah hiruk piruk yang terjadi.
Tabib Kawekas menghentikan kegiatannya membalut luka Kaisar sejenak untuk menoleh kepada sosok itu, "Saya sudah mengobatinya, mungkin sebentar lagi dia akan sadar."
"Seharusnya aku tidak seceroboh ini," sesal Kaisar sambil menatap dingin kearah lengannya yang sudah diobati oleh tabih Kawekas. "Melibatkannya, benar-benar rencana yang buruk."
"Tapi, Anda tidak bisa menolaknya bukan?"
Kaisar terdiam, secara tidak langsung menyetujui ucapan Tabib Kawekas. "Dia sangat keras kepala."
Tabib Kawekas terkekeh kecil, tangannya dengan cakap membereskan peralatan medis yang baru saja digunakannya. Langkahnya mengalun ke meja yang terletak tidak jauh dari sana, "Tidak ada bedanya dengan Anda."
Tatapan yang diberikan Kaisar setelahnya benar-benar tajam, Tabib Kawekas tidak ragu dengan betapa tersinggungnya sosok itu dengan ucapannya.
Tanpa menjawab Kaisar berdiri dari duduknya dan mengambil jubahnya untuk dikenakan sebelum berjalan keluar. Di luar beberapa orang sudah menunggunya dan memberikan salam hormat.
Tidak lama setelahnya seorang wanita datang sambil menggandeng tangan seorang bocah tampan yang berjalan tidak sabaran menuju kearahnya.
"Ayahanda!" Teriakan itu beriringan dengan tubuh kecil yang menghambur memeluknya. Sigap, Kaisar langsung berjongkok menyamakan tingginya. "Apa ayah baik-baik saja?"
"Tentu," jawab Kaisar sambil mengelus rambut putranya pelan, sebelum menenggelamkan tubuh kecil itu semakin dalam kepelukannya. Rasanya begitu tenang dan hangat, mencairkan ketegangan yang sempat melandanya beberapa saat lalu.
Menyadari seseorang berdiri tidak jauh darinya, Kaisar mendongak dan menatap wanita cantik itu. Beruntunglah putranya mempunyai seseorang yang menjaganya dengan baik. Kasih sayang yang didapatkan putranya oleh orang-orang disekelilingnya semoga membuatnya tumbuh menjadi sosok yang berbelas kasih.
Kaisar berdiri dan menggendong putranya sebelum kembali ke sosok wanita didepannya.
"Zahran..." Panggil Kaisar.
"Pangeran Bennedict terus-menerus merengek untuk bertemu dengan Anda." Balas Zahran setelah melakukan salam penghormatan dengan membungkuk setengah badan.
"Aku harap Ben tidak menyusahkanmu."
Zahran menggeleng, " Tentu saja tidak. Dia anak yang baik, Yang Mulia."
"Sebaiknya kita langsung pergi," Tabib Kawekas keluar dan mengintrupsi percakapan itu. Beberapa dayang mengambil alih kotak yang biasa diasumsikan orang-orang sebagai peralatan medis dari tangan Tabib Kawekas. "Yang lainnya juga sudah berada disana."
Kaisar terdiam setelah Tabib Kawekas berbicara, perasaan tidak tenangnya kini kembali datang. Tanpa ragu dia langsung melangkah dengan tergesa dengan Ben yang masih berada dipelukannya. Tidak ia pedulikan lagi orang-orang dibelakang yang mungkin tidak bisa menyusul langkah cepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EL SULTAN √
FantastikCERITA INI TIDAK UNTUK MENJELASKAN SEJARAH APAPUN DAN AUTHOR TIDAK INGIN ADA PERDEBATAN SOAL HAL ITU. Selamat membaca! Kepuasan readers menjadi kesenangan tersendiri bagi author. DANKE -NuriApori-