2. Pergi ?

4.8K 245 9
                                    




Sivia meringis pelan ketika lengannya yang sempat terkena bebatuan kecil sedang diobati oleh nenek Gyu. Nenek Gyu sibuk mengoleskan obat dari dedaunan yang sebelumnya telah ditumbuk sehingga menghasilkan getah dan getahnya lah yang digunakan untuk mengobati luka-luka ringan seperti yang sedang Sivia alami. Via kurang memperhatikan obat-obatan apa yang sedang nenek Gyu racik, setahunya obat itu lebih dari satu macam dan dia tidak ingin memusingkan soal hal itu karena teralihkan oleh lengannya yang  terasa perih ketika obat-obat itu dioleskan diatas lukanya.

"Kalau kau memanjat pohon lagi, bukan hanya luka yang kau dapat tapi juga lengan patah akibat keteledoranmu." Nenek Gyu mengambil kain panjang bersih, kemudian membalut lengan Sivia, agar obat yang sedang diberikan cepat bereaksi dan tidak menimbulkan efek samping yang berkepanjangan seperti meninggalkan bekas luka.

"Ini namanya kecelakaan, nek. Aku juga tidak ingin terluka seperti ini..aww!" Keluh Sivia dan sedikit menjerit ketika Nenek Gyu mengeratkan kain yang menutupi lukanya. Kali ini sepertinya Nenek Gyu benar-benar marah, Sivia langsung menundukkan kepala saat nenek Gyu memperhatikannya dengan intens, siap memakannya hidup-hidup.

"Nenek!" Kesal Sivia ketika nenek Gyu menyentil dahinya lumayan keras, membuat tangannya bergerak mengelus sentilan nenek Gyu yang bisa dibilang sakit.

"Gadis bodoh! Luka itu akan membutuhkan waktu lama untuk sembuh karena kau tidak langsung mengobatinya, ini sudah 2 hari sejak kau terluka. Terimalah hukumanmu!" Nenek Gyu beranjak dari kursi panjang yang sedang mereka berdua duduki. Dia tampak membereskan alat-alat yang baru saja digunakan untuk membuat obat dan berdiri sambil melihat Sivia dengan pandangan menyipit.

"Kau tidak boleh keluar kamar sampai lukamu sembuh, empat sampai lima hari kedepan! Nenek akan membawakan sarapan untukmu." Nenek Gyu meninggalkan Sivia yang hendak protes tetapi tertahan didalam tenggorokan karena nenek Gyu tidak membalikkan badan untuk menolehnya dan langsung pergi. Sivia menyenderkan badan dengan perasaan kesal. Hukuman ini lebih buruk dari yang Sivia bayangkan, dia bukan hanya tidak boleh keluar rumah tetapi ini, keluar kamar! Semoga saja dia tidak mati bosan di kamar ini.

"Baca buku yang ada dimeja!" Nenek Gyu berteriak dari luar kamar dengan suara yang lumayan keras, membuatnya mengelus dada. Takjub dengan suara nenek Gyu yang masih terdengar berstamina diusianya yang sudah renta.

"Iya nek," jawab Sivia seadanya sambil memejamkan mata tidak berniat menggubris perkataan Nenek Gyu. Dia menyenderkan kepalanya ke dinding kayu, berniat mengistirahatkan tubuhnya yang mulai lelah.

"Nenek tidak mendengarmu!" Terdengar teriakan lagi dari luar kamar.

"Iya nenek!" Seketika Sivia mengeraskan volume suaranya dan beranjak mengambil buku yang berada diatas meja. Dia tiduran di tempat tidur sederhana sambil membuka buku yang sudah Nenek Gyu siapkan dan mulai membacanya.

Nenek Gyu memang sangat cerewet.  Sivia pun menyadari kalau tingkah lakunya sering membuat nenek Gyu kesal setengah mati. Tapi, Sivia sama sekali tidak membenci atau menyesal telah dibesarkan oleh nenek Gyu. Kasih sayang nenek Gyu tersalurkan lewat ceramah-ceramah yang memenuhi telinga Sivia setiap paginya, itu pun bertujuan untuk membuat hidupnya lebih baik kedepannya. Tapi, untuk sekarang Sivia suka sekali membuat nenek Gyu marah dan jengkel. Kapan lagi dia bisa mendengar nenek Gyu berteriak-teriak dengan kekuatan supernya itu. Biarlah rumah ini lebih berwarna dengan tingkah-tingkah konyol yang Sivia lakukan.

Sivia tersenyum tipis




Sivia sayang nenek





***




EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang