50. Kisah (2)

2.5K 155 22
                                    

Vote yaa 🌟


EL SULTAN : Kisah (2)

























"Pergilah sejauh mungkin. Pergilah ke tempat dimana Kaisar tidak bisa menemukanmu."


Sivia mengerjap hanya untuk menyadari bahwa perkataan Andryos tidak menunjukkan lelucon. Sivia tertawa hambar sambil menatap Andryos. "Aku datang bukan untuk pergi lagi, Andryos. Aku tidak bisa, aku pernah meninggalkannya, dan aku tidak akan melakukan hal yang sama."

Andryos bersedekap dengan pandangan tidak percaya. Seharusnya dia tidak lupa, wanita didepannya ini pasti memiliki sisi keras kepala. "Aku mengusirmu, bukan memberikan pilihan."

"Aku...tidak bisa." Sivia menggeleng sekali lagi. Kesalahannya dulu yang membuatnya pergi meninggalkan Kaisar, jika dia kembali melakukan hal bodoh itu, tidak dapat dihitung seberapa besar penyesalan yang akan menghampirinya.


"Kita tidak tahu berapa lama lagi Kaisar akan bertahan dengan racun didalam tubuhnya." Tutur Andryos. Tangannya bergerak mengambil sesuatu di kantong celananya, "Aku akan memberikan penawar ini, setelah kau pergi."


"Andryos..." pinta Sivia.


Andryos membalas tatapan Sivia dengan jengkel. Pemuda itu menarik nafasnya berat, "Seluruh negeri akan membencimu jika tahu bahwa kau secara tidak langsung membuat Kaisar meregang nyawa. Setiap detik yang kau gunakan untuk melawanku sekarang, akan menjadi detik penyesalan seumur hidupmu. Dimana detik-detik ini yang sudah mengantarkan Kaisar kepada ajalnya."

Kata-kata Andryos membuat Sivia memejamkan mata nyeri. Detak jantungnya mulai menggila, ditengah kebimbangannya untuk menyelematkan Kaisar dengan risiko kehilangan sosok itu. Sivia tidak siap pada semua pilihan yang mungkin bisa dilakukannya.

"Kaisar terluka karena bertarung dengan anggota Tyroon." Jelas Andryos yang lagi-lagi membuat Sivia terkejut. "Kau tidak mungkin se-egois itu membuat Kaisar harus melawan barisan pelindungnya sendiri. Barisan yang dulunya ia lindungi mati-matian harus menjadi lawannya hanya karenamu. Prajurit yang mencoba menghancurkan kami tidak berarti apapun di banding Kaisar yang melakukannya, dan Tyroon benar-benar akan memburumu. Kami akan melenyapkan siapapun yang membuat Kaisar menjauh dari kami. Pergilah, saat aku memintanya baik-baik padamu."

Kalimat panjang Andryos masuk dengan baik kedalam otaknya. Tangan Sivia terkepal dengan erat, menguatkan segala hal yang bisa menjadi penguat untuknya. Waktu terus berjalan dan Sivia dituntut untuk segera memberi kepastian.



Dia harus bisa!


Sivia membuka mata dan menyadari air mata mengalir seiring tarikan nafasnya yang memberat disusul isakan yang keluar dari mulutnya. Sivia menunduk dan membawa kepala Kaisar kedalam pelukannya.


Kehangatan ini pasti akan ia rindukan. Sivia tidak dapat menahan bahunya yang bergetar sanking kerasnya ia menangis.




Kaisar harus selamat!



Berulang kali kalimat itu ia dengungkan agar direspon dengan baik oleh otaknya. Tapi, sepertinya tidak dengan hatinya. Degup itu berdentum keras dihatinya dan Sivia tidak yakin perasaannya sekarang bisa utuh. Hancur, pelindung atau apapun yang ia gunakan sebagai benteng pertahanan sudah hancur sekarang.

"Maaf," lirih Sivia, kembali ia mengambil nafas dengan susah payah. "Maafkan saya yang kembali membuat Anda kecewa, Yang Mulia. Saya harus pergi. Itu...itu lebih baik daripada Anda yang harus meninggalkan dunia ini."

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang