21. Rahasia

2.5K 154 17
                                    

WARNING!!!!

JADILAH PEMBACA YANG BIJAK, TIDAK DIPERUNTUKKAN BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR, KALO MAKSA, DOSA DITANGGUNG SENDIRI! SELAMAT MEMBACA :)
















EL SULTAN : 21. Rahasia














Burung terbang terarah
Langit biru mendamba
Menutup kelabu awan
Melahirkan rasa dahaga
Kami burung-burung kecil tertawa
Bergerombol penuh asa
Untuk saya, saya, dan mereka
Menembus surya kembali pulang

···

S

uara tawa renyah penghias kesunyian. Pohon-pohon besar  menangui dengan dedaunan yang melambai. Matahari bersinar terang tapi tidak membakar, suasana tenang yang seakan didamba.

Dua gadis kecil nampak duduk dibawah pohon. Dengan salah satu buku yang dipangku si pemilik gaun hijau. Gadis satunya terlihat tertarik dengan sedikit mencondongkan tubuhnya untuk memperhatikan isi buku yang sedang keduanya baca.

"Untuk saya, saya, dan mereka." Gadis gaun hijau mengulangi "menurutmu berapa kiranya burung-burung kecil yang tertawa?"

Gadis satunya malah tersenyum sampai menunjukkan gigi putihnya "Aku tidak tahu. Menurutmu?"

"Aku bertanya padamu, Via."

"Kalau kau bertanya padaku. Lalu, aku harus bertanya kepada siapa? Oliv? Hahaha..."

Gadis gaun hijau itu mengalihkan perhatian kepada gadis yang tidak berhentinya tertawa. Oliv? Demi langit! Teman mereka yang satu itu akan memilih menyulam sehari penuh daripada menjelaskan isi buku ini.

"Berapapun jumlah mereka, yang aku tahu mereka hanya terbang kesatu arah" Jelas Sivia sambil menunjuk sebaris kalimat.

"Pulang, arah mereka adalah jalan pulang." Sahut gadis bergaun hijau sambil tersenyum kemudian tangannya bergerak untuk menggenggam tangan Via, membuat si empunya memandang heran "Kalau aku tersesat, kemana aku harus pulang?"

"Kenapa harus tersesat?"

"Tidak tahu. Pengandaian Via, kalau saja aku tersesat."

Sivia terlihat berfikir kemudian tersenyum cerah "Aku bisa menjadi tempatmu pulang!"

"Tapi aku tersesat, Via."

Sivia ikut menangkup tangan gadis bergaun hijau "Kalau kau tersesat, aku yang akan mencarimu dan membawamu pulang."

Gadis gaun hijau itu berkaca-kaca sebelum setetes air mata meluncur dari sudut matanya "Aku juga akan menjadi tempatmu pulang."

"Tidak usah," Sivia menggeleng "Tempatku disini, aku tidak akan pergi kemana-mana."

Gadis bergaun hijau itu memeluk Sivia dengan erat. Tangisnya semakin kencang, dan punggung dinginnya tiba-tiba terasa hangat saat Sivia menepuk punggungnya pelan mencoba menenangkan.

"Aku akan menjagamu. Aku akan berusaha agar orang-orang jahat itu tidak bisa mengambilmu. Kau punya aku. Jika kelak kau tersesat, percayalah...aku selalu ada, dimanapun kau membutuhkanku."

"Terimakasih, Via." Cicitnya

"Hanya untukmu, Keea."



'Hanya untukmu Keea'



EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang