32. Sesuai Rencana

2.1K 152 21
                                    

Budayakan vote sebelum membaca 💕


EL SULTAN : 32. Sesuai Rencana









Sambil dipapah oleh dua orang dayang, Sivia berjalan menuju ke kediamannya. Pandanganya sama sekali tidak fokus kedepan, yang ia lakukan hanya menunduk melihat tanah, membiarkan dayang-dayang itu pergi membawanya.

Seperti mengikuti arah yang ditujukan kepadanya, Sivia juga ingin mengikuti takdir yang digariskan untuknya. Tapi, jika yang ia hadapi seperti ini, dia tidak mau melakukannya.

Belum ada kepastian

Sivia tahu hal itu dengan baik dan ia tidak berani melangkah maju. Dia terlalu takut untuk mencari kepastian itu. Masa depan yang jika dibolehkan tidak ingin ia hadapi.

Kedua dayangnya berhenti dan membuyarkan lamunan Sivia. Kepalanya mendongak hendak mencari tahu apa yang terjadi karena dalam perkiraannya Istana Rose tidak sedekat ini. Tapi, mulutnya tiba-tiba bungkam saat dia tahu alasan kenapa mereka berhenti.

"Kebetulan sekali saya berjumpa anda disini dan anda terlihat kurang...." ucapan itu menggantung disusul alis yang terangkat "baik?"

"Salam Ksatria Rey." Dayangnya menyahut sambil membungkuk dan memberi salam, tidak terlalu sempurna karena mereka tengah memapah Sivia.

"Nona?" Ulang Ksatria Rey mendapati Sivia enggan menyapanya.

Sivia terpaksa mengangguk sedikit tidak ingin berbicara lebih jauh. Ia mengisyaratkan kepada dayangnya untuk segera pergi dari tempat ini, karena sejujurnya Sivia sama sekali tidak ingin bertemu dengan pria itu, apalagi dengan keadaan seperti ini.

"Kenapa terburu-buru? Apa ada masalah?" Tanya Ksatria Rey.

"Tidak." Jawab Sivia seadanya dan berniat melangkah.

"Anda terlihat kurang sehat. Apa anda sakit, nona?" Ksatria Rey kembali berucap dan menghentikan langkahnya.

Sivia jengah dan menatap Rey tajam, "Aku baik-baik saja."

"Maaf sudah mengganggu perjalanan anda," Ksatria Rey meminta maaf tanpa raut wajah penyesalan sama sekali, "anda terlihat tidak senang saat -"

"Sebenarnya apa maumu?" Sivia memotong dan mendapati Rey tengah menatapnya dengan senyum kemenangan. Ia kemudian melepas rangkulan ditangannya dan menyuruh dayangnya menjauh dari sini, Sivia tidak ingin menambah skandal baru tentang betapa tidak akrabnya pria itu dengannya.

Rey berdecak dan tidak ada wajah penuh kebaikan seperti yang ditunjukkan kepadanya tadi, "Kau tahu benar apa mauku, Nona Almeta."

Tidak ada kesan formal karena Rey mulai berbicara dengan biasa.

Sivia tidak ingin mendengar hal itu. Rey berulang kali sudah mengatakan kepadanya, menyuruhnya menjauh dan segera pergi dari istana. Sivia sudah hafal, setiap ejaannya dengan teliti.

Keea

Otak dan tenaganya habis untuk memikirkan gadis yang entah bagaimana kabarnya itu. Apa yang sudah pria didepannya ini lakukan kepada Keea nya? Sivia merasa egois karena tidak kunjung memberi jawaban kepada Rey untuk pergi darisini, tapi disisi lain dia tidak bisa melupakan janji Kaisar untuk melindungi Keea-nya. Secuil harapan masih ia berikan kepada sosok penguasa itu.

"Sepertinya pembahasan tentang Keea sudah tidak menggugah hatimu lagi 'kan?" Sivia hendak memprotes saat Rey mengisyaratkan kepadanya untuk diam, pria itu menggeleng tanda belum selesai berbicara. "Tapi ingat baik-baik hal ini..."

Pria itu mendekat dan memegang kedua bahunya, secara tidak langsung menyuruh Sivia untuk membalas tatapan mata itu dan mendengarkan pria ini baik-baik,

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang