31. Persiapan

2K 140 16
                                    

Budayakan vote sebelum membaca🌸










31. Persiapan




"Kurma menjadi kegemaran baru penduduk Alenta untuk dikonsumsi. Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan akan kurma semakin besar di negeri ini." Seorang pria yang tidak lagi muda ini berbicara dengan santai.

Lawan bicaranya hanya diam menyimak sambil memperhatikan sekelilingnya yang ramai. Kedai yang berada di pusat ibukota Alenta ini memang terkenal, para pelancong biasanya menyempatkan waktu kemari untuk menikmati kopi khas yang rasanya tidak akan bisa dijumpai di negeri manapun. "Pajak di negeri ini lumayan tinggi, kami kesulitan untuk menjual kurma disini."

"Bukan masalah baru, Alenta benar-benar ketat akan peraturan itu. Pihak istana membuat peraturan agar barang-barang dari luar tidak sembarangan masuk." Pria tua itu menyesap kopi yang mengepul dihadapannya. Pakaian bagus yang dikenakan pria tua itu tidak mencerminkan tingkah lakunya yang serampangan. Sudah jelas, pria tua itu hanya seorang pedagang yang bertingkah layaknya bangsawan. "Tapi bukankah hal itu setimpal dengan tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi? Saya bisa melihat hal itu sebagai suatu keuntungan, Tuan Humood."

Humood, pria itu menaikkan sebelah alisnya dan menggeleng "200 ton, kami tidak berani mengirim lebih dari itu."

Pria tua itu terlihat tidak senang "Saya berharap anda mempertimbangkannya kembali. Saya tidak melihat adanya kerugian dari sisi manapun. Masalah pajak sa-"

"Bukan itu," sela Humood "Kami juga berani mengambil resiko jika keuntungan yang kami dapat setimpal. Tapi, semakin banyak yang kami kirim, maka semakin sulit perijinan yang harus kami lalui. Kami tidak punya waktu untuk mengurusi hal semacam itu sementara negeri lain sudah siap menerima kami dengan tangan terbuka."

"Saya sudah lama menjadi perantara perdagangan disini." Pria tua itu terlihat meyakinkan, "para pegawai istana dibawah kementrian perdagangan, hampir semua mengenal saya. Saya bisa membantu anda untuk mengurusi hal itu."

"Berapa lama?"

"Mungkin dalam lima hari semuanya akan ber-"

"Itu terlalu lama," potong Humood "kami tidak punya waktu sebanyak itu."

Pria tua itu tampak mengerutkan kening, "Jika anda mau terlibat langsung, dalam dua hari semuanya bisa diurus."

"Kami harus datang secara langsung ke istana?" Tanya Humood memastikan.

Pria tua itu mengangguk, "Jangan khawatir, ada saya yang bisa memandu anda untuk mengurusi semuanya secara cepat, karena secara tidak langsung saya yang bertanggung jawab menjualnya."

Humood memasang wajah berfikir, "Aku tidak bisa memberi kepastian," wajah pria tua itu mengerut tidak suka dengan perkataannya "Tapi, aku akan mengatakan hal ini kepada Tuan Ali, dia yang berhak memutuskan."

"Jadi, anda setuju?"

Humood merapikan pakaiannya dan berdiri, menyisir pandangannya sejenak dan tatapannya berhenti kepada pengunjung yang berada dipojok kedai, pria yang tengah mengangkat sebelas alis sebagai jawaban atas tatapannya.

"Tuan Ali akan mempertimbangkannya." jawab Humood tanpa menoleh.

"Saya menunggu kabar baik dari anda."

Humood menggangguk sekilas dan berjalan pergi setelah melihat pria yang berada di pojok kedai melangkahkan kaki keluar dari kedai. Setelah berada di luar Humood melihat pria tadi tengah bersender di tembok sambil melihat kedepan.

"Bagaimana?" Tanya pria itu tanpa basa-basi.

"Kita bisa masuk kedalam istana." jawab Humood.

Pria itu tersenyum tipis dibalik cadar hitamnya "Jangan membuat pria didalam menunggu terlalu lama."

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang