18. Dalang

2.2K 152 9
                                    


EL SULTAN : 18. Dalang









Darah...



Goresan...


Teriakan....


Luka....





Sreeekkk

Lolongan keras terdengar, sayatan pisau menganga lebar menghiasi paha si pemilik suara.

Ksatria Rey tersenyum sadis, dia mengangkat pisau berlumuran darah tepat diwajah pria yang sedang duduk terikat dikursi.

Ksatria memandang pisau itu dan tersenyum saat hasil karyanya begitu indah menari-nari disetiap bagian tubuh pria itu. "Wajahmu belum aku lukis,"

Pria yang terikat itu memandang pisau didepan wajahnya dengan pucat pasi, wajahnya babak belur dan Ksatria didepannya hendak menambahinya dengan sayatan-sayatan yang sudah diterima bagian tubuhnya yang lain terlebih dahulu "Jangan! Jangan lakukan itu, Ksatria! Saya mohon! Ksatria tolong!"

"Aku harus menyelesaikan karya seniku," jawab Ksatria.

Pria itu menggeleng keras sambil mengeluarkan air mata "Saya akan mengaku! Saya akan mengatakan kepada anda siapa pelakunya! SAYA BERSUMPAH!"

Ksatria Rey tertawa hambar dan mulai menempelkan besi dingin itu di pipi si pria "Aku bahkan belum menggunakan pedangku, ini hanya alat dapur."

"KSATRIA REY, SAYA MOHON!!"


Tanpa menggerakkan pisau itu Ksatria Rey berucap "Aku sudah tahu bahkan sebelum kau memberitahuku. Jadi, tidak ada lagi yang bisa kau tawarkan."

Ksatria Rey menggerakkan sedikit pisau itu dan menciptakan goresan yang mulai mengeluarkan darah.

Dengan nafas memburu dan rasa sakit yang mendera wajahnya, pria ini berteriak "MEMANG BENAR BRANIK YANG MEMERINTAH SAYA!! TAPI SAYA BERSUMPAH! DEMI LANGIT! BRANIK TIDAK MERACUNI PERMAISURI! SAYA TIDAK DIPERINTAHKAN UNTUK MELAKUKANNYA! TIDAK! TIDAK PERNAH!"

Gerakan Ksatria Rey berhenti, ditatapnya wajah kisut pria itu. Dengan posisinya yang sejajar sedari tadi, Ksatria Rey dapat melihat detail itu dengan teliti sebelum dia berucap rendah "Meskipun perkataanmu benar,tapi tindakanmu dengan menyerang dayang telah mengancam nyawa Permaisuri. Aku tidak mungkin berhenti, lukisan ini harus diselesaikan...sekarang~"

Ksatria Rey menekan pisau ditangannya sambil bergerak di permukaan wajah pria itu, dan suara teriakan kemudian menggema menjadi lagu yang menemani Ksatria Rey disini.









***







Air teh didalam cangkir nampak mendingin. Mungkin, teh ini menjadi cerminan tentang perasaan yang sedang menguar di ruangan ini.



Begitu dingin dan beku



Wanita yang sudah tidak lagi muda ini mengepalkan salah satu tangannya diatas meja dengan mata menatap lurus kedepan, kepada orang lain yang juga berada disini.


"Hancur...semua rencana kita hancur," desis Ibu Suri

Pria tua didepannya ikut menatap Ibu Suri dengan pandangan yang sama, kekecewaan, kemarahan, dan kecemasan.


"Ini sudah diluar rencana Ibu Suri," sahut Mentri Villy "Kita sama-sama berharap bahwa ramuan itu dapat mempermudah segalanya, untuk Permaisuri, dan segala hal yang bisa menyelamatkan kita di masa depan. Tapi...."

"Ini sudah berada di luar prediksi," potong Ibu Suri "Keracunan? Lelucon apa itu?!!"

Menteri Villy mengangguk setuju "Lebih parahnya, Branik memanfatkan keadaan ini untuk berbalik menyerang kita."

"Sampah busuk itu!" Ibu Suri menggeram.


"Nanti...." Menteri Villy juga merasakan kemarahan yang Ibu Suri alami "Kita akan membalas Branik, nanti. Yang harus kita lakukan sekarang adalah membereskan semua kekacauan ini. Jika Kaisar sudah bertindak, kita tidak punya celah lagi untuk bersembunyi, dan Rey...bocah itu sama sekali bukan berada di pihak kita! Aku berani bertaruh, dia bahkan sanggup menghabisi klannya sendiri jika sesuatu sudah mengusiknya."

Ibu Suri diam, menyetujui ucapan Menteri Villy. Sial! Obat dari luar istana yang dikiranya manjur itu malah membawa musibah bagi mereka!







***







Permaisuri berjalan termenung sambil memandangi bunga-bunga yang menghiasi Istana. Dia berjongkok dan mengamati bunga itu. Tangannya bergerak lembut mengusap kelopak bunga, takut-takut jika gerakan kasarnya dapat menghancurkan kelopak ini.

Tidak lama kemudian, sambil menghela nafas dalam Permaisuri bangun dan pemandangan yang berada tidak jauh darinya berhasil menarik perhatiannya.

Seorang gadis tengah berjalan santai sambil memeluk tumpukan buku didepan dadanya, setelah cukup dekat wajah gadis itu membulat terkejut saat menatapnya.

Gadis itu membungkuk hormat "Salam, Permaisuri."


"Sivia," Permaisuri seolah terbiasa memanggil nama gadis itu tanpa embel-embel, setelah tubuh Sivia kembali tegak, Permaisuri dapat melihat wajah cerah itu dengan jelas. Inikah hal yang membuat Kaisar tertarik padanya? Pesonanya, sungguh! Tidak ada yang tidak tertarik dengan pesona yang gadis itu keluarkan "Sungguh kebetulan dapat berjumpa denganmu. Bolehkah aku tahu, darimana dirimu?"

"Maaf Yang Mulia. Saya baru saja dari kediaman Tabib Kawekas."

"Untuk memeriksakan diri?"

"Ya, Yang Mulia."

"Dan buku itu?" Tanya Permaisuri penasaran.


Gadis terdiam sejenak, entah kenapa Permaisuri dapat melihat keengganan dari gadis itu "Saya...belajar."





Gadis yang cerdas



Permaisuri menatap gadis itu dengan fikiran yang melayang kemana-mana "Baiklah, senang bertemu denganmu."

Permaisuri berjalan melewati Sivia.

"Permaisuri..."

Panggilan itu membuat langkahnya berhenti, dia berbalik untuk melihat Sivia yang tidak seberapa jauh darinya. Permaisuri diam, menunggu gadis itu untuk bicara.

Suara itu terdengat pelan tapi masih bisa direspon otaknya dengan baik.




"Bolehkah saya mengenal Ksatria Rey lebih dekat?" Gadis itu dengan tekad kuat menatapnya "Maaf jika permintaan saya terdengar lancang. Tapi, bolehkah?"


Permaisuri kembali berfikir, apakah tindakannya mendekatkan kakaknya dengan Sivia adalah hal benar atau tidak? Dan sebuah jawaban langsung menguar di batinnya.

Tidak...tidak boleh Sivia














Tbc

S. Malam!

Baru sempat ngetik jm 9-an tadi. So...mohon maaf jika hasilnya ala kadarnya. Buttt...sungguh! author sudah berusaha nyempetin waktu buat nulis ini. Andd then, Maaf atas kesalahan entah penulisan dsb.

Mau balik ke tugas sekolah dulu yeee *aslinyaudahngantukBANGETTT but enjoy-in aja lah :) Kewajiban harus dilaksanakan dan itu sebuah amanah, sebagai pelajar kita harus menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya, right?

Bagaimana part ini?????
Vote+Commenttt jangan lupakan!

Danke

NuriApori

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang