15. Patah

2.4K 161 10
                                    

EL SULTAN : 15. Patah

"Setelah Permaisuri memakan kudapan, beberapa menit kemudian beliau langsung tumbang."

Kaisar mendengarkan dengan serius penjelasan dari Ksatria Rey. Sebagai kepala keamanan istana, sudah sepantasnya Kaisar menunjuk Ksatria Rey untuk menyelesaikan kasus ini, terlepas dia kakak Permaisuri atau tidak, Ksatria Rey harus tetap menjalankan tugasnya dengan baik.

"Aku tidak tahu, kenapa kita bisa kecolongan." Kaisar Alvin bergumam rendah "dan kenapa Permaisuri keracunan? Padahal, dayang yang mencicipi makanan permaisuri masih baik-baik saja sampai sekarang."

"Makanan yang permaisuri makan sudah saya periksa, Yang Mulia." Sahut suara lain ditempat ini, Tabib Kawekas kembali mengatakan hal yang diketahuinya "Makanan itu tidak beracun. Saya sudah melakukan uji coba bersama Tabib lainnya, dan kami sepakat untuk menyimpulkan hal yang sama."

"Lalu, apa yang sebenarnya terjadi disini?" Tanya Ksatria Rey, mata Ksatria itu menajam, tangannya mengepal erat. Adik kesayangannya keracunan, bagaimana bisa dia diam begitu saja?

Zahrannya sudah bertarung dengan maut

Ksatria Rey tidak sanggup membayangkan hal itu.

Lagipula, penyelidikan tentang penyerangan dayang di gedung obat masih dia lakukan. Ksatria tidak ingin menuduh siapapun disini, terlepas dari dia golongan Nay atau bukan. Tidak dipungkiri, Branik merupakan satu-satunya tersangka yang wajib dicurigai. Nay ataupun Branik sama-sama golongan yang berebut kekuasaan didalam istana, tidak jarang mereka mengeluarkan cakar untuk saling menghabisi satu sama lain.

"Saya tidak ingin menaruh kecurigaan terhadap siapapun," ksatria Rey berucap dan kini lebih tenang "Tapi, jika menyelidiki suatu hal, sudah sepantasnya bukan kita curiga?"

"Aku harap kau lebih mengedepankan otakmu daripada tindakanmu, ksatria." Ucapan Kaisar tidak kalah tenang. Kesatria Rey merupakan pria yang sangat cerdas, kalau tidak bagaimana mungkin Kaisar tetap mempertahankan pria itu disisinya? Sayangnya, aura membunuh yang Ksatria itu keluarkan harus ditekan kuat-kuat.

Permaisuri adalah kesayangan Ksatria Rey, tidak mungkin Ksatria membiarkan siapapun melukai kesayangannya.

"Saya tidak tahu sejak kapan hati anda selembut ini, Yang Mulia." Ksatria tersenyum tipis "Yang saya tahu, kita berdua sebenarnya tidak jauh berbeda."

"Mulut lancangmu sama sekali tidak membuatku terkejut, Rey." Kaisar bersender dipunggung kursi yang lembut "Sebenarnya tentang membunuh, menghancurkan, dan sebagainya. Setahuku, tidak ada kata larangan yang keluar dari mulutku. Kau boleh melakukannya, tentu saja setelah melakukan prosedur yang benar dan bukti yang didapatkan."

"Sejak kapan anda begitu patuh dengan peraturan, Yang Mulia?"

Kaisar menatap dingin Ksatria Rey, "Sejak manusia seperti kita membutuhkan pemikiran rasional sebelum melakukan suatu tindakan."

"Jika saya berhasil menemukan pelakunya. Bolehkah saya yang menghabisinya, Yang Mulia?"

"Ketahuilah, Rey. Amarahku jauh lebih besar darimu. Dia permaisuriku. Mengancam nyawanya sama dengan mengancam nyawaku."

"Kalau begitu, saya bersedia berbagi dengan anda, Kaisar. Dalam hal penghabisan, tentu saja." Ksatria Rey sedikit berbisik dengan kata terakhir yang dia lontarkan.

"Lakukan saja tugasmu dengan baik." Suatu titah yang sudah Kaisar tetapkan, dan tidak ada seorangpun yang berani untuk membantah.

Ksatria Rey berdiri dari posisi duduknya. Dia membungkuk hormat, berpamitan untuk pergi, dia juga sempat menoleh kearah Tabib kawekas sejenak.

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang