EL SULTAN - 5. Dayang Istana
Sivia berdiri diatas jembatan yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiam saat ini. Kedua tangannya menggenggam erat pinggiran jembatan yang terbuat dari besi berlapis emas. Menengok kearah bawah, taman bunga berjejeran rapi sesuai jenis bunga yang dikembangbiakkan di tempat ini.
Pendengarannya terusik oleh suara langkah yang semakin mendekat. Dia berbalik menghadap jalan setapak yang menuju kearahnya.
Dua orang berkuasa yang ditemuinya kemarin terlihat berjalan dengan sang penakluk yang berada didepan, menunjukkan seberapa tinggi kedudukannya.
Dia membungkukkan badan kepada dua orang yang sekarang mulai mengambil tempat disebelahnya. Pria berbaju putih yang selalu menebarkan senyum dan pria berjubah emas yang tampak berwibawa dan angkuh, sang kaisar.
"Aku fikir ini saat yang tepat untuk mendengar keputusanmu." Kaisar tidak berbasa-basi dan langsung mengatakan tujuannya kemari.
Sivia tertunduk, memainkan jarinya dengan gugup. Pembicaraannya dengan kaisar tadi malam berhasil membuatnya kelimpungan. Dia bahkan tidak tidur semalaman.
"Sa..sa...ya..."
"Terakhir kali kudengar kau bukan orang gagap." Dia bahkan tidak berani berucap lagi. Kaisar terdengar dingin dan tidak tersentuh. Kaisar bahkan tidak menatapnya sama sekali dan memilih menatap hamparan bunga.
"Jangan menakutinya kaisar." Sahut suara ramah membuat Kaisar menoleh dengan tidak suka, tapi kali ini kaisar memilih diam, tidak menanggapi perkataan Tabib Kawekas.
Tabib kawekas menghampirinya dan memberi isyarat agar dia mendongak.
"Ini kesempatanmu untuk merubah nasib. Kau bisa merasakan keuntungan jika kau tinggal disini." Tabib Kawekas berbicara lebih hati-hati dan lembut, membuat Sivia berani untuk menanggapinya.
Sivia menatap wajah bersahabat itu. "Apa tidak masalah? Mak..sud saya, orang seperti saya tinggal diistana."
Keraguan itu bisa ditangkap oleh Tabib Kawekas, dia meyentuh pundak Sivia dengan hati-hati. "Kesempatan tidak akan datang dua kali, kaisar memilihmu dari banyak gadis pembawa persembahan secara khusus, dia bahkan mau repot-repot datang kemari. Kau lihat betapa baiknya dia sebagai kaisar?"
Sivia mengangguk, meskipun sikap kaisar cenderung kurang bersahabat. Tapi, kebaikan hatinya terhadap rakyat rendahan seperti dirinya patut diberi pujian.
"Kenapa anda dan Kaisar memilih saya?"
"Anggap itu sebagai keberuntunganmu." Tabib Kawekas tersenyum.
Dia melirik kearah Kaisar dari samping dan kembali berpaling kepada tabib Kawekas. Dia memantapkan hati dan menelan ludah gugup.
"Sa..ya bersedia tinggal di istana. Saya bersedia menjadi dayang istana."
Hening...
Semuanya tampak mencerna perkataan itu dengan sungguh-sungguh."Kita harus pergi Tabib Kawekas." Suara Kaisar mengintrupsi, dia terlihat cukup puas dengan apa yang didengarnya.
Tabib Kawekas mengangguk patuh dan mempersilahkan Kaisar berjalan mendahuluinya. Dia melirik sebentar kearah Sivia yang sedang membungkuk hormat, mulutnya membentuk senyuman tipis. Perjalanan gadis itu dimulai dari sekarang, apa yang akan terjadi pada gadis itu kedepannya?

KAMU SEDANG MEMBACA
EL SULTAN √
FantasyCERITA INI TIDAK UNTUK MENJELASKAN SEJARAH APAPUN DAN AUTHOR TIDAK INGIN ADA PERDEBATAN SOAL HAL ITU. Selamat membaca! Kepuasan readers menjadi kesenangan tersendiri bagi author. DANKE -NuriApori-