13. Tragedi (2)

2.4K 160 17
                                    


EL SULTAN : 13. Tragedi (2)

Tabib Kawekas dengan cekatan memasukkan beberapa tumbuhan obat-obatan kedalam air hangat di dalam mangkok. Ia aduk-aduk perlahan sampai warna air berubah keruh, kemudian dia mengambil saringan dan menyaring air itu kedalam mangkok lain sehingga bersih dari ampas.

"Kenapa kita tidak memasak bahan-bahan itu saja, Tabib?"

Tanpa menoleh kearah tabib lain disampingnya, Tabib Kawekas menjawab "Tumbuh-tumbuhan ini jika dimasak dengan air mendidih kandungannya akan langsung larut kedalam air, air akan cepat berwarna pekat bukan keruh, jika sudah berwarna pekat air ini bukan menjadi obat, malah berubah menjadi racun."

Tabib ini mengangguk paham, setelah Tabib Kawekas selesai dengan ramuannya dia mengambil alih tugas dengan membersihkan peralatan yang selesai di pakai oleh Tabib Kawekas.

Tabib Kawekas berjalan menghampiri peraduan permaisuri "Yang Mulia, ijinkan saya memberikan ramuan ini kepada Permaisuri."

Kaisar Alvin menyingkir dan membiarkan Tabib Kawekas mengambil alih tempatnya.  Tabib langsung duduk disebelah permaisuri yang sudah membuka mata, wajah perempuan itu masih pucat dengan pandangan sayu.

"Anda sudah lebih baik permaisuri," sapa Tabib Kawekas dan dibalas senyum tipis oleh permaisuri "Obat pertama yang saya berikan tadi sepertinya sudah bekerja, racun itu sudah berangsur menghilang. Untunglah anda cepat sadar."

"Terimakasih, Tabib." Sahut permaisuri dengan lemah "Itu apa?" Pandangan Permaisuri beralih kepada mangkok kecil yang dipegang tabib.

"Ini ramuan untuk kekebalan tubuh anda, mencegah hal buruk jika keadaan anda melemah. Saya juga mencampurnya dengan ramuan yang bisa memulihkan tenaga anda. Permaisuri pasti lelah sudah muntah darah sedari tadi."

Permaisuri tersenyum tipis dan mulai meminum ramuan itu dibimbing oleh Tabib Kawekas.

Selesai dengan tugasnya Tabib Kawekas berbalik dan mendapati Kaisar yang tengah memandangnya serius "Permaisuri akan berangsur membaik," jelas Tabib Kawekas "Beliau hanya butuh istirahat. Sebaiknya kita semua pergi dan membiarkan Permaisuri beristirahat."

"Aku akan menunggunya disini."

"Kaisar," ucap Tabib Kawekas dengan sedikit penekanan "Saya tidak bisa menjamin Permaisuri akan beristirahat jika anda disini."

"Kawekas," suara Kaisar sedikit tajam tidak menyetujui ide Tabib. Bahkan, Kaisar memanggil Tabib Kawekas tanpa embel-embel Tabib didepannya.

"Permaisuri. Butuh. Istirahat. Kaisar." Tabib Kawekas memberi penekanan disetiap katanya, mungkin hanya tabib itu yang seberani ini kepada Kaisar.

Kaisar sedikit melirik Permaisuri di balik punggung Tabib. Sambil menghela nafas dia berbalik dan melangkah pergi, diikuti oleh Tabib Kawekas yang tersenyum kecil dibelakangnya.

"Dimana yang lainnya?" Tanya Kaisar.

Tabib juga heran karena disini hanya ada dayang dari kediaman Permaisuri, dan beberapa dayang dari kediaman Kaisar.

"Dimana Kasim Jinsu?" Tanya Kaisar lagi.

"Mohon ampun Yang Mulia," salah satu dayang Kaisar menjawab "Bisakah kita tidak membicarakannya disini?"

Dayang itu menundukkan kepala sambil melirik kearah dayang yang bukan dari kediaman Kaisar.

Kaisar menyadari lirikan dayang kediamannya, dia mengisyaratkan Tabib Kawekas untuk ikut pergi dari tempat ini. Setelah lumayan jauh mereka berhenti dan Kaisar tengah menunggu dayang itu untuk membuka suara.

"Kasim Jinsu dan dayang lainnya menuju Istana Rose. Kasim memerintahkan saya untuk mengatakan ini kepada anda, Kasim juga berkata,  sekenanya Tabib Kawekas diijinkan juga untuk pergi kesana, Yang Mulia."

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang