33. Gagal

1.9K 131 16
                                        

Budayakan vote sebelum membaca ❤

EL SULTAN : 33. Gagal















Sivia mengobrak-abrik meja riasnya. Menyingkirkan satu persatu benda yang berada disana dengan panik. Tidak mungkin dia salah meletakkannya, seingatnya benda itu ada diatas meja rias.

Sivia menghembuskan nafas sambil melihat pantulan wajahnya dicermin, keningnya tampak berkerut menandakan ia tengah berfikir dengan keras. Kedua tangannya berada di atas meja, menyanggah tubuhnya agar tetap diposisi itu. Pandangannya kembali menunduk kebawah dan menyisir, peralatan disana sudah berantakan tapi dia belum menemukannya.

Sivia berbalik dengan cepat dan berjalan keluar peraduannya. Beberapa dayang yang tengah berjaga diluar langsung menunduk hormat.

"Apa kalian melihat kertas diatas meja rias?" Tanpa basa-basi Sivia langsung mengatakannya.

"Tidak, Nona. Apa anda kehilangan sesuatu?"

Sivia tidak dapat menyembunyikan kecemasannya."Tolong ingat sekali lagi, saat kalian membersihkan kamarku, apa kalian benar-benar tidak melihatnya?"

Dayang itu tampak menunduk semakin dalam, "maaf, Nona. Apa perlu kami membantu mencarinya? Kertas apa yang anda cari?"

"Kertas yang -" Sivia mengangguk sebelum suatu pemikiran menyentaknya. Matanya melebar dan menggeleng pelan. Kalau mereka tahu isi surat itu...tidak, tidak boleh ada yang tahu tentang surat itu ataupun isi yang berada didalamnya. Sivia memandang wajah dayangnya yang tengah menunggu dan berujar pelan, "tidak perlu, mungkin aku lupa meletakkannya."

"Baiklah kalau begitu. Ada lagi yang bisa kami bantu?"

"Aku ingin bertanya..." Sivia mencoba menata kata-kata yang tepat untuk diucapkan, "begini...apa kalian tahu dimana tempat penerimaan surat?"

"Apa maksud anda tempat diterima dan dikirimnya surat?" Dayang itu memastikan.

Sivia mengangguk.

"Didekat departemen perdagangan terdapat pos yang menjadi pusat komunikasi surat menyurat di istana ini."

Sivia menelan ludah, "bisakah kalian mengantarku kesana?"

Dayang itu memasang ekspresi yang membuat perasaan Sivia tidak enak.

"Maaf, Nona. Yang Mulia Kaisar memerintahkan agar tidak membiarkan anda keluar sampai kondisi anda membaik."

"Tap-" Sivia segera menahan lidahnya. Mereka tidak akan mendengarkannya, segala titah dan aturan akan dikembalikan kepada sosok yang paling berkuasa itu. Percuma saja jika ia berdebat.

"Baiklah, aku akan kedalam dan istirahat." Sivia segera masuk, bukan untuk menuruti perintah itu melainkan mencari cara lain untuk segera keluar dari tempat ini.







***





Seorang pria tua tengah berjalan didepan membimbing ketiga orang yang tampak mengikuti santai dibelakang. Wajah congak tidak pernah luput dari perhatian, bahkan beberapa orang nampak menoleh saat pria tua itu terus berbicara dengan suara lantang.

"Anda tidak akan menyesal bekerja sama dengan saya, Tuan Ali!" Tangan pria tua itu berada dibalik punggungnya. Ketiga orang dibelakangnya berusaha bersikap biasa seolah tertarik dengan pembicaraan itu.

Pria tua itu berhenti dan langsung berbalik, "Baiklah...mari saya antar kedalam, Tuan."

Ali ikut berhenti dan melihat bangunan besar yang ia perkirakan sebagai tempat perijinan dan sebagainya. Pandangannya menyapu sekitar dan melihat bahwa departemen ini cukup luas jika dimasukkan kedalam wilayah istana. Halaman yang rindang dan asri sangat mencerminkan negeri ini sebagai penduduk wilayah tropis.

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang