16. Masa Lalu Yang Tertinggal

2.3K 163 16
                                    

EL SULTAN : 16. Masa Lalu Yang Tertinggal





EL SULTAN : 16. Masa Lalu Yang Tertinggal







Keadaan istana pada petang hari masih nampak sibuk. Dayang, pelayan, bahkan prajurit berseliweran untuk menjalankan tugas masing-masing.

Sivia melihat penampilannya, setelah dirasa rapi dia berjalan menyusuri istana untuk pergi ke kamarnya -kediaman para dayang. Sudah lima hari atau lebih? Entahlah, Sivia tidak mengetahui pasti, yang jelas setelah berdebat cukup alot dengan Tabib Kawekas di Istana Rose, akhirnya dia diijinkan pergi dan kembali menjalankan tugasnya. Dengan syarat, Sivia harus mengontrol keadaannya kepada Tabib Kawekas saat jam belajar mereka dimulai. Tabib Kawekas yang biasanya penuh senyuman dan penyabar tiba-tiba berubah manusia yang cerewet sekarang.

"Sivia!"

Panggilan yang cukup keras itu menghentikan langkahnya. Sambil berbalik dia mendapati seseorang perempuan berlari kecil menuju kearahnya.

"Aku mencarimu kemana-mana!" Itu Renata, teman sekamarnya dan termasuk dayang senior di istana ini "Sudah tiga hari ini aku mengunjungi klinik istana dan aku tidak mendapatimu disana. Sebenarnya, dimana kau dirawat?"

Sivia tersenyum kikuk, ternyata sebuah berita cepat menyebar diistana ini "Aku....emm...itu...aku...aku-"

"Sudahlah!" Potong Renata "Itu tidak penting sekarang. Sebenarnya, aku diperintahkan untuk mencarimu."

"Mencariku?" Tanya Sivia memastikan.

Renata mengangguk "Ya...ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

Sivia mengeryitkan kening bingung "Siapa?"

Renata tersenyum kecil, perempuan itu melangkah lebih dekat kearahnya kemudian mengambil posisi berbisik "Permaisuri mencarimu, Sivia. Beliau sepertinya ingin berterimakasih padamu."


Haruskah dia sesenang Renata sekarang?







***





Sivia menunduk sopan sambil duduk tegak layaknya sikap seorang dayang. Tidak lama kemudian, sosok anggun didepannya bergerak untuk menyeduh teh.

Secara otomatis Sivia menghentikan gerakan Permaisuri dan berniat mengambil alih pekerjaan itu. Permaisuri menggeleng dan menyuruhnya untuk tetap diam.

"Biarkan aku melakukan ini."

"Permaisuri..."

Sivia tak dapat bersuara saat seduhan teh sudah tersedia didepannya. Untuk menghormati Permaisuri Sivia mengambilnya dan menyesapnya sedikit sebelum ia kembalikan ketempatnya.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Suara Permaisuri sangat lembut, kesan baik hati langsung Sivia tempelkan kepada sosok cantik itu.

"Saya yang seharusnya tersanjung atas undangan anda, Permaisuri," Sivia menjaga suaranya agar terdengar sopan "dan keadaan anda sepertinya semakin membaik. Langit akan selalu melindungi anda."

Permaisuri tersenyum cerah "Langit melindungiku dengan cara mengirimu ke istana ini. Terimakasih, terimakasih sudah menyelamatkanku."

"Saya hanya mengantar obat, Yang Mulia."

"Dan karena obat itulah aku bisa selamat. Jangan merendahkan dirimu, kebaikan hatimu membuatku tersanjung."

"Sudah tugas saya untuk melayani anda, Permaisuri."

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang