17. Bertambahnya Luka

2.2K 162 24
                                    

EL SULTAN : 17. Bertambahnya Luka

Malam semakin dingin. Angin berhembus kesana-kemari menggerakkan dedaunan, rembulanpun tampak bersinar seorang diri di langit.

Langkah terburu Sivia langsung terhenti. Tangannya mencengkram erat pinggir jembatan yang hendak dilewatinya. Pandangannya turun, melihat pantulan bulan di permukaan aliran air yang dingin.

Sivia memejamkan mata menikmati dinginnya malam membelai tubuhnya. Mendinginkan hatinya yang saat ini memanas.

Rey

Pria itu.

Sivia menghirup udara dalam, membiarkan setiap hirupannya masuk dan menyebar keseluruh tubuhnya. Tidak ada yang ditutup-tutupi lagi sekarang.

Pria itu mengenalnya

Dan Sivia berjanji tidak akan meneteskan air mata lagi seperti yang pernah ia lakukan saat mereka pertama kali bertemu.

Sivia berusaha bersikap biasa saja, berpura-pura baik ketika berbicara dengan orang itu, dan berharap bisa menjalankan sandiwaranya dengan sempurna.

Agar semua orang termasuk Kaisar tidak curiga padanya. Lagipula, Sivia hanya ingin menunggu, sampai pria itu menyadari kehadirannya, dan tidak lama kemudian semua hal itu terwujud.

Dan pria itu masih sama, kejam dan busuk!

"Sepertinya kebaikan hatiku sudah kau salah artikan, Sivia."

Suara yang sangat dikenalnya. Sivia membuka matanya dan berbalik. Lamunannya membuatnya tidak sadar bahwa ada orang lain di tempat ini.

"Salam hormat, Kaisar." Sivia membungkukkan badannya.

"Sepertinya aku terlalu berbesar hati kepadamu." Kaisar tidak menghiraukan salam itu.

"Maaf?" Sivia masih bersikap sopan dan menghormati seseorang yang memiliki kedudukan tinggi didepannya.

"Ya....Sivia." Kaisar memandang Sivia yang tidak berani mendongak menatapnya "Seharusnya aku membuatmu sadar akan posisimu yang sesungguhnya."

Kedua tangan Sivia mengepal erat, belum cukup tentang Ksatria sialan itu, dan sekarang-

Apa ini??!

"Saya tidak mengerti."

"Kau selalu tidak mengerti apapun, Sivia." Suara Kaisar begitu tenang dan malah terkesan dingin "Tidak mengerti ini, tidak mengerti itu. Ck..."

"Bisakah Yang Mulia memperjelasnya?"

Kaisar menunduk dengan sebelah tangan memegang salah satu bahu Sivia. "Perlukah aku menegaskannya sekali lagi? Sivia...aku tahu kau tidak sebodoh itu."

"Saya tidak mengerti..." Sivia menggeleng pelan dan mendongak menatap Kaisar yang sudah berada dekat dengannya. "Sadar posisi? Saya dayang istana dan saya tahu hal itu."

"Kau tahu posisimu adalah dayang istana? Bagus sekali..." Kaisar berucap rendah "Jika kau tahu, pasti kau paham betul tentang segala perintah yang diberikan kepadamu. Kalau begitu aku akan bertanya, siapa yang berhak memberimu perintah, Sivia?"

Sivia diam dan semakin merasa aneh dengan sikap Kaisar.

"Sivia...."

"Kaisar...tentu saja Kaisar." Sivia langsung menyahut dengan cepat.

"Apa kau ingat dengan perintah ini?" Kaisar tersenyum tipis dan terkesan miring "Menjauhlah dari Rey, Sivia."

Kenapa Kaisar membawa-bawa nama Ksatria Rey? Nama yang sangat tidak ingin didengarnya untuk sekarang.

"Apa kau menyukainya?"

"Tidak, Yang Mulia."

"Kalau begitu, apa kau yang mendekatinya?"

"Yang Mulia!" Sivia sedikit berteriak saat perkataan Kaisar terus menerus mengkonfortasinya. "Apa yang sebenarnya ingin anda katakan?"

"Sepertinya kau mulai lupa dengan perjanjian kita." Kaisar masih menampakkan wajah datarnya "Dayang, Sivia. Aku hanya memerintahkanmu berperan sebagai dayang. Dayang yang bisa bersikap baik, bukan dayang yang seenaknya berpelukan dengan laki-laki yang sudah kuperintahkan kau untuk menjauhinya."

Sivia melebarkan matanya dengan ekspresi terkejut. Kaisar berkata, seolah harga dirinya rendah sampai mau berpelukan dengan laki-laki "Saya tidak berpelukan dengan siapapun, Ksatria Rey? Tidak, Yang Mulia."

"Jangan membohongiku." Tangan Kaisar bertengger di dagu gadis itu dan menariknya sedikit keatas "Aku paling benci di bohongi, Sivia."

Sivia kehabisan suara, dia tidak habis fikir dengan asumsi Kaisar terhadapnya. Kaisar terlalu memojokkannya dan menuduhnya dengan alasan yang tidak-tidak.

Sivia menantang Kaisar dengan pandangannya. Dia selalu disalahkan ini dan itu, jadi biarkan saja dia menerima tuduhan demi tuduhan itu "Saya memang mendekati Ksatria Rey, saya sudah mengakuinya. Lalu, kenapa?"

"Kenapa?" Pandangan Kaisar menggelap dan laki-laki itu tertawa hambar "Kenapa? Karena aku sudah merintahkanmu untuk menjauhinya, Sivia."

"Anda tidak berhak," Sivia sungguh berani mengatakannya.

"Perintahku adalah mutlak."

"Tidak berlaku bagi saya."

"Kau sama seperti wanita lainnya. Pandai bersandiwara untuk menarik perhatian lelaki, bersikap sesukannya dan mengganggap yang dilakukannya ad-"

"KAISAR!" Sivia tidak menahan lagi jeritannya. Amarahnya seolah sudah berkumpul dan siap meledak, Ksatria Rey memulai dan sekarang, Kaisar menambahi. Keduanya sama-sama sialan! Tidak ada yang tahu betapa lelahnya jiwa ini, tidak ada yang tahu betapa lelahnya fikiran dan perasaannya terus digunakan!

"Berhenti membuat saya bingung! Kemarin anda bilang membutuhkan saya, anda meng-klaim saya dengan alasan yang aneh. Memberi saya harapan diantara ketidakpastian yang anda katakan, dan saat saya dekat dengan Ksatria Rey, anda begitu marah sampai menjatuhkan harga diri saya sejatuh-jatuhnya." Sivia menarik nafasnya berat dengan mata yang berkaca-kaca "Kenapa anda begitu marah saat anda sama sekali tidak bisa memberi saya kepastian?!"

"KARENA DIA REY, SIVIA! DIA REY YANG DAPAT DENGAN MUDAHNYA MENGHABISIMU KAPANPUN DIA MAU!" Bentak Kaisar,  kedua tangan Kaisar mencengkram bahu Sivia "Demi apapun, dia Rey...dia adalah Rey. Di posisimu yang sekarang, dia bisa saja bisa menghancurkanmu. Saat kau membuatnya terusik, maka kau yang akan hancur. Jika sampai hal itu terjadi, meskipun aku seorang Kaisar, aku sama sekali tidak bisa membantu. Bukan karena tidak mampu, aku hanya tidak bisa -"

Kaisar mengambil jeda dalam ucapannya dan menatap Sivia dalam.

"-aku tidak bisa melukai seseorang yang paling di sayang oleh Permaisuri. Tidak bisa, Sivia."  Suara Kaisar berubah rendah di akhir kalimatnya "Jadi aku mohon, selama aku masih tidak bisa memberimu hal yang kau maksud kepastian itu. Jauhi Rey, jauhi pria itu Sivia~"

Sivia menatap Kaisar dengan nanar, dia tidak lagi menyembunyikan air matanya seperti yang lalu. Hatinya benar-benar hancur sekarang, tergores...banyak, banyak sekali.

Jadi, kali ini karena Permaisuri lagi?








Tbc

Selamat menikmati part ini! Up nya lebih malem dari kemarin ya? :) dari pada kalian dengerin keluhan-keluhan saya sama tugas2 sekolah yang astagfirullah dan ulangan2 disemua mapel buat prepare middle

Lebih baik author mengatakan hal-hal yang lain seperti.....

JANGAN LUPA VOTEEEE DANNN COMMMENTTT!!!!! SEMAKIN SEMANGAT, SEMAKINNN SEMANGAT JUGAA UPDATE NYA...

Typo harap dimaafkan.

Danke

Nuri Apori

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang