34. Peluang

2K 137 14
                                        

Budayakan vote sebelum membaca💗

EL SULTAN : 34. Peluang






Bukankah apa yang ia lihat adalah hal yang luar biasa? Tidak mungkin wajah lugu dan manis itu ia lupakan. Ia tersenyum, bukan senyum sirat ancaman, melainkan sebuah senyum penuh ketulusan. Rasanya lega saat melihat gadis itu baik-baik saja disini, tidak lecet atau kekurangan apapun.

Ia bersedekap dan langkah-langkah itu semakin dekat dengannya. Wajahnya nampak menganalisis, memperhatikan dengan serius serta menyaksikan pembicaraan yang mana tidak dapat didengarnya. Gadis kecilnya tampak menunduk enggan membuka suara, lalu siapa orang disampingnya?

Tatapan mata yang pasti, langkah yang tegas, dan aura yang dapat dikenalinya dengan baik, karena ia juga memilikinya. Seorang penguasa, jadi apakah...itu pemimpin negeri ini? Astaga, ia yakin tidak ada kesempatan baginya untuk pulang dalam keadaan hidup jika seperti ini.

Seperti sekumpulan semut, mereka berjalan terorganisir, berurutan, dan terencana untuk mendapatkan makanan. Jadi, tidak salah jika ia mengadopsi hal itu. Bukan tanpa perencanaan ia datang kemari, lagipula ia juga tidak berniat mengangkat senjata disini. Seekor semut tidak akan menggigit jika tidak terdesak. Itu prinsip yang dipegangnya, karena dalam kehidupan kita diperbolehkan untuk mempertahankan diri. Katakanlah itu hal yang akan ia lakukan, jika nanti keadaan memburuk.

Ia berjalan berlawanan arah dengan terburu-buru seolah tidak memperhatikan jalan. Tabrakan yang tidak terlalu keras berhasil membuat gadis itu terjatuh, ia bergegas menolong gadis itu berdiri.

"Tidak apa-apa, saya bisa ber-" Ucapan gadis itu berhenti dengan tatapan yang langsung terarah kepadanya. Terkejut...pasti. Ia sedikit mengangguk mengisyaratkan gadis itu kalau ia adalah nyata. Gadis itu syok bersamaan dengan sebuah tangan merangkulnya.

"Hati-hati kalau sedang berjalan." Suara tegas penuh perintah membuat pegangannya ditangan gadis itu terlepas. Gadis itu berada dalam rengkuhan yang hangat dengan tatapan yang terfokus kepadanya.

"Maaf...aku tidak melihat jalan." Kata-katanya jelas tidak sopan terbukti dengan keryitan sekilas dari pria itu, tapi disini posisinya menjadi seorang yang tidak mengetahui apapun 'kan? Sepertinya pria itu juga melakukan apa yang sedang ia lakukan sekarang, menyamar.

Dan...sepertinya pria itu tidak mempermasalahkannya lebih lanjut. Ia menggandeng gadis itu untuk pergi, dan tentu saja gadis itu masih bergeming melihatnya.

"Tuan Ali!"

Mendengar namanya dipanggil ia berbalik dan mendapati langkah yang terburu kearahnya. Bukan itu saja, pasangan yang hendak pergi itu juga menghentikan langkah dan menatapnya. Yang satunya penuh selidik, yang satunya lagi penuh kerinduan. Astaga, Sivia yang manis.

Aku juga merindukanmu, gadis kecil.

"Ada apa?"

Pengawalnya mengambil posisi hormat dan mengerutkan kening saat tahu tatapannya sedang tidak terfokus kepadanya, "urusan perijinan mungkin akan selesai besok."

"Aku tidak mendengarmu," jawab Ali sambil membalas tatapan yang terarah kepadanya.

"Apa?"

"Katakan lebih keras, Khalid. Aku tidak mendengarmu," dan Ali sengaja agar kedua orang disana dapat mendengar apa yang ia bicarakan.

Khalid tidak memprotes dan mengatakannya sekali lagi, kali ini dengan suara satu oktaf lebih keras, "URUSAN PERIJINAN MUNGKIN AKAN SELESAI BESOK, TUAN."

"Lalu?" Tanya Ali.

"SEPERTINYA BESOK KITA HARUS KEMBALI KESINI." Khalid melalui ekor matanya melihat Ali penuh tanda tanya karena harus berbicara dengan suara keras, membuat perhatian beberapa orang beralih kepada mereka. "JIKA ANDA SIBUK, MUNGKIN SAYA YANG AKAN MENGURUSNYA."

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang