3. Selamat datang istana

4.1K 250 4
                                    

Pagi yang indah di istana Alenta berjalan tidak seperti biasanya. Bagian istana timur, tepatnya di kediaman ibu Suri. Keadaan tenang disana tidak dapat menjelaskan keadaan pasti penghuni yang mendiami tempat itu. Berjajar bunga-bunga krisan yang indah seolah hanya menjadi hiasan pasif yang dikalahkan oleh perasaan si pemilik kediaman. Seperti tidak ada apapun, para penjaga tepat berjaga di depan kediaman dengan beberapa pelayan yang hilir mudik melaksanakan tugasnya untuk memenuhi jadwal-jadwal mereka yang padat.

Di bagian inti peraduan ibu suri, dengan warna yang mengarah kepada putih dengan warna-warna coklat tua yang mendominasi membuat tempat ini menjadi salah satu dari sekian banyak tempat yang nyaman di istana. Di balik tirai tipis berwarna keemasan, berdiri 2 buah rak buku yang memudahkan ibu Suri untuk menyelesaikan tugasnya dengan membaca buku-buku yang berada disana.

Tidak jauh dari sana terdapat karpet berbulu yang halus dengan meja persegi panjang  yang berada di tengah-tengah. Berbagai kerajinan unik seperti tembikar dengan detail indah bisa ditemui di sini.

Ibu suri duduk dibalik meja dengan pandangan lurus kedepan, menatap dengan tegas permaisuri yang duduk dengan anggun dan tentu saja terlihat mempesona dengan rambut yang di gelung rapi dengan tanda naga emas kecil yang berada diantara rambutnya. Baju sutra dengan dominasi warna emas dan merah di kenakan permaisuri dengan sempurna, sangat nyaman dan cocok dengan wajah permaisuri yang terkesan lembut. Tidak kalah dengan permaisuri, ibu suri juga terlihat berkuasa dengan hiasan tanda naga kecil yang berwarna emas dengan sedikit goresan biru yang terselip di antara rambutnya. Baju sutra dengan aksen merah muda dan detail bunga terlihat megah ketika ibu suri mengenakannya. Siapapun tidak akan menyangkal tentang dua sosok wanita yang menjadi pilar negeri Alenta, keduanya memiliki kharisma tersendiri menandakan status mereka yang begitu tinggi dan tidak tersentuh.

"Permaisuri Zahran, aku fikir kau tahu hal apa yang akan kita bicarakan." Nada bicara Ibu Suri terdengar seperti biasa, tidak ingin lawan bicaranya menebak kegelisahan yang sebenarnya sudah merasuki Ibu Suri.

"Mohon maafkan saya, saya benar-benar tidak tahu hal apa yang ibu suri maksud." Suara permaisuri terdengar lembut dan tenang tanpa tersirat emosi. Dengan mendengar nada bicara yang sopan dan terlatih seperti ini, bisa ditebak bagaimanakah sifat permaisuri Alenta. Tentu saja tidak ada yang berani meragukan permaisuri, pendamping kaisar tentulah sosok wanita yang sempurna.

"Permaisuri, kau tahu bukan masalah-" suara Ibu asuri tercekat dengan bola mata yang terlihat gelisah. "maksudku acara yang sedang ramai dibicarakan di istana ini."

"Jika yang ibu suri maksud adalah Bintang Kaisar, saya mengetahuinya." Permaisuri mengangguk samar menjawab perkataan ibu suri. "Acara itu akan dilaksanakan tidak lama lagi."

Tangan ibu suri mengepal di balik meja, dia masih menjaga intonasi suaranya agar tidak kelewatan. Ini tidak bisa dibiarkan. "Aku fikir mengadakan acara ini bukan hal yang tepat."

Permaisuri mengerutkan dahi mendengarkan penjelasan ibu suri lebih lanjut.

"Tidak seharusnya acara diadakan, mengingat keturunan kaisar yang lahir dari rahimmu belum ada. Maksudku sebelum putra mahkota lahir dari permaisuri, acara ini tidak seharusnya dilaksanakan."

Permaisuri menangkap sinar kegelisahan dari Ibu Suri, dia tersenyum tipis. "Permaisuri juga membutuhkan teman, ibu suri. Istana ini membutuhkan selir untuk membantu tugas permaisuri. Ini bukan hal yang salah."

"Aku tidak mengarah pada hal itu." salah satu tangan ibu suri berpindah diatas meja, mengepal menunjukkan cincin indah yang bertengger di jari manis itu. "Aku memikirkan nasib putramu kelak, kedudukannya bisa terancam."

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang