EL SULTAN : 8. Peringatan untuk Sivia
"Selamat sore, Tabib." Sivia menyapa Tabib yang sedang berbaur dengan tanaman-tanaman didekat pekarangan kediamannya. Meskipun sempat heran, kenapa seorang Tabib bisa mempunyai kediaman pribadi didalam istana tapi Sivia tidak terlalu mempersalahkannya. Mungkin ini fasilitas khusus yang diberikan untuk tabib Kawekas.
"Oh! Kau sudah datang rupanya, silahkan duduk." Tabib Kawekas mencuci tangannya dari kotoran tanah kemudian beralih menghampiri Sivia yang sudah duduk di bangku dibawah pohon, tempat dimana ia biasa menghabiskan waktunya untuk membaca buku.
"Bagaimana hari pertamamu bertugas?"
"Cukup melelahkan," Sivia tersenyum canggung, belum terbiasa mengobrol dengan Tabib Kawekas.
Tabib Kawekas mengambil beberapa buku di meja dekat Sivia dan meletakkannya tepat didepan Sivia. "Aku sudah menduganya, semoga Kaisar tidak mempersulitmu."
Sivia menggeleng. "Tidak sama sekali, saya tidak benar-benar berbicara dengan Kaisar. Anda tahu, Kasim Jinsu yang memberitahu segala sesuatu tentang tugas saya, saya tidak terlalu repot."
"Pria tua itu," Tabib Kawekas meringis kecil. "Aku tidak tahu kenapa kau bisa terbantu olehnya, setahuku dia orang yang cerewet."
"Anda tidak menyukainya?"
"Bukan seperti itu," Tabib Kawekas tersenyum kecil, "meskipun dia orang yang cerewet, dia salah satu orang kepercayaan Kaisar. Tidak ada alasan untuk tidak menyukainya, dia orang yang baik."
Sivia setuju, meskipun Kasim Jinsu sering menyuruhnya kesana-kemari, hal itu dilakukan agar ia terbiasa. Meskipun sedikit kesulitan, tapi Sivia sudah cukup terbiasa.
Tabib Kawekas menyodorkan sebuah buku dan langsung ia terima dengan sopan, buku tebal itu bersampul kulit hewan. Sangat tua dan terlihat kuno.
"Sebagai pemanasan kau bisa membaca itu, Byu Heishi. Puisi yang ditulisnya sangat indah."
"Apa saya perlu membaca ini? Maksud saya, bukankah saya hanya perlu memahami peraturan diistana?" Tidak salah jika Sivia heran, tujuannya kemari memang untuk itu.
Tabib Kawekas mendekat dan membuka halaman pertama buku itu. "Kau tahu apa yang tidak boleh dilupakan oleh manusia? Sejarah, sejarah bisa mengajarimu banyak hal, kau bisa memulainya dari bagaimana kerajaan ini berdiri."
Sivia melihat sebuah judul puisi yang ditunjuk tabib Kawekas. Diperhatikan goresan tinta itu dengan serius, keindahan tulisannya membuat Sivia langsung membaca apa yang tercantum disana.
Sayup Keabadian
Semesta menggila
Kegelapan menjelma
Sorak lerai terdamba
Terhubung ketidakharusan
Kehidupan yang bertolak belakang
Bait pertama yang membuat Sivia bertanya-tanya.
"Pada awalnya kerajaan ini tidak pernah ada," Tabib Kawekas menjelaskan maksud dari tulisan itu. "Semesta menggila menandakan kekacuan yang melanda tanah ini, kelompok besar yang menguasai tempat ini membuat kehidupan rakyat yang berada disini menderita, hal itu dijelaskan oleh kalimat-kalimat selanjutnya. Kau sudah membacanya bukan?"
Sivia mengangguk, kalimat selanjutnya menandakan betapa peliknya kehidupan di tanah ini sebelumnya, kegelapan menjelma menunjukkan betapa jahatnya penguasa saat itu, sorak lerai terdamba mengidentifikasikan betapa berharapnya rakyat akan lerai yang berarti habis atau sudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/66725947-288-k787768.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
EL SULTAN √
FantasyCERITA INI TIDAK UNTUK MENJELASKAN SEJARAH APAPUN DAN AUTHOR TIDAK INGIN ADA PERDEBATAN SOAL HAL ITU. Selamat membaca! Kepuasan readers menjadi kesenangan tersendiri bagi author. DANKE -NuriApori-