12. Tragedi

2.3K 165 18
                                        

EL SULTAN : 12. Tragedi








Malam semakin larut, aktifitas di istana pun berangsur-angsur sepi. Tapi, ketenangan yang mula-mula melingkupi istana terusik oleh suara langkah kaki yang tergesa. Rombongan itu tidak memelankan langkah dan terlihat terburu-buru. Pemimpin rombongan menunjukkan raut cemas yang tidak dibuat-buat.


Permaisuri jatuh sakit


Itulah kabar buruk yang menghebohkan seisi istana. Tidak tahu apa yang terjadi, Sivia ikut melangkahkan kaki lebar-lebar saat menyadari pemimpin rombongan tidak berniat mengurangi kecepatan sama sekali, meskipun tidak mengatakan satu suarapun semua orang tahu betapa paniknya Kaisar.

Sampai di kediaman permaisuri, Kaisar langsung menerobos masuk. Rombongan kaisar yang ikut, mereka semua berhenti dan berjaga diluar kediaman permaisuri. Sivia dan dayang lainnya berbaris rapi didepan pintu. Semuanya terdiam, ikut menunggu dengan cemas kabar terbaru dari keadaan permaisuri.

Seorang dayang keluar dengan panik dari ruangan. "Kaisar memerintahkan untuk memanggil Tabib Kawekas, tabib didalam juga butuh beberapa bahan ini!" Dayang itu menyodorkan lembaran yang tidak terlalu besar dan berisi tulisan-tulisan tentang ramuan obat-obatan.

"Apa yang terjadi?" Tanya Kasim Jinsu.

"Permaisuri," suara dayang itu tersendat "Permaisuri diracun!"

Semua terkesiap karena terkejut, tidak biasanya mereka kecolongan seperti ini. Sejak kapan keamanan istana bisa selonggar ini?

"Aku akan memanggil Tabib Kawekas." Kata Kasim Jinsu, pria itu mengedarkan pandangan kearah dayang "apakah ada dayang perawat disini?"

Semuanya diam menanggapi pertanyaan Kasim Jinsu, yang berarti tidak ada satupun dayang perawat disini "Membutuhkan waktu lama untuk ke asrama dayang kemudian ke gudang obat-obatan, jika tidak cepat ditangani permaisuri bisa -"

"-saya yang akan mengambil obat-obatan itu di gudang." Suara Sivia menyeruak, gadis itu melangkah kedepan dan mendekati Kasim Jinsu "Saya sedikit banyak tahu tentang obat-obatan. Biarkan saya yang mengambilnya."

Kasim Jinsu dan lainnya menatap ragu, konsekuensinya terlalu besar jika mempercayakan masalah ini bukan kepada yang khusus dibidangnya.

"Percayalah kepada saya, Kasim."

Kasim hendak bicara sebelum suara bentakan terdengar dari dalam.

"KALIAN MASIH DILUAR?! CEPAT PERGI DAN JANGAN MEMBUANG WAKTU!" Itu teriakan Kaisar.

Kasim dengan tergopoh menyetujuinya "Baiklah, cepat ambil obat itu dan segera kembali!"

Sivia mengangguk hormat, kemudian mengambil kertas yang sebelumnya dipegang oleh dayang kediaman permaisuri. Kasim pergi dari tempat itu diikuti Sivia, dan keduanya berpisah untuk berjalan kearah tujuan mereka masing-masing.

Sivia terus melangkahkan kaki kearah gudang obat-obatan yang jaraknya cukup jauh dari sini, beruntung Sivia dapat menghafal peta istana dengan cepat. Sivia bahkan lebih terlihat sedang berlari daripada berjalan cepat.

Sebuah bangunan dengan pintu besar langsung menyambutnya, tanpa aba-aba lagi, dia langsung menerobos masuk dan menyalakan penerang ruangan. Penerang ruangan itu hanya sedikit membantunya karena keadaan didalam ini masih terlihat temaram. Sivia tidak punya waktu untuk menyalakan penerangan lain yang mungkin ada disudut-sudut ruangan ini.

Sivia segera membaca bahan-bahan yang dia perlukan dan berjalan mengitari rak-rak untuk mendapatkan bahan-bahan tersebut.

Berulang kali tangan Sivia bergerak untuk mengambil beberapa bahan dan menciumnya memastikan bahan yang ia pegang memanglah benar. Sivia mengambil beberapa kantong yang ada di masing-masing rak dan mulai memasukkan obat-obatan itu sesuai jenisnya kedalam kantong.

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang