49. Kisah (1)

2.1K 147 18
                                    

Budayakan vote 🌟








EL Sultan : 49. Kisah

















"Terkejut melihatku?" Tanya Andryos.



Sivia tergagap, menimbang dengan serius maksud dari semua ini. "Ap-apa yang terjadi? Kenapa ka-kau..."

Andryos menyela, "Bukan keinginanku berada di pihak yang bersebrangan. Tapi, aku tidak bisa membiarkan Kaisar melawan barisan pelindungnya demi mempertahankanmu."

Sivia masih tidak memahami. Barisan pelindung? Bukan ranahnya mengetahui hal itu. Tadi pagi semua masih baik-baik saja. Dirinya masih setia menunggu Kaisar ditempat ini sampai malam menjelang dan Kaisar tidak kunjung tiba, membuatnya khawatir. Dirinya masih ingat saat ia menangis menganggap Kaisar tidak akan datang.

"Aku...aku tidak tahu apa yang terjadi." Pelukan Sivia semakin erat ditubuh Kaisar yang tidak berdaya.

"Aku juga tidak tahu kenapa dulu aku setuju untuk membawamu ke istana tanpa tahu motif apa yang ikut kau bawa." Andryos tidak berniat menjelaskan kebingungan Sivia. Tugas dan perjalanan panjang di luar istana membuatnya tertinggal banyak informasi. Kaisar hanya memerintahkan kepadanya untuk mencari tahu informasi tentang Sivia maupun Keea -ya...penghianat itu. "Kau fikir bayimu bisa menebus kebebasan Keea? Bayi yang bahkan belum lahir ke dunia kau gunakan sebagai senjata untuk membebaskan pengkhianat itu. Aku fikir kau orang baik Sivia. Tapi, ternyata kau sama seperti Keea yang berhasil memporakporandakan kami!"

"Aku tidak tahu maksudmu, Andryos! Barisan pelindung?! Kami?! Siapa? Aku tidak tahu apapun!" Sivia ikut membentak, dadanya naik turun menandakan seberapa besar ia meluapkan kemarahannnya.

"Tapi aku tahu kau memanfaatkan Kaisar untuk membebaskan Keea!"

"Ak-aku.."

"Demi langit! Aku akan membunuhmu jika kau berani berkata TIDAK!" mata nyalang Andryos terpaku menghunus Sivia. Tidak ada sopan santun seperti saat mereka pertama kali bertemu, emosi Andryos benar-benar tidak tertahankan sekarang. "Kau dan Keea sialanmu itu!"


"Jaga ucapanmu!"


"Kau yang seharusnya menjaga sikapmu!"


Sivia tidak percaya dengan yang Andryos katakan, air matanya ikut menetes seiring bentakan itu. Andryos terlihat sangat membencinya, tatapan yang seolah mengutuk kehadirannya itu tidak terelakkan lagi.


"Katakan padaku, apa rasa sayangmu kepada Keea membuatmu melupakan kesalahannya terhadap negeri ini?" Andryos berdiri dan bersedekap. Menatap Sivia dengan memicing, dengan intonasi yang mulai menurun.

Sivia menggeleng dengan air mata menetes, "Keea tidak bersalah, dia tidak melakukan kesalahan apapun."


"Omong kosong," Andryos mengalihkan pandangannya sambil mendesis marah. "Kesalahan Keea dan keluarganya tidak termaafkan. Jika bukan karena Rey yang meminta, aku juga tidak setuju hanya mengurung Keea dan membiarkannya tetap hidup."


Sivia masih mencerna dengan baik segala perkataan Andryos dan setelah nama Rey disangkutpautkan, mulutnya tidak lagi menahan diri untuk berbicara. "Rey yang sudah menyiksa Keea."

"Keea akan mati dari dulu jika Rey melakukannya." Andryos tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa Rey dan siksaan merupakan paket lengkap. Satu hal yang Andryos tahu, tidak ada nyawa yang bertahan di bawah siksaan Rey, dan Andryos tidak punya waktu untuk menebak apa yang membuat Rey mempertahankan penghianat itu alih-alih membunuhnya.

"Keea tidak melakukan kesalahan, Andryos. Keluarganya yang sudah berkhianat." Sivia mencoba meyakinkan.

"Aku tidak peduli." Sahut Andryos dingin. "Semua orang yang terlibat cara picik untuk menghancurkan Alenta melalui Tyroon. Mereka semua tidak pantas hidup dan dimaafkan."

"Ty...roon?" Sivia berujar tidak yakin.


"Ya...tidakkah Keea pernah menceritakannya kepadamu?" Andryos berkata dengan senyum miring.

Sivia hanya pernah mendengar desas-desus tentang Tyroon. Mereka adalah orang-orang yang bertugas melindungi Alenta.


Tunggu...Barisan pelindung?

Sivia mendongak menatap Andryos yang berdiri menjulang tidak jauh darinya. Keea tidak pernah menceritakan apapun kepadanya, tentang keluarga atau apapun itu. Ada apa dengan barisan pelindung? Pengkhianatan yang terjadi melibatkan keluarga Keea dan Tyroon-barisan pelindung itu?

"Keluarga Keea yang melakukan cara picik untuk melakukan kudeta, dengan menebar fitnah dan mengadu domba, membuat prajurit Alenta berlomba-lomba menghancurkan kami." Tidak ada nada menggebu-gebu disana, tapi tersirat kebencian disetiap kata yang diucapkan Andryos.

Sivia termenung, "Ka-kami?"


"Kau sangat beruntung membuat anggota Tyroon membeberkan identitasnya secara langsung kepadamu." Andryos tidak terganggu sama sekali dengan kenyataan itu. "Perkenalkan, namaku Andryos, pemilik kursi ke-empat Tyroon."


Sivia kesulitan bahkan untuk menelan ludahnya. Tidak diragukan lagi kebencian yang tertanam dalam diri Andryos.

"Kau tidak tahu betapa sakitnya saat melihat orang-orang yang seharusnya mendukungmu malah menjadikanmu sebagai musuh. Membuat kami harus mengangkat senjata dan membasahi pedang kami dengan darah saudara kami, prajurit Alenta -satu dari sekian banyak orang yang seharusnya kami lindungi." Andryos benci jika diharuskan mengingat masa-masa kelam itu, lukanya masih sama dan membekas. Kembali ia melihat Sivia dengan pandangan tidak bersahabat. "Kenangan tragis yang membuat Alvin terpaksa melepaskan kebebasannya dan menukarnya dengan kedudukan yang kini ia peroleh. Kursi kekaisaran yang bahkan tidak pernah dilirik sedikitpun olehnya. Kau tahu bagian terburuknya? Demi melindungi kami, ia harus kembali terikat dengan Ibu Suri. Sosok yang begitu dibencinya, sosok yang sudah menghukum mati ayah-ibunya. Alvin pergi hanya untuk kembali ketempat terkutuk itu."

Sivia tidak tahu harus mengatakan apa karena suaranya mendadak menghilang, terlalu terkejut dengan kenyataan yang baru saja di dengarnya.

"Dan menurutmu, kami bisa melepaskan Keea dengan mudah?" Tanya Andryos dengan nada mencibir. "Oh...aku lupa, kau bisa melakukannya. Buktinya kau bisa menukarnya dengan menjual tubuhmu itu."

Kata-kata itu...menyakitkan.

Sivia mencoba menarik nafas dengan berat. Tidak berniat membantah, karena percuma, mengingat kebenciaan apa yang Andryos perlihatkan kepadanya.

Sivia menunduk untuk melihat Kaisar yang semakin melemah. Tangannya bergetar saat mengusap wajah pucat pasi itu. Bibirnya bergetar saat hendak berucap, bisikannya terdengar rendah. "Ap-apa yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan Kaisar?"





















***
Tbc

Pendek? 😅
Tenang...masih ada bag.2 kok.
Masih banyak yg harus dijelasin dan naasnya mataku mendadak lelah sekarang, kurang tidur jd ga fokus. 😵

Mohon dinikmati saja detik2 menuju -end. 😁

Setiap akhir bisa berubah, sesuai kehendak author *wadaww😁

Vomment vommennt for next 😉
Semangat vomment, semangat up!!

Oooyaa...Ada yg bisa nebak akhir ceritanya? Typo dll mohon dimaafkan.

Hahaha



Dankedanke
NuriApori

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang