10. Unjuk rasa

2.7K 159 5
                                    

EL SULTAN : 10. Unjuk Rasa


"Kami mohon Yang Mulia, Kaisar kami yang bijaksana. Hentikan acara Bintang Kaisar, kasihilah Permaisuri!"

Serempak para menteri dan bangsawan melakukan penghormatan "Kasihilah permaisuri!"

Sudah menginjak siang dan para pengunjuk rasa belum membubarkan diri. Kelompok bangsawan Nay terlihat mendominasi aksi itu, ditambah pegawai istana yang terbujuk dengan alasan Nay yang mengatakan bahwa Bintang Kaisar menelan banyak biaya dan merugikan istana, akhirnya mereka ikut terlibat dalam aksi tersebut.

Aksi hari ini dijaga ketat oleh pasukan Istana yang dipimpin oleh Ksatria Rey. Mereka semua menjaga gerbang depan istana dan membuat pelindung, takut-takut massa memberontak dan menerobos kedalam istana.

"Tidakkah kau ingin bergabung dengan mereka, Ksatria?"

Ksatria Rey tampak bersender santai di tembok istana sambil bersedekap "Entahlah, menurutmu apakah aku harus ikut, Tabib?"

Tabib Kawekas tersenyum. Saat meninggalkan kediamannya, Tabib Kawekas menyempatkan waktu untuk melihat unjuk rasa. Tidak heran Ksatria Rey yang menjaga ketat aksi ini. Pria itu berhasil membuat aksi kali ini berjalan dengan lancar tanpa adanya keributan.

"Tidak," Tabib kawekas memandang orang-orang yang sedang berunjuk rasa.

Ksatria Rey terkekeh kecil "Kau benar, aku tidak mungkin mengikuti unjuk rasa konyol seperti ini. Aku akan melindungi permaisuri dengan caraku."

Ya. Benar. Apapun akan Ksatria Rey lakukan demi adiknya. Ingat betapa bengisnya Ksatria Rey menghabisi sekawanan perampok yang berusaha melukai permaisuri dulu. Para perampok itu mati, bahkan sebelum di bawa ke istana untuk diintrogasi. Itulah cara Ksatria Rey melindungi permaisuri, mereka semua harus mati!

"Perlindungan yang kau berikan kepada Permaisuri sungguh luarbiasa,"

"Seperti yang kau lakukan kepada gadis itu, aku juga melakukan hal yang sama." Ksatria Rey berdiri dengan tegap dan merapikan bajunya. Dia menatap Tabib Kawekas dengan senyum miring "diakah?"

Tidak mungkin Ksatria Rey mengetahuinya. Pikiran Tabib Kawekas langsung merasa terancam, pasti Ksatria Rey membicarakan hal lain, tapi
"Apa maksudmu, Ksatria?"

Ksatria Rey mengangguk seolah memahami "Aku tahu kau pengikut setia Kaisar. Aku tidak akan memaksamu untuk membuka mulut. Tenanglah, jangan memasang ekspresi seperti itu"

Tabib Kawekas terlihat waspada. Seseorang yang selalu tenang didepan semua orang terlihat kelabakan jika berhadapan dengan Ksatria Rey. Pria itu terlihat tidak menganggap sesuatu dengan berarti, tetapi dengan sikap santai itu, siapa saja bisa dikelabuhi olehnya. Mencoba menunjukkan sikap biasa, Tabib Kawekas mengangkat sebelah alisnya "Aku fikir kau juga pengikut setia kaisar, kesetiaanmu bisa dipertanggung jawabkan."

Ksatria Rey suka sekali berbicara dengan Tabib Kawekas, menggunakan permainan kata tetapi artinya sama saja. Tabib Kawekas menuntut kesetiaannya kepada Kaisar berarti dia harus menyetujui segala keputusan Kaisar, itukah maksudnya?

"Kau selalu berfikiran buruk tentangku," Ksatria Rey berdecak tidak percaya "Selama permaisuri baik-baik saja, aku tidak akan menyentuhnya. Tapi kau tahu sendiri bukan? Pria seperti kita sangat sulit untuk setia kepada satu orang perempuan saja."

Tabib Kawekas maju untuk lebih dekat dengan Ksatria Rey, kepalanya sedikit memiring kesamping, mengambil posisi berbisik "Seharusnya kau tahu kenapa semua ini sampai terjadi. Menurutku menyalahkan satu orang saja sangat tidak tepat. Tapi aku juga tidak menyalahkan permaisuri, keputusan ini sudah benar. Jadi, Sebelum melakukan sesuatu, ingatlah akar masalah ini kenapa bisa tumbuh?"

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang