29. Gejolak

2.2K 147 19
                                    

Vote yeeaa ♥














EL SULTAN : 29. Gejolak















"Apa anda sakit, nona?"




Sivia menggeleng. Sejurus kemudian pandangannya mengarah ke depan dengan posisinya yang bersender di pungung tempat tidur.


Dayang itu menatap ragu hendak membuka mulut namun urung dilakukannya. Nona-nya terlihat pucat dengan wajah tidak berseri. Bagaimana itu bisa dikatakan tidak apa-apa?


"Pergilah~" bahkan perintah itu terdengar rendah ditelinga dayangnya.


"Tapi non-"




Sivia menutup matanya dengan posisi yang sama. Menolak untuk berbicara lebih lanjut. Bukan dirinya sama sekali bersikap sedingin ini, apalagi dengan dayang yang biasa ia hadiahi sebuah senyuman.


"Sudah malam, beristirahatlah."


Sekali lagi Dayang itu nampak ragu, "Nona yakin tidak apa-apa? Apa perlu saya memangggil Tabib Kawekas?"




Sivia enggan membuka mata. Bahkan didalam kegelapan suara Ray terngingang begitu jelas.

Bukan cincin, Rey bisa saja mengirim jari Keea kepadanya dan itu...sangat menakutkan.


Bukan itu saja...


Ray mengatakan sesuatu yang membuat hatinya tertohok. Menyadarkan tentang posisinya yang sebenarnya. Hanya teman tidur Kaisar dan posisi penting akan ia dapatkan sebagai hadiah.


Hanya itu?



Hadiah...



Terdengar indah tapi terlalu menyesakkan bagi perasaannya. Sivia tahu betul akan hal itu tapi ketika mendengarnya langsung dari mulut orang lain -apalagi saat Rey yang mengatakannya, dirinya merasa tertampar.



Selamanya Kaisar adalah milik permaisuri. Apalagi saat melihat mereka berjalan beriringan, sangat serasi. Aura penguasa yang menguar dari keduanya tidak dapat diragukan. Begitu cocok dan pas. Kaisar yang keras dan permaisuri yang penuh kelembutan. Saling melengkapi dan saling mengisi.


Membuang-buang waktu jika harus memikirnya. Sivia harus kembali ke masalah yang lebih penting.



Keea....astaga!



Sedang apa gadis cantik itu sekarang? Kedinginan? Ketakutan? Sendirian? apalagi? Sivia tidak mampu menyebutkan semuanya. Memikirkannya saja membuat Sivia takut. Sivia marah, benci, dan perasaan meluap-luap yang tidak dapat dijelaskan.



Kegagalannya menyelamatkan Keea. Sivia akan menyalahkan dirinya sendiri saat mengingatnya.




Sentuhan dilengannya membuat hatinya memaki dalam diam. "Sudah aku bilang tidak apa-apa! Perg-"



Perkataan Sivia langsung berhenti saat matanya terbuka dan menangkap sesuatu. Bukan...bukan dayang yang menemaninya tadi.


Tatapan yang memperangkapnya, sangat tegas dan disusul suara khas yang membuat pendengaran Sivia terusik.



"Kau tidak baik-baik saja."



Sivia menutup mulutnya rapat-rapat, emosinya sedang tidak stabil sekarang. Pilihan salah jika ia membuka mulut ini dan membiarkan kata-kata yang tidak ia harapkan keluar.


EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang