Budayakan vote yes 💞
Tolong dibaca dengan seksama part ini, mungkin terlihat tidak nyambung,
But part ini bisa sedikit memberikan gambaran tentang korelasi judul dengan isi cerita yang sesungguhnya.***
Abioye
Langkah kaki kuda terdengar membelah kesunyian di desa ini. Kuda yang memimpin didepan memelankan langkah saat pemilik kemudi menarik tali kekang kudanya. Dua kuda yang mengikuti dari belakang mengambil posisi siaga sambil mengawasi keadaan sekitar.
Kuda hitam besar yang memimpin didepan nampak gagah, segagah penunggang yang berada diatasnya. Jubah hitam lebar, serta penutup kepala yang melingkar langsung menutupi setengah wajah sehingga menyisakan sepasang mata elang yang begitu kelam. Dua penampilan penunggang dibelakangnya tidak jauh berbeda, membuat beberapa orang yang sempat mereka lewati menatap penasaran, gaya berbusana yang sangat aneh bagi penduduk didesa ini.
Melihat rumah minimalis dengan dinding kayu yang traditional membuat ia menghentikan laju kudanya. Kedua penunggang yang mengikuti dibelakangnya ikut berhenti dan segera turun dari kuda.
Bersamaan dengan itu seorang perempuan tua terlihat keluar dari rumah dengan tergopoh saat mendengar sesuatu didepan rumahnya. Mata perempuan itu menyipit menerka-nerka siapa kiranya yang sedang berada didepannya ini.
Seorang laki-laki yang masih berada diatas kuda langsung turun kemudian berjalan mendekati wanita tua itu diikuti dua orang dibelakangnya.
Wanita tua itu membulatkan mata saat objek yang berada didepannya terlihat begitu jelas, meskipun menggunakan penutup wajah, dia tidak mungkin salah mengenali orang didepannya. Bibirnya tiba-tiba bergetar saat ingin berbicara.
"Tu...tuan Ali? "
"Senang melihatmu masih mengenaliku, nenek Gyu." Suara yang penuh kewibawaan ditambah aksen kearaban yang khas.
***
"Peran apalagi yang kini sedang anda jalankan? "
Seseorang yang mendapat pertanyaan melangkahkan kaki dengan santai memimpin kedua orang dibelakangnya. Sesekali tangannya Bergerak menyentuh dedaunan yang dilewatinya.
"Aku ingin terbebas dari debu untuk sementara waktu, " suara yang terdengar ringan, seringan langkahnya. "Disini begitu hijau dan segar, kehidupannya akan berjalan baik disini. Sayangsekali, dia memilih tinggal ditempat yang jauh darisini. ""Anda bisa membawanya pulang."
"Tempatku penuh debu, Humood. Aku tidak terlalu yakin." Langkah itu berhenti, matanya menatap lurus daun yang sedang dipegangnya. "Lagipula Ali tidak terlalu buruk, aku bisa memainkan peran itu dengan baik."
Salah seorang pria dengan alis tebal mengerutkan keningnya, dengan tatapan tajam menandakan betapa seriusnya sikapnya, wajah kaku yang sama sekali tidak menujukkan sisi kelembutan.
Merasakan ada sedikit keheningan yang lain, Ali membalikkan badan dan bersedekap. "Apa ada yang salah, Khalid?"
Pria yang jarang sekali berbicara kecuali hal penting ini tidak bisa lagi menyembunyikan isi fikirannya, "Anda yakin? "
Ali tampak tersenyum dibalik penutup wajahnya, bukan senyum tulus melainkan senyum penuh tantangan. "Prinsip diantara kami mungkin berbeda, akan sulit membuatnya beradaptasi dengan cuaca yang sedikit panas. Jadi tempat ini adalah pilihan satu-satunya."
"Ini bukan wilayah kita." pria itu kembali bersuara.
"Tepat sekali."
"Penyusup, pemberontak, dan pemicu peperangan." sahut Khalid.
"Kau baru saja mengatakan resiko terburuknya," Ali kembali berjalan santai "Mungkin juga ada yang lebih buruk dari itu. "
Humood berjalan lebih cepat dan berdiri menghadap Ali membuat langkah itu terhenti. Keduanya berhadapan dengan hening.
"Kepala anda akan dipenggal saat anda pulang." suara Humood penuh penekanan disetiap katanya.
"dan itu tugasku sebagai Ali untuk mengatasinya." Jawab Ali Santai "Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Jika kehidupannya disana berjalan baik, maka semuanya akan berjalan damai. Tapi kemungkinan buruknya, kita semua tahu bahwa kehidupan istana tidak sebaik itu, Humood. "
"My king~" lirih Humood penuh permohonan.
Ali menepuk pundak Humood pelan, "Aku dengar teman gadis kecilku ditahan disana. Jadi siapkan saja kemungkinan terburuknya."
"King!" Humood begitu frustasi dengan perkataan Ali.
"Kau ikut denganku 'kan?" Pertanyaan itu diajukan kepada Khalid yang berada dibelakangnya, mata Ali sedikit melirik kebelakang sambil tersenyum kecil.
"Sesuai perintah anda, My King."Humood membelalakkan matanya dan Ali menepuk-nepuk pundak Humood pelan seolah menyemangati. "Nikmati saja liburanmu di negeri yang indah ini, Humood."
Humood mengasihani dirinya sendiri, mencegah Ali sama seperti mencegah dirinya untuk tidak menuruti rencana luar biasa yang pria itu susun. Pada akhirnya dia akan tetap patuh.
Liburan? Yaaa...liburan menuju kematian.
TBC
***
Maaf untuk keterlambatan update yang sudah sangat terlambat😢😢 Aku berusaha melakukan yang terbaik, always. So...give me support with Voteeeeee and commenttt yess 😂😂
Typo dll sooryyyy...
Danke
NA💞
KAMU SEDANG MEMBACA
EL SULTAN √
FantasyCERITA INI TIDAK UNTUK MENJELASKAN SEJARAH APAPUN DAN AUTHOR TIDAK INGIN ADA PERDEBATAN SOAL HAL ITU. Selamat membaca! Kepuasan readers menjadi kesenangan tersendiri bagi author. DANKE -NuriApori-