24. Permintaan (2)

2.3K 141 16
                                    

EL SULTAN : 24. Permintaan (2)






















"Beri aku alasan," Kaisar Alvin balas memeluk pinggang Sivia dan merapatkan pelukannya "alasan yang tepat kenapa aku harus melakukannya."


"Kaisar..." panggil Sivia pelan, gadis itu tampak menarik nafas dalam dan semakin menyeruakkan wajahnya di leher Kaisar "Saya mohon..."



"Aku hanya butuh alasan, Sivia."



"Anda tidak mungkin mengabulkan permintaan ini bukan?" Seharusnya Sivia tidak bertanya, karena sampai kapanpun Kaisar tidak akan melakukannya.





Membunuh Ksatria Rey?





Banyak alasan yang membuat permintaannya terdengar konyol. Selain karena Rey adalah Ksatria kesayangan Kaisar, alasan yang paling utama adalah status Ksatria Rey sebagai kakak dari permaisuri. Rey kesayangan permaisuri, dan permaisuri kesayangan Kaisar. Aturannya memang seperti itu 'kan?



Sivia seharusnya tidak berharap banyak, apapun rencana yang akan menyakiti Permaisuri, Kaisar akan memasang badan paling depan menjadi tameng. Apa yang sebenarnya Sivia pikirkan? Permaisuri mempunyai andil besar di istana ini, dan siapalah dia? Hanya seorang perempuan tempat Kaisar melepaskan gairahnya, tanpa status atau apapun. Sivia jadi ingat perkataan ibu Suri, ia tidak lebih dari seorang penggoda, miris.



"Tentu." Jawab Kaisar tanpa ragu. "Membunuh Rey? Kenapa aku harus melakukannya? Negeri ini masih membutuhkannya."


"Dan saya...saya membutuhkan Keea. Demi apapun saya membutuhkannya." Suara Sivia nyaris hilang, Kaisar tidak mau melepasnya, seharusnya ini akan mudah jika Kaisar membiarkannya pergi.



"Kau memohon...memohon kepadaku demi...kata apa yang tepat untuk mendeskripsikannya?" Kaisar bertanya ringan "Demi seorang penghianat?"


Tubuh Sivia menegang dan Kaisar dapat merasakannya, Kaisar dengan pelan menaik turunkan tangannya dipunggung Sivia menyadari gadis itu membatu "Aku mungkin tidak tahu. Tapi, aku bisa mencari apa yang tidak aku ketahui. Termasuk tentang Keeamu, Sivia."




"Kaisar..."



Kaisar menguraikan pelukannya dan menatap Sivia dengan senyuman, senyuman yang tidak sampai ke mata, senyuman miring. Sebelah tangannya menangkup wajah Sivia dan ibu jarinya bergerak lembut menyapu pipi gadis itu "Bicaralah...katakan alasanmu,"




Sivia memejamkan mata menikmati sentuhan Kaisar.




"Sivia..."




Panggilan itu membuat Sivia perlahan membuka matanya, menatap balik Kaisar dan menyelami arti tatapan itu, dia kemudian menggeleng pelan "Untuk apa? Percuma, anda tidak akan melakukannya, tidak."


Kaisar menautkan alisnya namun sekejap, jika Sivia mengalihkan pandangannya sebentar saja, dia tidak mungkin menangkap raut itu.


"Tidak untuk membunuh Rey, itu benar." Kaisar tidak mencoba mengelak, beliau mengiyakan perkataan Sivia "Tapi aku bisa mempertimbangkannya."


Sivia dibuat bingung oleh perkataan Kaisar. Tidak ingin membunuh tapi berniat mempertimbangkannya, apa maksudnya?




"Aku bisa menyelamatkan Keea jika itu yang ingin kau tahu."




"Anda...maksud anda...Keea..." Sivia gelapan.



"Sedikit sulit memang. Ini menyangkut pengkhianatan, hal tang tak termaafkan di hukum negeri ini. Para pejabat mungkin akan mengeroyokku saat itu juga dan sepertinya aku bisa mengatasinya, ya...mungkin." Kaisar merapikan rambut Sivia dan menyelipkannya dibelakang telinga gadis itu, Kaisar memang menatap Sivia tapi tidak dengan pandangannya yang menerawang kejauhan "Kau membuatku harus menghadapi Rey. Jadi, katakan alasan yang tepat agar semua yang kulakukan tidak sia-sia."




EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang