44. Keea dan Permintaan

2K 128 12
                                    

Budayakan vote sebelum membaca 🌟

EL SULTAN : 44. Keea dan Permintaan
















Tanah yang dipijakinya sedikit berpasir, jalan yang dilaluinya hanya berupa lorong selebar dua kaki yang diapit oleh dua bangunan. Sivia tidak banyak bicara saat mengikuti seseorang didepannya. Punggung lebar yang berjalan tegas dan mantap, Sivia tersenyum dalam hati.

"Sudah sampai." Kalimat yang keluar disusul seseorang yang berbalik menghadapnya. Sivia mengeryit mengangkat kedua alisnya dan dihadiahi senyum tipis oleh pria didepannya. "Keea ada disana, ada temanku yang menjaga kalian dari jauh. Nikmati waktumu."


"Kak Ali," panggil Sivia dengan senyum yang tidak pernah lepas dari sana. "Kakak tidak ikut?"

Ali menerawang samar, banyak hal yang terjadi setelah Keea bersamanya tanpa sepengetahuan gadis itu. Menimbang bukan waktu yang tepat mengatakan perjalanan panjang yang mereka lalui dan teringat bukan hal penting, Ali menyentuh bahu Sivia dan meremasnya pelan. "Aku sudah cukup bersamanya, sekarang giliranmu. Kau pasti merindukannya."

Meskipun perkataan Ali terdengar gamang ditelinganya, tapi Sivia memilih mengangguk. Sepanjang yang Sivia ketahui dari cerita kakaknya, setelah melepas Keea, pihak istana mengantarkan langsung gadis itu kepada Ali. Tidak ingin mendebat lebih lanjut, waktu itu Sivia memilih mendengarkan karena hatinya terlanjur membuncah mendengar kebebasan Keea.

"Kakak pergi." pamit Ali dan diangguki oleh Sivia.

Setelah melihat kepergian kakaknya, Sivia mengalihkan pandangannya kearea taman yang luas. Sivia tidak menyangka penginapan ini juga menyediakan tempat seindah ini. Memang jaraknya lumayan jauh dari bangunan utama, tapi disitulah letak kelebihannya. Disini terlihat asri dan tenang.

Sekali lagi pandangannya mengedar, setelah memusatkan fokusnya kepada satu-satunya objek yang ada disana, Sivia tidak sungkan berlari melewati tatanan aneka tanaman dan menginjak rumput hijau disana. Luasnya taman membuat Sivia terengah, dia berhenti tidak jauh dari sebuah pohon besar yang menjulang disana. Tapi, bukan itu yang menarik perhatiannya. Seseorang yang sedang bersender disanalah tujuan Sivia.

Seorang gadis cantik yang menatap kejauhan dengan mata beningnya.

"Keea..." panggilan Sivia sangat lembut. Kebahagiaan yang membuat air matanya menetes, Sivia merasakan lega sekaligus bersyukur dalam satu waktu.

Si pemilik nama memutar kepalanya dan bersitatap dengan Sivia. Keea bergeming tanpa membuka suara, sekali dua kali mata itu mengerjap memastikan apa yang ada di hadapannya bukan hayalan, dan saat ketiga kalinya mata itu mengedip, air mata itu langsung mengalir disana. Senyum cantik terlukis disana, "Sivia...aku tahu kau akan datang."

Tanpa ancang-ancang lagi Sivia langsung menghambur dan membawa Keea kedalam pelukannya. Keea sudah dewasa dan ciri fisik gadis itu mulai berubah seiring bertambahnya usianya. Meskipun rona pucat masih kentara, tapi tidak ada yang memungkiri Keea bagaikan mutiara muda yang baru diperkenalkan kepada dunia. Gadis lugu yang patut dibimbing dan diarahkan dengan hati-hati, mengingat apa yang pernah terjadi kepada gadis malang itu.

"Aku merindukanmu." bisik Sivia disela isakan yang terdengar.

Keea membalas pelukan Sivia tidak kalah eratnya, gadis itu juga berbisik. "Keea juga merindukanmu. Sangat."

Sivia melepas pelukan itu dan memegang bahu Keea untuk melihat wajah itu secara dekat. Keea masih pucat, tapi entah kenapa hal itu malah membuat Keea begitu cantik. Tangan Sivia bergerak untuk menyelipkan rambut Keea dibelakang telinga. Keea hanya butuh waktu untuk menaikkan berat badan sehingga gadis itu tidak terlihat begitu rapuh seperti ini.

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang