20. Tidak Seharusnya

2.7K 158 13
                                    

EL SULTAN : 20. Tidak Seharusnya

Matahari masih remang-remang menunjukkan sinarnya. Kaisar mengerjapkan mata dan mendapati Sivia masih tertidur lelap disebelahnya. Kaisar membalikkan tubuhnya, mengambil posisi miring dengan tangan kanan menjadi tumpuan kepalanya.

Tangan kirinya yang bebas membelai lembut rambut Sivia, merapikan rambut berantakan perempuan itu dan menyelipkannya kebelakang telinga.

Sivia, perempuan itu benar-benar kelelahan, mereka baru menghentikan aktifitas mereka sekitar dua jam yang lalu, dan Kaisar yakin perempuan itu akan mengeluh kesakitan diseluruh tubuhnya saat bangun nanti.

Kaisar terdiam sambil menikmati wajah damai itu. Banyak hal yang mengganggunya, banyak teka-teki yang harus dipecahkannya, dan banyak perkataan perempuan itu yang harus difikirkannya sekarang.

Gadis itu ingin pergi darinya, ah...ralat, bukankah Sivia bukan gadis lagi sekarang? Kaisar tidak tahu harus senang atau tidak dengan keadaan itu, karena secara langsung dialah yang membuat Sivia seperti ini.

Jika Sivia mempunyai seribu rencana diotak mungilnya, jangan lupakan dengan sepuluhribu rencana yang sedang disusunnya. Untuk sekarang biarlah Sivia menjalankan rencananya, Kaisar tidak masalah, sama sekali tidak.

Kaisar bangun dan memakai lapisan pertama bajunya. Diambilnya jubahnya dan diselimutkan ditubuh Sivia sebelum mengangkatnya menuju peraduannya yang hanya beberapa langkah dari sini, Kaisar baru sadar bahwa mereka menghabiskan malam di atas permadani lembutnya.

Dibaringkannya dengan perlahan tubuh Sivia, dan sepertinya membuat perempuan itu terusik dengan tindakannya. Mata Sivia mengerjap-ngerjap sebelum akhirnya terpaku padanya.

Mata sayu yang entah kenapa bisa bersinar, dan jangan lupakan wajah khas bangun tidur yang perempuan itu tunjukkan.

Indah...sangat indah

Saat bibir bengkak itu sedikit membuka untuk berbicara, tanpa peringatan Kaisar langsung menunduk dan meraup bibir itu. Bergerak dan menyesap pelan membuat siempunya tidak dapat bertindak apapun selain mengalungkan tangannya di leher Kaisar. Sivia membalasnya, perempuan itu sudah bisa mengikuti permainannya.

Tangan Kaisar sudah mulai bergerilya di tubuh Sivia yang polos dengan jubah yang tidak lagi menutupi tubuhnya. Sivia mengerang dan Kaisar berpindah menuju telinga perempuan itu untuk menggigitnya pelan membuat Sivia memekik, kemudian berpindah lagi mengecupi rahang sampai menuju leher gadis itu dan berhenti disana, menghirupnya dengan kuat sebelum mengecup, menghisap, dan menandai leher mulus itu dengan tanda-tanda kecil yang kembali diberikannya, membuat tangan Sivia berpindah menuju rambutnya dan mencengkramnya pelan.

Kaisar berhenti saat perempuan itu mulai bergerak tidak tenang. Kaisar kembali menatap wajah Sivia dengan jarak sangat dekat. Dagu perempuan itu sedikit terangkat dengan mata yang terpejam seolah memendam gelora disana. Dada Sivia naik turun dan matanya perlahan membuka, perempuan itu menatapanya sangat dalam dengan kilatan gairah (?)

"Tubuhmu benar-benar akan hancur kalau kita memulainya lagi." Bisik Kaisar dengan nafas menerpa mulut perempuan itu. Ditempelkannya bibir mereka dan ditekannya sedikit lama tanpa bergerak sebelum Kaisar menyudahinya "Tidurlah, Sivia~"

Perempuan itu melepaskan rangkulannya dan Kaisar sedikit menjauh untuk menutupi tubuh Sivia dengan selimut.

Perempuan itu lumpuh jika berhadapan dengannya

Kemudian terdengar suara Kasim Jinsu dari luar, Kaisar mengambil jubah luar baju tidurnya dan mencopot ikatan tali di tiang peraduannya membuat tirai putih tipis menutupi peraduannya -tentunya dengan Sivia yang berada didalam sana.

EL SULTAN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang