Delusional Problem [EXO Fanfiction]

47. Thinking

"Tenangkan dirimu, Rosselyne Nam."

❤ Enjoy Reading ❤

•••

Jadi, mari kita mulai dari hari pertama, apa yang perlu kita bahas? V, penindasan, dan Vampir. Tidak ada. Tidak ada yang perlu dibahas karena semua itu sudah jelas. Lanjut ke poin berikutnya soal Jieun, partner PM, dan ketiga member EXO. Kris tak pernah merespon tentang hal ini padahal tinggal H-3 sampai batas waktu pergantian anggota, Kai jelas-jelas menolak namun sepertinya bisa diubah jika Kris setuju, dan Tao... Well, Rose tak pernah bicara dengannya. Entahlah, Rose merasa tidak ada gunanya bicara dengan Tao karena ia sepertinya sama seperti Kai. Rose benar-benar tak mengerti kenapa kedua orang itu tak mau menyetujui pertukaran ini, maksudnya bukankah mereka akan lebih senang jika bekerja dengan sesama EXO? Apakah... karena mereka mencurigai Rose?

Rose tahu ada sesuatu yang aneh antara EXO dan dirinya. Beberapa dari mereka merasa bahwa Rose adalah ancaman, entah apa yang Rose lakukan sampai mereka menganggap Rose tampak begitu berbahaya. Oh, jangan salah sangka, Rose jelas menyadari keberadaan EXO yang ada di café ini hampir setiap harinya, bahkan saat ini. Rose selalu menyadari keberadaan EXO, ia menyadari bagaimana mereka mengamati Rose. Ia menyadari setiap reaksi mereka seakan mereka bisa mendengar setiap pembicaraan di meja ini meski Rose berbisik-bisik. Rose menyadari bahwa baik EXO, Seongwoo, dan Woohyun seakan tahu semua cerita Rose di meja ini. Ia diam-diam mengamati reaksi mereka dari sudut matanya. Entah mereka memasang alat penyadap atau mereka memang bisa mendengar. Rose sama sekali tak mendapatkan penjelasan apapun dari hal itu.

Lalu soal penyekapan Rose. Ini adalah kejadian paling ekstrim pertama yang terjadi ketika ia menginjakan kaki di Korea. Ia tak tahu kenapa mereka menyekap Rose, seakan ingin membiarkannya mati perlahan-lahan. Ya, Rose masih bisa merasakan dengan jelas seperti apa rasanya berada di ruangan lapuk, diikat kedua tangan dan kaki, mata tertutup, tanpa makanan dan minuman. Disekap dari rabu sore hingga jumat siang sampai Chen dan Xiumin datang menyelamatkannya. Rose berpikir ia akan mati saat itu. Semuanya aneh. Ia tak tahu siapa yang menyekapnya, apakah murid Korean Private Academy? Atau orang luar? Siapapun mungkin karena saat itu jam pulang sekolah dan orang luar mudah menyelinap karena sekolah terlalu sepi.

Dilihat dari cara kerjanya, sepertinya orang-orang ini profesional. Mereka tak bicara dan tak meninggalkan sedikitpun petunjuk tentang jati diri mereka. Perkerjaan terlalu bersih. Yang pasti, Rose tahu semua ini telah direncanakan. Pertanyaannya, kenapa? Sejak kapan? Saat itu baru hari ke-3nya di Korean Private Academy dan ia belum melakukan apapun yang menarik perhatian secara besar-besaran. Setidaknya tidak di dalam area Academy. Jadi kenapa? Atau mungkin... memang semua ini orang luar? Jika orang luar, maka tidak ada hubungannya dengan keberadaan Rose di Academy. Mereka mungkin melakukan itu di area Academy untuk mengecoh. Ya, mengecoh. Itulah kuncinya! Tak ada alasan untuk murid Academy melakukan ini pada Rose. Sekalipun pelakunya mungkin murid Academy, otaknya pasti orang luar.

Tidak, masih ada kemungkinan bahwa otaknya adalah orang dalam Academy. Ada kemungkinan. Siapapun itu pasti telah mengenal Rose lama. Tidak mungkin orang yang baru mengenal Rose ketika di Academy. Yang Rose tahu hanya Navajo dan Woohyun, namun Rose yakin tak mungkin mereka. Ada orang lain yang sedang bersembunyi di kerumunan murid-murid Academy. Orang yang mengenal Rose sebelumnya namun sepertinya telah terlupakan oleh Rose. Orang yang membenci Rose dan menyimpan dendam padanya hingga ingin membunuhnya.

Anehnya, tampaknya orang itu tak bergerak lagi untuk menyerang Rose. Mungkin belum. Mungkin orang itu sedang menunggu waktu yang tepat, mungkin orang itu sedang menyusun rencana, atau mungkin ia menyerang orang-orang yang berhubungan dengan Rose? Pikiran itu membuat Rose merinding. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Rose bukanlah orang yang kuat, ia bahkan tak bisa melindungi dirinya sendiri, tak mungkin ia bisa melindungi orang di dekatnya. Pikiran kehilangan orang-orang terdekatnya membuat Rose tampak putus asa, menyedihkan, dan depresi.