74. Good Friends

1.6K 169 17
                                    


♥Enjoy Reading
••
R

ose terdiam di ruang tunggu yang sama untuk kedua kalinya dalam minggu ini. Sebuah tiket ke Jerman berada di tangannya. Ia langsung menyadari penjagaan yang ketat di bandara sejak ia turun dari taksi. Ia berpura-pura menjadi orang jepang dengan penyamarannya itu, memakai topeng wajah, wig pirang, mata berwarna ungu yang mencolok khas fashion Jepang. Ia bisa melewati penjagaan dengan mudahnya.


Ia tahu ini tak benar. Lari dari masalah bukanlah dirinya. Ia tak pernah lari dari masalah. Ia selalu menghadapinya. Tapi Rose hanya terlalu— lelah. Ya, ia lelah. Sangat lelah. 11 tahun ia hidup menerima bagaimana keluarga Nam mengarahkan dan mengatur jalan hidupnya. Bahkan setelah ia memilih untuk kembali ke Korea atas saran Sangjin untuk memperbaiki hubungannya dengan Ayahnya, ia tanpa sadar kembali dijadikan boneka oleh Keluarga Nam. Oleh Ibunya.

Dan Rose benci itu.

Tapi kabur sama sekali bukan jawaban. Itu sama sekali bukan jalan keluar dan Rose benci karena bahkan ia sendiri tak ingin meninggalkan Korea. Tak ingin meninggalkan Jaejoong dan Junsu, Seongwoo dan Woohyun, Lily, Anti-K, EXO. Ia tak ingin meski berada disini mengurasnya secara fisik dan batin.

Rose mengambil ponselnya, ponsel bekas yang ia asal beli namun berfungsi dengan baik. Ia segera menelepon Jaejoong, nomor yang selalu ia hafal.

"Yoboseyo?"

Bahkan mendengar suara Jaejoong saja membuatnya tak bisa menahan air matanya. "Aku ingin melarikan diri, Jaejoongie," bisik Rose terisak.

Jaejoong terdiam mendengar itu untuk sejenak. "Kau— kau ingin ku jemput? Atau kau hanya perlu— emm, bicara di telepon denganku?" tanyanya menawarkan, tampak tak bisa membaca mana yang Rose butuhkan saat ini.

"Jemput aku di Bandara," jawab Rose masih sedikit terisak.

"20 menit lagi aku sampai," jawab Jaejoong.

"Terima kasih."

"Rose," panggil Jaejoong sebelum Rose memutuskan panggilan mereka. "Aku senang kau menghubungiku," kata Jaejoong. "Jangan pergi kemana-mana."

"Um-mm," jawab Rose mengangguk sambil mengusap air matanya.

Perasaan hangat mulai menjalar dihatinya yang sakit dan sesak. Memberikan kelegaan ditengah segala sesuatu yang menghimpitnya. Ia tersenyum meski air matanya mengalir menyadari masih ada yang peduli dengannya, masih ada yang mencemaskannya. Tidak, seharusnya ia sadar bahwa V, Jieun, dan Hongbin mencemaskannya. Bahkan Seongwoo dan Woohyun mencemaskannya. Kenapa Rose sulit melihat semua itu?

Ah, Rose sadar sekarang. Ia terlalu terlarut dalam segala masalah ini. Ia bukan lagi Rose yang positif, yang fokus dengan hal-hal yang membahagiakan. Ia perlahan mulai melemah dan itu tak baik. Ia harus kembali menjadi Rose yang bersinar bak matahari dan berwarna bagai pelangi. Ia tidak boleh terus-terusan terlarut dalam kekalutan ini. Ia harus bangkit.

Karena ia tak sendiri. Ia memiliki teman-temannya yang menopangnya. Meski tanpa Navajo, ia akan baik-baik saja.

_CHAPTER_SEVENTY-FOUR:_Some_Good_Friends_

Bahkan sebelum 20 menit, Jaejoong sudah tiba di bandara untuk menjemput sahabatnya itu. Ia cemas, itu jelas, tapi melihat penyamaran Rose itu membuatnya tak bisa menahan tawanya. Ya, Kim Jaejoong menghabiskan 10 menit waktu Rose yang berharga untuk menertawakannya di depan bandara, di tonton orang-orang yang berlalu lalang. Itulah yang menyebabkan Rose mengambek sepanjang perjalanan, bibirnya melengkung ke bawah dengan sempurna membentuk ekspressi dongkol.

Delusional Problem [EXO Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang