56. A Date

1.3K 175 22
                                    

"Cukup ingat itu setiap kali kau meragukan dirimu."

Enjoy Reading

•••

"Hey," kata Rose pelan duduk disamping sahabatnya itu. "Don't cry," bisik Rose memeluk Jae erat.

Rose merasa buruk. Ya, sangat buruk karena ia tidak bisa merasakan kesedihan yang sama dengan Jae. Karena ia tidak merasa sesakit biasanya ketika melihat Jae menangis. Terlalu banyak yang terjadi membuatnya kini sulit untuk bisa merasakan perasaan orang lain seperti biasanya. Kali ini, ia hanya tahu bahwa Jae sedih, ia tak merasakan kesedihan Jae.

Air mata Jae justru semakin tak berhenti dipeluk oleh gadis ia sukai sejak lama itu, oleh sahabatnya itu. "Mungkin Haejin benar," kata Jae lirih.

Haejin memang benar. Ingin sekali Rose mengatakan itu, namun ia tahu jelas lebih baik menutup mulutnya. "Yang penting aku masih disini, kan? Aku masih ada di sampingmu." Itulah yang pada akhirnya Rose katakan.

Jae tak bisa menahan senyumnya mendengar itu. Rose selalu mengejutkannya, selalu tak tertebak. Itulah yang semakin membuat Jae untuk melepaskan gadis ini. "Gombal," kata Jae mengusap air matanya.

Rose tertawa kecil mendengar itu sebelum melepaskan tubuh Jae dan bangkit berdiri. "Ayo," katanya mengulurkan tangannya.

"Kemana?" tanya Jae menerima tangan Rose dan membiarkan gadis mungil itu menariknya berdiri.

"Kupikir ini saatnya kita kencan pertama?"

Senyum semakin mengembang di wajah Jae dan rona merah malu-malu itu kembali menghiasi wajahnya.

_CHAPTER_FORTY_SIX:_A_Date_

Rose dan Jae pergi ke taman ria, lalu ke bioskop, dan berakhir di sebuah café di mall tempat mereka nonton.

"You're great leader, Rose." Tiba-tiba Jae mengatakan itu.

Rose terkejut. Sangat terkejut. Namun ia hanya bisa tersenyum dan menggeleng. "Kenapa tiba-tiba bicara begitu?"

Jae mengangkat bahunya dan tersenyum sendu. "2 hari ini aku merasa kau terlalu banyak tak fokus. Aku tak tahu masalahmu, mungkin soal Bisnis keluargamu atau pekerjaanmu sebagai dokter yang sama sekali tak kumengerti. Apapun itu, aku hanya ingin memberitahumu kau adalah pemimpin yang baik. Tidak, bukan hanya pemimpin, tapi juga kau orang yang baik."

Rose bisa merasakan air matanya mulai mengumpul di pelupuk matanya mendengar itu. Perkataan Jae benar-benar dibutuhkannya saat ini. Segala sesuatu tentang dunia supernatural membuatnya mengabaikan pekerjaannya sebagai Pimpinan Pakuwon Group juga profesinya sebagai dokter, selama kencan ponselnya tak berhenti bergetar karena notifikasi dari Sekre Jang yang memberitahu beberapa pekerjaan yang harus segera Rose selesaikan dan tak bisa ditelantarkan lagi.

Ditelantarkan.

Satu kata itu begitu menohok bagi Rose. Sejak ia masuk ke dalam Pakuwon Group, sejak ia dipandang rendah oleh koleganya karena ia masih muda, ia bersumpah bahwa ia akan membuktikan bahwa ia tak bisa dipandang rendah. Ia bersumpah takkan menyepelekan masalah Pakuwon Group. Ia akan memprioritaskan PG, karena ia adalah pemimpin PG.

Tapi apa yang ia lakukan seminggu lebih ini? Ia terlalu terlarut dengan tetek bengek dunia supernatural dan mengabaikan PG. Itulah yang membuat Rose mempertanyakan kepemimpinannya sendiri.

Perkataan Jae adalah perkataan yang sering kali ayahnya katakan. Ia ingat bahwa pertama kalinya ayahnya mengatakan itu adalah ketika umur 3 tahun, mungkin. Dan setiap ulang tahunnya, ayahnya akan selalu mengatakan itu. Semakin bertumbuh, perkataan itu semakin sering dikatakan oleh ayahnya setiap kali Rose meragukan kepemimpinannya sendiri. Dan bahkan perkataan itu adalah perkataan yang pertama kali ayahnya katakan ketika mereka bertemu kembali ketika umur Rose 12 tahun.

Delusional Problem [EXO Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang