46. Crumble

1.6K 181 30
                                    

"Tutup mulutmu atau kau kucium."

Enjoy Reading

•••

Rose berdiri di lorong ruang UGD, menantikan kabar tentang ayahnya. Sudah 2 jam berlalu sejak ayahnya di tangani dan masih belum ada kabar. Rose akan berbohong jika dikatakan ia tidak ketakutan. Rose jelas-jelas ketakutan, ia gemetar, dan ia sangat-sangat dekat dengan batas pengendalian dirinya. Untungnya musik yang terputar di telinganya cukup membantunya untuk menenangkan diri. Ya, Haejin langsung memakaikan earphone pada Rose untuk menenangkan sahabatnya itu.

Lily duduk di kursi tunggu dengan bersandar pada tubuh Sehun yang duduk bagaikan patung di samping Lily, namun menggenggam tangan adiknya. Rose beruntung Sehun mau datang dan menenangkan Lily, karena Giyoon jelas-jelas gagal menangani adiknya itu.

Giyoon dan Jae duduk bersama disamping Sekre Lee sedangkan Sekre Jang pergi untuk mengurus beberapa hal yang Rose minta. Kembaran tak sedarah Rose, Jung Haejin, duduk di kursi paling ujung, disamping Rose yang berdiri. Ia menggenggam tangan Rose meski wajahnya tampak bagaikan anak anjing yang hilang. Rose sangat beruntung memiliki sahabat-sahabat seperti Navajo, yang langsung sigap menemaninya disaat dia hampir gila.

Ya, Rose berkali-kali sudah mengganggu para medis yang lalu lalang dan mengomeli mereka. Ia beberapa kali di tahan oleh Haejin ketika ingin menerobos masuk ke ruang UGD karena ia tak sabaran. Sudah dibilang dia sangat dekat dengan batas pengendalian dirinya. Jika ia lepas kontrol, entah apa yang ia lakukan untuk mempertahankan wajahnya di depan Sehun, di depan semua staff rumah sakit ini. Meski sejujurnya Rose tak bekerja disini, tapi ia tetap harus mencoba bersikap baik.

Setelah menunggu 2 jam 42 menit yang terasa bagaikan satu dekade bagi Rose, dokter yang bertanggung jawab atas ayahnya itu keluar dan memberikan hasil. Mengatakan bahwa ayahnya sudah mulai stabil dan akan dirawat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter mengatakan bahwa ayah Rose terkena serangan jantung namun sudah ditangani.

Tentu Rose tak terima alasan itu begitu saja. Dia berargumen dengan panasnya selagi paramedis yang lain memindahkan ayah Rose ke ruangan terbaik di rumah sakit itu diikuti oleh Sekre Lee, Lily, dan Giyoon. Sehun masih terdiam disana melihat bagaimana Rose hampir kehilangan dirinya dan mengatakan bahwa ayahnya tak memiliki riwayat penyakit jantung ataupun berpotensi untuk memiliki penyakit jantung. Rose bersikeras mengatakan ada penyebab lain. Pada akhirnya, dokter setuju untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Rose, Haejin, Jae, dan Sehun menyusul ke kamar ayah Rose. Dan melihat para medis menangani ayahnya yang masih tak sadarkan diri itu. Setelah para medis keluar ruangan, Lily langsung duduk di samping tempat tidur ayahnya dan mulai menangis.

Ini pertama kalinya Sehun melihat Lily menangis. Ia mengenal Lily sebagai gadis dingin dengan superior kompleks. Ia bagaikan Tuan Putri Sejati yang merasa dunia ada dalam genggaman tangannya. Well, setidaknya seperti itu sebelum Rosselyne Nam kembali ke sekolah yang sama dengannya. Tapi meski begitu, Sehun tahu Lily bukan gadis yang cengeng. Topeng dinginnya hanya menampakan senyum palsu dan ekspressi arogan, namun tidak pernah ada kerapuhan dalam sosok Lily. Itulah Lily yang Sehun kenal selama ini.

Ketika Sehun tiba di rumah sakit dan melihat Lily menangis hampir seperti histeris, Sehun tak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah ini akting? Apakah ini caranya untuk mencari perhatian? Lily sangat suka perhatian, ia selalu suka berada dibawah sorotan lampu. Begitu dominan. Itulah yang ada dipikiran Sehun. Namun begitu melihat wajah Lily, begitu melihat emosi pada mata Lily, Sehun tahu itu semua nyata. Lily mengalami guncangan. Ketakutan terlihat jelas di mata Lily. Hari ini adalah pertama kalinya Sehun melihat Lily tampak rapuh, dan itu bukan topeng.

Delusional Problem [EXO Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang