42. Unrequited Love

1.8K 180 21
                                    

"Kami hanya tak ingin kau tersakiti."

Enjoy Reading

•••

"Lee Hongbin, huh?" gumam Jae sebal dan memainkan ponselnya penuh emosi.

D.O merasa kupingnya berdiri tegak ketika Jae menyebut nama ketua kelas mereka. Ada apa dengan Lee Hongbin? Apakah itu pria yang chatting dengan Rose? Ah, kenapa juga D.O harus peduli dengan hal seperti itu? Tapi tak bisa disangkal, hal itu mengganggunya.

Ia tak pernah bicara banyak dengan Rose. Meski percakapan mereka hari minggu malam masih terekam jelas dalam benak D.O, ia tak pernah lagi bicara dengan gadis itu. Alasan? Simpel, D.O tak tahu ia harus bicara apa. Rose menyapanya ketika senin pagi di kelas, berupa anggukan dan senyum ramah. Sayangnya, D.O tak membalas itu, ia mengabaikan sapaan Rose, bertingkah seperti ia tak mengenal Rose. Ia bisa melihat kekecewaan dalam wajah Rose ketika gadis itu duduk di tempat duduknya. D.O merasa malu dan bersalah, ia tak bermaksud untuk mengabaikan Rose... ia hanya tak tahu bagaimana ia harus membalas sapaan itu.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa D.O bukanlah orang yang bisa menghadapi mahluk bernama wanita dengan baik. Ia kikuk dan ia tak mengerti apapun tentang wanita. Ia adalah tipe yang langsung pada intinya ketika bicara, dan wanita sering kali tak menyukai itu. Itu sebabnya D.O tak terlalu banyak bersentuhan dengan wanita, ia hanya bicara dengan mereka jika ia menginginkan mereka berada di ranjangnya.

Ia bukanlah tipe orang yang bisa ramah dengan wanita, tentu ia bisa bersikap gentleman, tapi itu bukanlah dirinya yang sebenarnya. Sikap gentlemannya hanya keluar ketika ia merayu wanita untuk berjalan ke ranjangnya, untuk merayu wanita yang ingin diminum darahnya.

Itulah sebabnya D.O tak mengerti bagaimana ia harus bersikap di hadapan Rosselyne Nam ketika di sekolah. Pada akhirnya, ia mengabaikan gadis itu. Bertindak seperti mereka sama sekali tak pernah bicara. Bertindak bahwa percakapan kecil mereka di kamar atas café ini tidak pernah terjadi. Dan Rose... tak lagi menyapanya setelah itu. Sesuatu yang D.O sesali.

"Yah, kau harus berusaha untuk mengontrol perasaanmu," kata Giyoon menyenggol Jae pelan.

"Giyoon benar, Jaekyung-ah. Jika Rose tahu, semua akan terasa canggung. Kau tahu itu," kata Haejin menghela nafas.

Oh-kay, apa yang terjadi disini? Apakah Shim Jaekyung menyukai Lee Hongbin? Ah, pasti seperti itu, itu sebabnya ia kesal ketika Rose dan Hongbin menghabiskan jam istirahat mereka bersama.

"Tidakah kau lihat ekspressi Hongbin ketika menatap Rose? Oh, gosh, dia jelas-jelas suka pada Rose. Ia tak bisa berhenti untuk menengok pada Rose selama jam pelajaran dan ia memandang Rose seakan ingin mengingat setiap detil wajahnya. Argh, itu benar-benar menyebalkan!" sembur Jae sebal dan mengacak-acak rambut sebahunya dengan frustasi.

"Mungkin dia salah mengartikan sikap Rose-unnie, seperti koasnya," kata Jieun.

"Itu adalah kemungkinan yang paling mungkin," kata Haejin mengangguk.

"Noona... kau... menyukai Hongbin-sunbae?" tanya V pelan.

"HUH?!" tanya Jae seperti histeris sedangkan Giyoon dan Haejin tampak menahan tawa mereka. "Yah, jangan tertawa!" protes Jae memukul kedua sahabatnya itu. "Dan tidak, aku tidak menyukai Hongbin. Sama sekali tidak. Darimana kau berpikir begitu?" tanya Jae sebal.

"Uh... cara kau bicara... um, kau tahu, noona, seperti cemburu," kata V sedikit takut melihat Jae yang jelas-jelas tampak bad mood itu.

"Yah, jangan di konformasi. Kau akan mengejutkan mereka," kata Giyoon menggeleng namun tak bisa menahan senyumnya.

Delusional Problem [EXO Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang