The Bloody Opera 03 : Strange Building

2K 208 13
                                    

Senja telah lenyap ketika Clue tiba di balkon lantai dua, tempat yang di sinyalir merupakan lokasi dimana pelaku melancarkan aksi kejinya.

Di tempat seluas kurang lebih satu meter itu, pagar besi setinggi perut orang dewasa berdiri kokoh melingkari ujung-ujung balkon. Meski cahaya minim akibat temaram, gadis itu masih bisa merasakan pesona kunonya. Apalagi saat matanya menangkap jendela besar berornamen unik di depannya. Jendela besar yang semula berkilau itu, kini tampak pecah, berlubang dan berantakan oleh serpihan kaca yang menggantung. Lantai keramiknya pun tak lebih baik, penuh dengan kekacauan yang menjadi saksi atas tragedi berdarah itu.

Pelan-pelan, Clue menyusuri tempat itu. Tentunya setelah ia mengganti sepatu ketsnya dengan booth sebelum menginjakkan kaki di balkon. Dengan begitu, kakinya tidak akan berakhir konyol dengan tergores serpihan kaca yang berserakan di sana.

Clue menghela napas. Gadis itu mengatupkan kelopak mata ketika merasakan denyutan luar biasa yang lagi-lagi menghantam kepalanya. Hal itu terjadi karena dia pertama kali melihat secara langsung peristiwa mengerikan tadi. Bagaimanapun, Clue masih belum bisa menyingkirkan bayang-bayang saat kepala Lady meledak di depan matanya.

"Huft..."

Sekali lagi, Clue menarik napas panjang untuk meredam sakit kepala yang semakin lama semakin menggigit. Dia juga tak ingin jika sakit itu mengganggu fokusnya untuk menemukan petunjuk di tempat ini. Gadis itu sudah bertekad untuk mengungkap segalanya.

Sebuah helikopter milik kepolisian datang tepat saat Clue hendak memeriksa serpihan kaca di sana. Seperti prediksinya, kendaraan udara itu memang di siapkan ketika hal darurat seperti sekarang terjadi. Clue mengangguk ringan. Ia memang sudah paham tentang kelengkapan transportasi milik SSA, bahkan dari yang terkecil hingga terberat. Helikopter itu datang dan memberikan pencahayaan penuh untuk dirinya yang sedang mencari bukti di sana. Sangat membantu memang.

Clue menggunakan sarung tangan dan hati-hati memeriksa serpihan kaca yang berserakan. Dengan memperkirakan ukuran pecahan dan lubang yang tercipta saat penembakan itu, Clue sudah bisa membayangkan bagaimana si pelaku melancarkan aksinya. Dalam jarak sesempit ini di atas balkon, menenteng sebuah senapan besar tidaklah mudah. Apalagi pelaku harus kabur ketika melancarkan aksinya. Clue rasa, pembunuh di kasus ini benar-benar orang gila yang nekat. Ia pasti sudah menyiapkan segalanya dengan matang, termasuk presentasi tertangkap oleh penjaga keamanan gedung ini.

Aksi yang sungguh mengesankan.

Tapi... gadis itu merasa ada suatu hal yang janggal di sini, dan dia akan berusaha untuk menemukannya.

Clue beralih memeriksa serpihan lainnya saat matanya menemukan bercak darah di antara pecahan kaca yang terpental di pinggir pagar. Kelereng kelamnya dengan cepat mengilat. Satu petunjuk ia dapatkan.

"Apa yang kau temukan, umm... Petugas baru?"

Seorang petugas bantuan turun melalui tangga darurat Helikopter. Ia adalah salah satu Agen yang diutus untuk menyerahkan kantong barang bukti dan semua yang diperlukan dalam penyidikan kasus ini. Petugas itu bernama Brandon Wake, pemilik Codename Bridge. Seperti nama kodenya, ia bertugas menjadi jembatan dalam segala penyidikan. Jika ada yang membutuhkan bantuan, ia akan tiba dengan cepat dan membawa bantuan yang diperlukan.

"Hanya sedikit bercak darah. Sepertinya akan menjadi petunjuk pertama di tempat ini."

Brandon merapatkan alisnya, membuat ekspresi yang tampak sedang memikirkan sesuatu. "Benar juga. Apa kau punya opini tentang bukti itu?" Tanyanya, berniat menguji Clue sebagai petugas baru.

Clue mengangguk lalu mengambil serpihan kaca berdarah itu. "Sebenarnya sedari tadi aku merasakan ada kejanggalan di sini." Ia memandang benda itu sebentar sebelum berujar kembali. "Pertama, si pelaku datang ke balkon ini untuk menembak korban langsung. Dengan membawa senapan berkaliber 12,7 mm di balkon yang memiliki diameter kurang dari satu meter, kupikir dia adalah pelaku yang profesional dan berani. Dia tahu konsekuensi menembak dengan jarak sesempit itu, apalagi kaca yang di tembusnya adalah kaca ornamen dengan ketebalan biasa. Sudah pasti dia tidak akan lolos dari pecahan kaca yang tercipta dari letusan proyektil senapan itu, kecuali dia memakai baju besi."

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang