MC4 : The Cursed Of Pallido 9 ( Kesepian Yang Kan Sirna )

4.3K 516 77
                                    

Hai readers? Bagaimana kabar kalian? Masih setia nunggu kelanjutan cerita ini?
Kalo iya saya akan berterima kasih sekali pada kalian khususnya yang rajin Vote dan komen cerita saya ;) #Nyueehhee
Oya selama menggarap chap ini saya banyak mengalami kesulitan baik itu ide ataupun waktu.
Sepertinya saya terkena wabah WB akut.. :(
Alhasil jadilah Chap abal bin ancur ini..
Tapi karena rasa konsistensi saya terhadap apa yang telah saya janjikan membuat saya tetap mengupdate cerita ini.
Maaf mungkin di Chap ini membuat reder semua kecewa dengan kehancuran jalan ceritanya.

Happy Reading dont forget to give me a stars

000

"Mati lah!"

Suara-suara itu terus berdengung nyaring di telingaku. Aku memejamkan mataku frustasi, jantungku berdetak sangat cepat dan keringat dingin membanjiri tubuhku.

Aku berusaha mengatur nafasku agar tak memicu penyakit asma bawaanku kambuh di tempat ini. Tidak.. Tidak boleh!

Tenang.. Tenang.. Tenang..

Kata-kata itu seperti mantra yang menyihirku untuk lebih kuat melawan ketakutanku. Aku membuka mataku perlahan, bersiap menghadapi apapun yang berada di hadapanku.

Sulur-sulur hitam terlihat membelit kuat tubuh Paul yang ketakutan, membuat tubuhnya melayang beberapa senti dari lantai yang kami pijak. Aku menoleh kebelakang -- kearah Charles yang sejak tadi diam membisu. Dari ekspresinya, menyiratkan antara takut dan tak mempercayai apa yang sedang di lihatnya sekarang.

Kutolehkan kepalaku di sudut yang menjadi titik sulur-sulur itu bermunculan. Di sana, seorang bocah beriris kelabu terlihat berdiri menatap penuh kebencian pada Paul.

Kutampar pipiku sebanyak tiga kali, berharap semua yang kulihat hanyalah mimpi seperti kejadian beberapa malam yang lalu di hutan. Namun sepertinya mimpi buruk telah menjadi nyata, ketika aku membuka mataku dan masih melihat pemandangan yang luar biasa di hadapanku.

"Winter.." Ujarku pelan.

Bocah itu menoleh kearahku, menatapku dengan tatapan dingin. "Kau mengenaliku?" balas bocah itu dingin.

Aku mengangguk sebagai konfirmasi. "Bukankah kita telah bertemu dua kali sebelumnya? Namaku Clue. Bisakah kau menghentikan perbuatanmu? Aku berjanji setelah ini aku akan membawanya ke pengadilan.."

Mungkin aku gila, tapi tak ada cara lain selain bernegosiasi. Bagaimanapun kejahatannya, Paul masih berhak hidup. Biar pengadilan saja yang memutuskan seperti apa hukuman yang adil baginya.

Bocah itu tiba-tiba menatapku tajam, iris kelabunya membeliak sehingga membuat matanya yang sudah mengerikan bertambah mengerikan. "Jangan ikut campur!" desisnya tajam yang membuatku semakin terpaku.

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang