The Blacklist Underground 14 ✔ : Flame of Vengeance

150 31 11
                                    


Salju yang angkuh baru saja menancapkan panah-panahnya ke bumi yang pekat. Menebarkan aroma beku dalam setiap hembusan. Musim dingin yang gontai menyapa bumi setelah sekian lama bersembunyi dalam kubah langit, melingkupi bumi yang semakin renta ini dengan sayap-sayapnya. Kehangatan musim semi yang tersisa telah dilumat oleh kaki fajar. Ditenggelamkan oleh hentakan-hentakan malam yang merangkak naik dan mengusik.

Clue merapatkan jaketnya, ia merasa menggigil setengah mati. Apalagi saat kaki-kaki gemetarnya mulai menaiki tanjakan licin dengan batu-batu yang tajam. Gadis itu tetap berjalan, sesekali mencengkram ujung rantai yang membantunya agar tidak terjatuh. Sementara seseorang di depan berjalan memimpin membawa ujung rantai lainnya, membimbing Clue berjalan tanpa goyah sedikitpun.

Suara bentakan kasar terdengar mengambang di udara, terbawa sayup angin hingga menimbulkan gema. Di susul sayup-sayup jeritan putus asa dari seorang wanita, terdengar memilukan.

"Lionel... tolong jangan bunuh Lionel..."

"Diam kau jalang terkutuk!"

DORR!

"Tolong ... jaga anak kita."

Langkah Clue terhenti. Ia sedikit mengernyit, menatap sekitarnya yang hanya didominasi oleh hitam dan putih. Ya, monokrom. Sementara saat menatap jauh ke bawah, hanya ada tebing dan jurang gelap tanpa dasar. Sedalam apapun Clue berpikir, ia sungguh tak bisa mencerna apapun sekarang. Tetapi jauh di sudut hatinya ia masih bisa merasakan bahwa ada yang tidak beres sekarang.

"Larry," panggil Clue parau, menatap lurus pada seseorang yang sejak tadi membimbingnya dengan sebuah rantai. "Apa kau bisa jelaskan dimana kita sekarang? Dan juga... kemana kau akan membawaku?"

Clue menghela napas pelan, menatap lurus punggung pria itu. "Seingatku kita sedang menangani sebuah kasus besar. Apa sekarang aku sedang bermimpi?"

Larry berbalik, perlahan. Cahaya temaram pelan-pelan merasukinya saat ia mulai mendekati Clue, membuat bayang-bayang hitam sepenuhnya tersingkir dari sosoknya, keluar dari kegelapan yang melingkupi.

"Ya, kau sedang bermimpi, Sersan Clue. Sayangnya bukan mimpi bagiku."

"A-apa maksudmu?"

Larry tersenyum cerah. Sangat cerah.

Namun, entah mengapa senyumnya kali ini membuat jantung Clue terasa sakit dan membeku. Wajah Larry tampak pucat, sepucat salju yang turun malam ini.

"Tolong selesaikan kasus ini secepatnya, Sersan. Dan sampaikan salam maafku pada semuanya."

Larry melepaskan ujung rantai yang semula digenggamnya, membuat rantai yang terhubung itu secara ajaib menghilang tak berbekas. Tersenyum, ia menepuk pundak Clue yang masih tampak kebingungan. Cahaya putih benderang yang berasal dari langit pelan-pelan menyingkirkan pekatnya semesta, membuat sosok Larry terlihat semakin jelas dan bercahaya.

"Kau masih punya kesempatan hidup, Sersan. Tolong gunakan kesempatan itu sebaik mungkin."

"Apa yang--"

"Sekarang bangunlah, dan tunaikan tugasmu."

Diantara kebingungan yang menggumpal tiba-tiba Larry mendorongnya. Clue terhenyak. Tubuhnya jatuh, semakin jauh ke dalam jurang gelap nan dalam. Dari sudut matanya, sebelum kegelapan sepenuhnya merengkuh tubuhnya, Clue dapat melihat senyum tulus Larry untuk terakhir kalinya, bersama gerak bibirnya yang membisikkan sesuatu.

"Tolong lindungi anak dan istriku..."

.

.

.

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang