The Silver Chip 10 : Everything have End

1.5K 254 60
                                    

Warning!

Tekan vote sebelum membaca! Hargai karya author dengan meninggalkan jejak! 👣

Terima kasih 👌

Sebuah sosok mendadak muncul dari lorong sebelah kanan, berjarak sekitar 2 meter dari lorong yang Eirene tuju. Gadis muda sontak terperanjat. Ia tidak sempat mengolah informasi yang ditangkap otaknya. Tidak ada waktu untuk berkelit, dia membiarkan sosok itu menghentikan langkahnya.

"I--" sosok itu buru-buru mengangkat tangan. Ia mempertontonkan pistol glock dengan warna hitam berkilat ditimpa temaram. Dalam waktu kurang dari 3 detik, peluru dimuntahkan, dua kali berturut-turut. Suaranya yang amat keras menggelegar di lorong panjang itu, mencipta efek semacam gempa kecil di dindingnya. Mafia yang tadi berada di belakang Eirene pun menghentikan langkah. Dia bergeming, dengan mata membeliak lebar. Pria itu masih sempat meraih dadanya, yang kini berlubang, merasakan basah di sana sebelum akhirnya jatuh tersungkur bersimbah darah.

"Ins--Inspekur," cicit Eirene seraya mendongak, meneliti wajah penyelamat yang kini mendekapnya sangat erat. Belum sempat gadis itu berkomentar lebih banyak, Jones telah menariknya. Mereka kini bersembunyi di lorong tempat Inspektur tadi muncul tiba-tiba, berkelit sebelum berondongan peluru dadakan dari para mafia lain menembus punggung Eirene.

"Kau tidak apa?" sembur Jones langsung mengamati wajah dan tubuh langsing Eirene. Berkali-kali pria itu membolak-balik tubuh bawahannya, mencari luka yang mungkin saja bersarang di sana. Namun, hanya beberapa lebam di wajah yang pria itu dapati, tidak ada lubang tembakan di tubuh itu. Jones sangat lega.

"Syukurlah, kau baik."

Eirene menyaksikan pria itu mendesah lega, tapi gadis itu tahu atasannya tidak baik-baik saja. Gadis itu sadar, pria itu menahan sakit dan rembesan darah yang ada pada kemeja Eirene kini pastilah dari luka tembak yang bersarang di bahu Jones. "Inspektur, kau terluka."

"Aku tidak apa, ayo keluar dulu!" sergah Jones cepat. Dia hendak menarik Eirene, tetapi gadis itu menolak beranjak. "Eirene?"

"A-aku tidak bisa." Eirene menatap ngeri luka di bahu Jones yang mengeluarkan darah. Gadis itu ketakutan, tetapi dia tidak bisa lari. "Kalau kita pergi, mereka akan mengejar Clue. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa." Gadis itu mengigit bibir bawahnya kuat.

Jones mendesah. Pria itu menembak beberapa kali untuk menghambat pergerakan para mafia. Tembakan itu sebagai berita bahwa lawannya masih punya kesempatan mencabut nyawa mereka. "Sial!" Jones mengumpat karena lengannya terasa terbakar setiap kali ia bergerak. Pergerakannya  jadi amat terbatas. Namun, keselamatan partnernya adalah sebuah harga mati.

Eirene mendelik pada sebuah glock lain di pinggang Inspektur. Segera gadis itu mengambilnya tanpa permisi. "Hei, mau apa kau?" Eirene tak menjawab, justru melepas kemejanya yang ternoda darah Jones. Ia dengan cekatan menarik atasannya dan mengikat kemeja itu di bahu, tempat luka tembak pria bermanik biru itu bersarang. "Argh!" itu suara erang Jones saat Eirene mengencangkan ikatannya.

"Biar aku yang berurusan dengan mereka." Akhirnya Eirene bersuara. Dia menatap Jones seyakin yang ia bisa karena deputi muda itu tahu Jones tak pernah mudah mempercayainya. Ya, siapa juga yang akan percaya pada orang yang sulit mempercayai dirinya sendiri? Eirene tidak pernah menyalahkan Jones soal itu.

"Aku akan keluarkan kita dari sini. Kumohon, Inspektur." Gadis itu meraih glock yang berada dalam kaitan tangan Jones. Ia bersikeras meski gestur atasannya jelas-jelas menolak.

"Kau tidak bi--"

"Aku lebih kuat dari dugaanmu."

Jones menghembuskan napas berat. Terkadang, memang percuma mendebat Eirene. Pada akhirnya, ia melepas genggaman dan membiarkan gadis itu mengambil senjatanya. Pria itu pun beringsut mundur untuk memberi akses lebih bawahannya mengintai musuh-musuh mereka. "Hati-hati, Jangan sampai ... kau mati. Sia-sia perjuanganku nanti."

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang