Past: TCBA 7 ( Save Her )

2.4K 348 206
                                    

Warning (!)

Tekan vote sebelum membaca, hargai karya author dengan meninggalkan jejak! 👣

Terima kasih 👌

Sudah lebih dari lima jam yang lalu mereka berdiri di tempat yang sama. Tak ada yang mereka lakukan selain berdiam diri dengan pandangan menerawang. Memori-memori itu seakan membawa sukma mereka, membuat mereka sampai tak menyadari dimana tempat keduanya berpijak saat ini.

Clue menggigit bibirnya hingga terluka. Kepalan tangannya mengerat seiring dengan bayang-bayang kelam yang terus berputar di dalam otaknya. Dia bisa mengingat dengan detail setiap tragedi berdarah yang mengubah hidupnya itu.

"Dan hari itu sampai pada puncaknya.." Bisik Clue pelan. Suaranya yang rendah seketika teredam oleh desiran angin yang  membawa serta dedaunan gugur.

Inspektur bergeming. Sorot matanya yang semula kosong mendadak mengeras. Kepalan tangannya mengerat dengan urat tegang yang menonjol keluar. Emosinya meluap ketika ingatannya mulai memasuki hari itu... Hari dimana tragedi itu berlangsung... Hari dimana mimpi buruk itu menimpa mereka...

"Yah~ aku ingat hari itu. Bagaimana Keparat-keparat jahanam itu memperlakukanmu dan juga.. Clark," ujar Inspektur geram dengan kepalan tangan yang mengerat emosi.

Clue berbalik, menyoroti Inspektur dengan sinar kelamnya. Jemarinya bergerak lesu, mendarat pelan di atas permukaan kemeja hitam Inspektur.

"27 luka tembak, 9 luka robek, cedera otak ringan dan 8 tulang rusuk yang patah. Kau hampir terbunuh karenaku, Inspektur..." lirih Clue pelan.

Inspektur membalas tatapan nanar juniornya. Namun sorot matanya menyipit dengan cengiran remeh yang mulai merekah pada bibir tipisnya, seolah ucapan Clue yang penuh penekanan itu bukanlah hal berarti baginya. "Kau tak perlu  mengkhawatirkanku, Sersan" balasnya tersenyum.

"Aku memang nyaris mati dan kekuatanku menurun 40 % pasca kejadian itu, aku jadi tak bisa bertarung dengan baik. Namun percayalah, tubuhku sudah benar-benar pulih saat ini. Kau tentu tau siapa aku, aku bukanlah seorang yang mudah untuk mati begitu saja. Ingat itu,"  ucap Inspektur sombong seraya terkekeh pelan. Dia meraih telapak tangan Clue dan menggenggamnya dengan lembut, menghantarkan rasa percaya bahwa dirinya memang sedang baik-baik saja.

"Lagipula, ada hal yang jauh lebih buruk dari semua itu, bahkan jauh lebih buruk dari kematian.." sorot matanya yang nanar kini jatuh pada foto Clark yang berada di atas pusara itu. "Kau pasti tahu 'kan maksudku?"

Clue membeku. Sepasang jelaga kembali meluas, dan perlahan mengatup pelan bersama sinarnya. Hembusan angin yang menari lirih di sekitarnya itu seakan menampar hatinya. Deru napasnya yang penuh kesedihan lenyap seketika. Meninggalkan sesosok gadis beku dengan senyum miris yang tertuai.

"Hal yang lebih buruk dari kematian ya.." ucap Clue lirih dengan mata yang terpejam.

.

.

Selidza telah mendapatkan kesadarannya dan langsung memahami keadaan dirinya dengan tangan dan kaki yang terikat. Ia belum berani membuka mata ataupun bergerak, sekadar untuk menunda hal buruk terjadi. Jantungnya berdebar kencang dan keringat dingin mengalir di pelipisnya, belum lagi ketika dia merasakan rasa sakit yang mendera tengkuknya. Sebenarnya apa yang terjadi? Dia bahkan tak ingat dimana dirinya saat ini...

"Kami telah membawanya,"

Mata Selidza yang masih terasa berat perlahan memicing. Postur tubuh kekar, wajah sangar yang khas dan bibir yang mengeluarkan ucapan itu adalah satu-satunya suara yang bisa di dengar selain suara jeritan dan rintihan yang mengisi telinganya.

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang