MC 5: Teror Masa Lalu 9 ( Fight And Recognition )

3.9K 440 163
                                    

Warning (!) : Putar Mulmed sebelum membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning (!) : Putar Mulmed sebelum membaca.

Author's POV

Lampu-lampu jalan mulai menerangi dengan cahaya mereka. Suara riuh ramah- tamah saling menyapa bersahutan dalam dinginnya udara. Senyuman menghias jinggannya langit dari wajah para manusia yang bergembira menyambut senja dengan bias yang semerah darah.

Namun, semua keindahan itu tak berlaku di tempat itu.....

Cahaya kemerahan yang berkelap-kelip terlihat menimpa tembok-tembok sebuah gedung yang sbagian hancur tersebut. Pita kuning dengan tulisan 'Garis Polisi - Dilarang Masuk' melintang disekitar lokasi.

Suara bom beberapa saat yang lalu mengundang bermacam-macam reaksi. Beberapa diantaranya terlihat sangat panik--sampai menjerit ada pula yang terdiam dan tertunduk dengan wajah pucat. Semua ekspresi manusia-manusia itu bagaikan sebuah drama yang disaksikan oleh berpasang-pasang mata para burung hantu.

Dari semua yang ada disana. Sesosok pria tampan dengan tubuh kekar terlihat menerobos kasar melewati garis kuning yang telah dipasang. Tak diindahkannya suara teriakan rekannya atau resiko yang dapat ia tanggung, mengingat reruntuhan gedung itu bisa saja menimpanya.

Tak peduli dengan keselamatan nyawanya sendiri, yang jelas dirinya sangat ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa mitra cantiknya itu tidak tewas seperti yang polisi-polisi itu katakan.
Karena, ia terlanjur telah mempercayai gadis itu...

Ia terlanjur mempercayai Deputi-nya..

Ia percaya dengan kilatan tekad yang membayang pada manik kelam gadis itu..

000

"DEPUTIII!!!"

Sebuah teriakan lantang dengan nada putus asa menggelegar di seluruh penjuru gedung Mall yang separuh hancur tersebut. Memecah kesenyapan yang tercipta oleh ledakan tersebut.

Kepulan asap masih setia bergentayangan disana hingga membuat pandangan pria tampan itu mengabur. Keringat dingin jatuh dengan bebas bersamaan dengan langkah lebar yang berpacu dengan waktu.

Langkahnya lebarnya terlihat tidak stabil dan sesekali hampir terjerembab oleh pecahan kaca maupun reruntuhan gedung.

Deputi! Deputi! Deputi! -Nama itu terus bergaung di dalam kepalanya dengan cepat. Pikirannya sangat kacau.

Ia panik.

Ia ketakutan.

Beberapa kali tekad dan harapan melintas di otaknya, tetapi melihat kenyataan kalau ledakan dasyat telah menghancurkan titik lokasi tempat gadis itu berada, membuat harapan itu mulai runtuh seketika.

Kaki jenjang Inspektur berlari cepat menyusuri satu persatu anak tangga yang terasa amat berat baginya.

"DEPUTI!!! KAU DIMANA??"Inspektur kembali berteriak. Meneriaki nama gadis kelam itu.

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang