Warning (!)
Tekan vote sebelum membaca, Hargai karya Author dengan meninggalkan jejak 👣Terima kasih 👌👍
Surya menyingsing, menampakkan kemilau emas saat meninggalkan peraduan. Langit metalik yang semula mewarnai panorama, kini tergantikan oleh hamparan biru jernih yang memikat alam, mendominasi jagad raya dengan pesona keindahan. Semilir angin mengalun lembut menerpa dedaunan hijau, berguguran, meliuk dengan indah, menari diantara riak udara. Membisikkan serpihan warna kisah dari berbagai pelosok buana.
Seorang pria melangkahkan kakinya di atas lantai marmer sebuah gedung khas berbau medis. Tubuh kekarnya kini ditutupi dengan kemeja hitam lengan panjang dan dasi merah yang serasi. Sepatu kulit hitam mahalnya membuat suara decitan saat bersentuhan dengan lantai. Rambut hitam legamnya mencuat acak-acakan sedikit bergoyang di terpa desiran liar angin.
Tiada roman ketentraman yang terpeta di wajah tampan pria tersebut. Risau. Pria itu tampak beraut tegang. Kecamuk di hatinya memberikan efek yang besar bagi raut wajah kusutnya di pagi yang cerah ini.
"Ah, Inspektur! Disini kau rupanya,"
Pria yang dipanggil Inspektur itu menoleh, menggulirkan kelereng birunya hingga arah pandangnya bertemu pada oknum yang menyapanya. Seorang wanita cantik dengan jubah putih khas yang dia kenal bernama Reillan.
"Biar kutebak, kau ingin menjenguknya, bukan?" imbuhnya dengan senyuman lebar yang terkesan genit.
"Hn. Bagaimana keadaannya?" tanyanya sekenannya. Mengabaikan gurauan kecil yang menurutnya salah tempat itu.
Reillan menghela nafas pendek. Raut wanita itu berubah meneduh dan senyum lebarnya memudar. Pandangannya kini telah teralih menyambut panorama pagi. Menembus lurus pada hiruk pikuk kota di bawah sana.
"Ini sedikit buruk, tapi cepat lambat kau harus mengetahuinya bukan?"
"Tentu saja, dia tanggung jawabku.." ujar Inspektur mantap, di lipatnya kedua lengan kekarnya dengan gusar, menunggu wanita itu menjelaskan semuanya.
"Kondisi tubuhnya sudah mulai stabil. Kerja otaknya juga sudah normal, namun hal itu tidak berlaku dengan kondisi psikisnya," ujarnya pelan. Telapak tangannya bergerak lincah, meremas jubah putih yang ia kenakan hingga jubah tak bersalah itu terlihat kusut masai.
"Dia mengalami depresi tingkat tinggi yang membuat kondisi psikisnya terguncang. Akan sangat di sayangkan jika kondisinya semakin memburuk. Aku harap kehadiranmu kali ini benar-benar dapat menghiburnya," tandas wanita itu dengan menyelipkan senyuman harapan pada bibir tipis merahnya.
Kepalan tangan Inspektur mengerat, di ikuti dengan memerahnya kuku-kuku jarinya dan rasa perih yang tertinggal disana. Mendengar berita dari Reillan membuat kecamuk di hatinya semakin mengeruh. Dia sangat tak menyangka bahwa Sersan-nya akan mengalami hal buruk seperti ini.
Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, pria itu berjalan cepat mendahului Reillan, meninggalkan wanita serba putih itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
000
Suara derit pintu terbuka menjadi awal pecahnya kesenyapan di sebuah kamar serba putih berbau khas medis itu. Inspektur memicing, kepalanya menyembul masuk untuk memastikan bahwa orang yang sedang di carinya berada di sana.
Benar saja, hal yang pertama kali di tangkap sepasang kelereng birunya adalah sosok itu. Sosok gadis dengan baju khas pasien yang berdiri mematung tepat di depan jendela kaca.
Tidak seperti pertama kali dia membawa gadis itu ke tempat ini-- kini rambut coklatnya telah kembali seperti semula, hitam sepekat malam. Begitu pula dengan warna kulitnya yang kembali berwarna putih pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Clue : Law And Crime
Mystery / Thriller( TERSEDIA DI WEBTOON! ) Sungguh takdir yang kejam ! Kata itulah yang pantas untuk mendeskripsikan pertemuan Selidza dengan seorang pria masa lalu dan secara tak sengaja menyeretnya pada takdir yang berlumuran darah. Bersama Inspektur Lucious Davi...