Past: TCBA 5 ( Luka Yang Tertinggal )

2.8K 377 134
                                    

Warning (!)

Tekan vote sebelum membaca! Hargai karya author dengan meninggalkan jejak! 👣

Terima kasih 👌

"Ini untukmu," Kata David pelan sambil melirik ke arah Selidza. Tangannya mengulurkan sekaleng minuman Softdrink kepada gadis yang tampak terdiam itu.

Saat ini mereka sedang berada di taman kota. Duduk di bangku taman sembari menyaksikan kolam dengan puluhan air mancur yang berada di tengah-tengah taman dengan hiruk pikuk kesibukan di sekitarnya.

Selidza hanya diam, tatapannya menyapu hiruk pikuk yang tersuguh disana. Tanpa menoleh, tangan lentiknya bergerak, meraih minuman kaleng yang di ulurkan oleh David.

"Maaf," desis David tiba-tiba. Kelereng Sapphire nya bergulir pelan, mencuri pandang ke arah Selidza yang masih tertunduk bisu.

"Aku tahu kau pasti berpikir bahwa aku adalah orang yang paling kasar di dunia, tapi beginilah aku," ujarnya, masih memancing agar gadis itu menoleh padanya. "Clark pernah berkata bahwa itu adalah caraku untuk bertahan hidup, dia orang pertama yang mau memaklumi tabiatku," kakinya bergerak, menendang-nendang rerumputan di bawahnya. Tak ada lagi yang bisa di lakukannya, gadis itu masih tetap mengacuhkannya.

"Kau boleh tak memaafkanku, tapi kau harus memaafkan Clark. Dia pasti punya alasan mengapa dia melukaimu. Setidaknya dengarkan dulu penjelasanny--"

"Aku memaafkanmu," potong Selidza cepat. Pandangannya yang sayu akhirnya menyapa mata biru laut milik David. "Kau tak sepenuhnya bersalah, Tuan," desisnya. Jemarinya yang bergetar bergerak pelan, mengerat pada kaleng minumannya.

David tersenyum. Ada rasa lega di hatinya ketika Selidza mulai berbicara dengannya, apalagi gadis itu kini telah memaafkannya. Setidaknya dia bukan lagi pria jahat yang membuat seorang gadis menangis.

Lalu setelahnya, hening kembali.

"Selidza Lovellia Robinson" gumam David memecah kesenyapan, "Nama yang cantik,"

Selidza kembali menoleh, mata besarnya yang sembab kini mengerjap heran. Dan dalam satu kesempatan, gadis itu menarik kedua sudut bibir mungilnya. Dia tersenyum. "Mendiang Dad yang memberikannya padaku," katanya. Ada rasa sedih ketika dia mengatakannya. "Namanya Albert Robinson. Beliau adalah orang inggris, sama sepertimu, Tuan."

David tersenyum, dia sungguh kagum akan kepolosan yang terpancar dari sosok mungil itu. Gadis itu begitu unik di matanya.

"Sejujurnya aku sangat tertarik dengan namamu, terutama nama tengahmu," Gumam David seraya tersenyum. "Lovellia, berasal dari kata Love yang dalam bahasa inggris berarti cinta," ungkapnya.

"Bukankah David juga berarti cinta? Lebih tepatnya kasih sayang," ujar Selidza tampak tertarik pula. Mata besarnya yang berbinar sedikit berkilau di timpa cahaya mentari.

David hanya terkekeh getir. Seperti sebuah sindiran, diam-diam dia mengutuk siapa saja yang menurunkan nama itu padanya. "Berbeda denganku, kau terlahir dengan cinta. Kasih sayang keluarga. Tak ada yang hal di dunia ini yang lebih indah dari itu. Kau mengerti, 'kan maksudku?"

Selidza tersenyum kecil. Kepalanya mengangguk mantap, hatinya sungguh telah tergugah untuk menyetujui argumen David.

"Sebenarnya aku tak mengerti hubungan antara Mom dan Dad, aku sering melihat Mom menangis karena Dad," sinar matanya meredup dan David sedikit tertegun melihatnya. "Tapi hal itu sudah berlalu sejak lama dan kini aku bahagia.." ujarnya mantap, kali ini dengan senyuman lebar yang menawan.

Sejenak, David terpikat pada pemandangan indah di hadapannya. Kulit putih mulus yang alami, hidung mancung yang terpahat sempurna, mata besar yang memancarkan sinar kelam, namun berkilau di saat yang bersamaan. Juga.. bibir mungil berwarna merah muda dengan sedikit belahan di tengahnya...

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang