26. Pendekar Berbatang Layu

7K 356 6
                                    

Sore mulai menyingsing, langit barat sudah mulai memerah dan menganti warna biru yang sejak pagi sudah menghiasi langit itu. Febri tampak duduk termangu di depan kelasnya menatap kawan
kawannya yang mulai bersiap mengakhiri aktivitasnya sore itu. Hari itu perasaannya memang sedang tidak karuan, dia mencoba mamantau apa yang matanya tangkap untuk mencoba memenuhi kepalanya dengan hal hal yan tidak penting.

Tiba tiba terdengar suara derap langkah kaki yang begitu terburu buru menuju kearahnya, Febri langsung mengarahkan pandangannya kearah suara itu, dia melihat sosok sahabatnya Windi sedang berlari panik menuju dirinya. Dari wajahnya gadis remaja itu terlihat begitu panik, tampak air matanya menetes lalu tersapu angin akibat larinya yang begitu terburu buru.

"Feb, Febri, Kathlen Feb" kata Windi berbicara terbata bata sambil mengatur nafasnya, dia terlihat begitu kelelahan sekaligus panik.

"Ada apa Win, Kathlen kenapa ? kamu atur nafas dulu" kata Febri yang ikut tegang melihat Windi yang begitu panik.

"Kathleen di culik Reno, dia dibawa ke belakang sekolah" kata Windi panik, wajahnya pucat saat mengucapkan kata kata itu.

"Reno ? kenapa Reno bisa berbuat seperti ini Win, kenapa kamu tidak menolong Kathleen" kata Febri kaget dengan apa yang dikatakan Windi,

"Reno datang bergerombol Feb, sama anak anak cowok, aku ga bisa berbuat apa apa, Lady dan Monika ikut dibawa, untung aku bisa melarikan diri" kata Windi terdengar panik.

"Ayo kita lapor polisi Win, aku takut Mereka kenapa napa" kata Febri.

"Jangan Feb, mereka mengancam akan menyakiti kathlen kalau ada yang lapor polisi"

"Ya sudah kalau begitu aku yang akan menghadapi mereka Win" kata Febri tegas.

"Tapi Feb"

"Kita tidak ada pilihan lain Win, kita harus menyelamatkan kethleen"

***

Gudang itu nampak berdebu, bahkan bekas jejak kaki langsung terlihat jikala ada seseoarang yang melangkah kedalam sana. Febri dan Windi masuk ke dalam gudang kotor itu, nampak banyak box box kayu tertata rapi disana sini. Ada juga kursi kursi dan meja kayu yang sudah patah di bagian kakinya. Saat Febri dan Windi masuk lebih dalam tiba tiba gudang yang gelap itu langsung terang benderang karena lampu neon disana tiba tiba menyala.

"Punya nyali juga kalian?" kata Reno yang berdiri di atas sebuah tumpukan Box kayu, di belakangnya ada 3 gadis diikat di kursi dengan mulut tersumpal kain, mereka meronta ronta meminta tolong kepada Febri.

"Reno bukan begini caranya, tindakanmu sudah termasuk tindakan kriminal" kata Febri.

"Kriminal ? Apa kalian sadar, Tindakan yang kalian lakukan jauh lebih kejam dari ini " kata Pemuda berkaca mata tebal itu membentak Febri.

"Kita bisa bicarakan baik baik Reno" kata Febri.

"Bullshit, cewek sok cantik ini sudah membuat aku patah hati, aku menerima bila dia menolakku tapi bukan berarti dia bebas mengumumkannya ke semua orang di sekolah, kamu tahu rasanya dianggap hina oleh orang lain, kalian tidak pernah tahu itu, karena kalian selalu berada di level paling tas pergaulan sekolah ini, kalian orang orang yang terbiasa dengan pujian, jadi kalian tidak akan tahu rasanya dihina" Tegas Reno .

"Aku tahu perasaanmu Reno, aku juga tidak kalah aneh darimu bukan ?" kata Febri.

"Orang sepertimu sudah berada di level yang setara denga Windi, kathleen, dan Monika, siapapun kamu Feb,bagaimanamun sikapmu mereka akan selalu menerimamu, tapi bagi orang orang sepertiku hanya menjadi pelengkap dalam sekolah ini, bahkan tidak berguna" kata Reno terdengar begitu sakit hati.

"terus tujuanmu apa Reno, semua ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah Reno"

"Siapa bilang aku akan menyelesaikan masalah, aku hanya akan membuat kalian tahu rasanya dihina seperti aku"

Reno mengeluarkan pisau dari saku celananya, setelah itu dia memerintahkan tiga preman berbadan besar untuk berdiri tidak jauh darinya agar jika Febri mencoba menghalangi tindakannya Preman itu bisa langsung beraksi.

Reno lalu mengosok gosokkan pisau lipat itu dengan tangannya, dia mencoba memberikan tekanan batin kenapa kathlen yang sudah terlihat pucat dari tadi, dengan wajah penuh nafsu Reno menjilati pisau tadi dengan lidahnya lalu dia dengan pelan mengosokkan badan pisau itu di wajah Kathlen sampai kathlen merinding ketakutan.

"Kalau wajah cantik ini sampai rusak, apa kau masih akan tetap sombong, hei cewek sampah" kata Reno, Kathlen mencoba membebaskan dirinya tapi percuma karena tali yang mengikat dirinya sudah sangat kuat melekat di tangan dan kakinya.

"Jangan Reno, Pleassee jangan sakiti Kathelln" teriak Windi histeris...

"Tunggu saja giliranmu Windi, walau sekarang kau masih bebas tapi kau tetap akan menjadi targetku selanjutnya, aku tahu kau cewek yang baik tapi kau salah memilih teman" Ancam Reno,,,

Saat Reno mengarahkan mata pisau itu ke wajah kathleen, Febri langsung meluncurkan tendangan keras kearah salah satu preman yang berdiri menghadangnya, serangan itu begitu cepat sehingga tak bisa diantisipasi sang preman, tendangan keras langsung menghantam tepat di telinga sang preman sehinngga langsung tersungkur jatuh dan tak sadarkan diri.

Kedua preman yang lain sempat kaget melihat Febri yang begitu cekatan memainkan kakinya dengan cepat kerah preman yang pingsan tadi. Reno yang bermaksud melukai wajah kathleen dengan pisau yang di pegangnya langsung mengurungkan aksinya karena kaget dengan aksi Febri. kini dua preman yang tersisa langsung waspada dan memasang kuda kuda bersiap melawan febri.

Preman pertama langsung memulai dengan pukulan lurus kearah wajah Febri, namun dengan satu gerakan kepala Febri dengan cepat menghindarinya, namun sedetik kemudian preman kedua mengarahkan tangannya kearah yang sama dengan gerakan kepala Febri sehingga pukulan telak mendarat di wajah Febri, Febri mendorong badannya kebelakang untuk mengurangi efek pukulan preman kedua hingga Febri jatuh tersungkur. satu pukulan dari sang preman membuat hidung Febri sudah mengeluaran darah, namun Febri masih belum menyerah dia menyeka Darah itu dengan tangannya.

"Ini baru dimulai" kata Febri sambil tertawa dengan bekas darah diwajahnya.

"Boleh juga anak ini" kata Preman pertama.

"kita tunggu saja sampai pukulan keberapa bocah ini akan bertahan, atau malah pada pukulan kedua dia sudah nangis terkencing kencing hahahha" kata Preman kedua yang diikuti tawa preman pertama.

"masih bisa bicara juga kalian, tunggu saja. pasti kalian berdua sama lemahnya dengan teman kalian yang pingsan itu" pancing Febri kepada kedua preman itu. Kedua preman tadi langsung melihat kawannya yang pingsan hingga mereka langsung tersulut emosi dan mengeluarkan pisau lipat dari saku celana mereka.

"setelah aku merobek mulutmu dengan pisau ini, kamu hanya akan bisa menangis seperti bayi, Bocah tengik" kata preman pertama

"Ok, silahkan kalian maju berdua jangan segan segan"

"Tolong jangaannnn" teriak Windi, Reno sudah mulai beraksi dengan mengarahkan mata pisau kewajah kathleen, Febri langsung melihat kearah reno sehingga konsentrasinya hilang sehingga preman pertama langsung mendorng pisaunya tepat mengarah ke perut Febri, Febri kaget dengan serangan tiba tiba itu, badannya tidak sempat lagi untuk menghidar, pisau itu sudah berapa centi dari kulit perut Febri.

Celana Dalam Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang