Adi merebahkan badannya di atas tempat tidur. Hari ini serasa sangat panjang baginya, banyak hal terjadi dari keributan di depan kampus sampai kejadian aneh di kontrakan Dery. Berapa bulan ini ia seolah-olah dihadapkan dengan sebuah masalah, dimana ia diposisikan selalu harus memilih. Memilih sesuatu yang bahkan belum tentu jadi miliknya. Hal yang berawal begitu indah kini malah membuatnya serba salah. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain merenung lalu memikirkan cara untuk menyelesaikan masalahnya satu persatu. Nada dering ponsel Adi memecah keheningan kamarnya. Dengan enggan ia mengambil ponselnya lalu mengangkat panggilan telfon itu.
"Hallo Mah, ada apa?"
"Sayang..."
***
Satu persatu mahasiswa sudah meningalkan kelas. Dery tampak tertunduk lesu di kursinya. Pandangannya kosong sampai tidak sadar Febri sudah duduk tepat di sampingnya. Buku catatan Dery tampak kosong, tak biasanya ia melamun bahkan tidak sadar bahwa kuliah sudah lama berakhir. Badan Dery memang masih di kelas itu namun fikirannya entah terbang kemana.
"Der?" panggil Febri pelan. Dery terlihat keget saat melihat Febri. Ia terlihat salah tingkah karena Febri mendapati dirinya sedang melamun. ia segera mencoba tenang.
"Maaf, aku tidak sadar kamu duduk disini." Dery tersenyum malu. ia mengamati sekitar. Ia cukup terkejut melihat ruang kelasnya sudah hampir kosong. Ia lalu meletakkan pulpennya di atas kertas yang masih putih bersih tanpa coretan satu barispun.
"Tak biasanya kamu melamun," ucap Febri. Dery hanya terdiam, ia tak tahu harus menanggapi ucapan Febri seperti apa.
"Kamu benar-benar tidak tahu Adi di mana?" tanya Febri. Dery menatap Febri sendu, ia menggelangkan kepalanya dengan wajah yang menekuk. Gadis itu seperti akan menangis. Febri hanya bisa menghela nafas berat seraya merebahkan badannya di senderan kursi.
"Ini hari kedua dia tidak masuk kelas. Kau sudah mencoba menelfonnya?" tanya Febri kembali. Wajah Febri terlihat khawatir, ia teringat kejadian baku hantam tempo hari. Ia takut Adi terlibat masalah lagi atau jangan-jangan ia takut untuk kembali kuliah.
"Belum. Aku... aku... aku takut untuk menghubunginya" Dery terlihat lesu. Melihat respon Dery, Febri tahu bahwa Dery dan Adi sedang ada masalah.
"Dia itu memang menyebalkan!" sahut Febri sambil tersenyum. Dery tampak bingung.
"Maksud kamu?"
"Adi itu menyebalkan. Ia selalu bersikap apa adanya bahkan cenderung polos bagi seorang cowok. Tampangnya seolah-oalah tidak punya dosa. Bagi aku dan kamu yang terlibat masalah dengannya tentu akan susah walau hanya untuk mengirim pesan bertulisakan maaf." keluh Febri. Dery melirik Febri. Cowok kemayu ini berubah sangat cepat. Febri yang dulunya lembut dan cenderung heboh kini terlihat lebih tegas dan macho. Dery bahkan hampir lupa sosok Febri yang dulu, Dery tak paham sebesar apa rasa cinta Febri dengan halimah sehingga membuat Febri bisa berubah secepat itu. Hal ini lebih mirip keajaiban.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Febri heran saat sadar Dery meliriknya sambil tersenyum.
"Aku rasa, kamu yang sekarangpun akan cocok dengan Adi," jawab Dery.
"Aku yang sekarang?"
"Ya kamu yang sekarang. Walau kamu tampak berbeda namun Febri tetaplah Febri. Orang yang selalu perhatian dengan Adi. Kalian tidak pantas untuk berada pada jalur yang berbeda." Ujar Dery. Febri tertawa kecil, ia terlalu bersikap terlalu dramatis selama ini kepada Adi. Mereka berdua terdiam sejenak. Mereka masuk kedalam kenangan-kenangan seru bersama Adi sehingga akhirnya khayalan mereka berakhir oleh perkataan Dery.

KAMU SEDANG MEMBACA
Celana Dalam Merah Muda
HumorCelana Dalam? Sebuah penemuan manusia yang kini mungkin berubah menjadi salah satu pusaka keramat yang identik dengan hal-hal yang tabu. Bagaimana jadinya bila seorang mahasiswa baru menemukan segempok celana dalam dalam bungkusan plastik yang t...