49. Sayonara (Bagian 2)

3.7K 256 9
                                    

Ujian akhir semester untuk kelas Adi sudah terlaksana semua namun teman-teman kelas Adi tetap masuk kuliah. Mereka berjaga-jaga kalau ada dosen yang tiba-tiba membuat pengumuman mendadak masalah makalah tugas akhir pengganti UAS mereka. Karena ruang kelas tak bisa digunakan karena masih ada yang UAS, mereka memutuskan untuk duduk-duduk di kursi-kursi taman di depan gedung FISIP. Bahkan beberapa mahasiswa menggunakan alas kertas karena kursi sudah terisi penuh, asal bisa berkumpul bersama duduk dimanapun mereka tak peduli. Berbeda dengan Adi, Adi tampak duduk sendiri di dekat pintu depan gedung FISIP. Ia sedang mengumpulkan keberaniannya untuk bicara dengan Dery. Sejak kejadian waktu itu mereka tidak pernah berbicara. Mereka berdua sama-sama canggung.

"Der, bisa kita bicara berdua?" Adi sudah berdiri tepat di depan Dery. Temen-teman mereka menatap terdiam. Entah kenapa suasana itu sangat canggung sampai suara-suara yang ribut tadi mendadak sunyi.

"Untuk apa kita bicara lagi?" jawab Dery. ia tak ingin mengucapkan kata-kata itu tapi entah kenapa mulutnya berbicara seketus itu kepada Adi.

"Untuk terakhir kalinya," jawab Adi. "Aku mohon," lanjut Adi. Teman-teman Adi mendadak menggauk-angguk sendiri seolah memerintahkan Dery agar menyetujui permohonan Adi. Dery akhirnya berdiri, Adi lalu melangkah lebih dahulu sehingga Dery mengikutinya dari belakang.

Adi membawa Dery menuju ruang sidang. Ruangan ini biasa dipakai mahasiswa akhir untuk sidang skripsi. Ruangan itu tampak sepi karena tidak ada jadwal untuk hari itu. Dery duduk lebih dulu di salah satu kursi di pojok ruangan sedangkan Adi langsung mengikuti Dery lalu duduk di sebelahnya.

"Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, bahagialah dengan pasangan barumu. Saat kamu kembali setelah cuti nanti mungkin keadannya akan lebih baik," kata Dery berterus terang. Entah kenapa ia masih kesal. Ia tak membenci Adi namun tiap kali ia melihat Adi ia merasa kesal sendiri. Adi tersenyum kecil lalu Dery menatap dengan heran. Kenapa Adi bisa tersenyum di saat seperti ini. Ia kesal sejadi-jadinya.

"Dia memang pasanganku, namanya Davina Adinata sedangkan aku Farhan Adinata. Kami dilahirkan dari rahim ibu yang sama. Vina adalah adik kandungku." Jawab Adi. Dery mencoba mencerna ucapan Adi. Berulang kali ia fikirkan berulang kali juga kata-kata itu menusuk-nusuk hati gadis manis itu. Ia sadar bahwa selama ini ia termakan gosip murahan. Bukan hanya dia tapi semua teman kelasnya juga. Bodoh! Itulah yang bisa ia ucapkan untuk dirinya sendiri. Lalu sejenak ia bingung, kenapa Adi tidak langsung meluruskan kesalahpahaman itu. Kenapa ia harus menunggu sampai saat ini.

"Kalau aku menikah aku pasti akan menghubungimu, tak mungkin aku merahasiakannya. Maaf kalau aku berkata ngawur waktu itu. Waktu itu aku benar-benar tak bisa menahan emosiku. Aku kesal dengan berita aneh itu, Aku tidak pernah menyesal berteman denganmu. Aku senang dengan perhatianmu dan aku sangat menghargai kebaikan kamu dan juga Febri." Jawab Adi. Dery menunduk malu. Gadis ini hanya bisa menangis. Ia tak seharusnya emosi tanpa meminta klarifikasi.

"Kenapa aku bodoh sekali," suara Dery terdengar serak. "Lalu kenapa kamu tidak langsung menjelaskannya Di? Kau tinggal bicara maka masalahnya akan selesai. Jadi tidak ada salah paham lagi." Suara Dery semakin lantang. Ia kesal, ia sedih, ia malu. Semua rasa itu bercampur aduk menjadi satu.

"Akupun bingung kenapa aku tidak berbuat seperti itu. Aku bingung harus memulai darimana." Jawab Adi. Dery terdiam, air matanya mulai membasahi pipinya. Berulang kali dery meremas tangannya terlalu keras sehingga kukunya menekan keras kearah telapak tangannya.

Adi menyentuh tangan Dery dan menariknya lembut agar Dery tidak menyakiti dirinya sendiri."Sudah Der. Aku yang salah, maafkan aku." Dery mengangkat wajahnya yang telah basah, ia menghadap Adi dengan tatapan sedih.

"Aku harusnya yang meminta maaf Di. Aku harusnya tidak temakan gosip itu." Kata Dery dengan suara yang bergetar. Adi mengangkat tangannya lalu mengusap air mata Dery dengan kedua tangannya.

Celana Dalam Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang