46. Menikah Maudua (Bagian 2)

4.4K 265 5
                                    


"Sssttt.." pelotot mahasiswa lain kearah Wendy.

Ia tak ingin menangis. Berita itu bukanlah berita duka. Ia harusnya senang tapi hatinya terasa tersayat-sayat. Dery tak bisa menggambarkan perasaannya. Sejak tadi malam ia mencoba berspekulasi dengan apa yang ia lihat di hotel kemarin namun kini, ia sudah tahu kenyataannya. Adi menginap di sana dengan calon istrinya. Dery tak bisa menahan air matanya untuk tetap kering. Ia sangat-sangat terluka. Berita ini terlalu mendadak untuknya.

"Kenapa Sstt... emang aku ga boleh ngomong begitu? Aku kan kasih simpati sama Dery. Sebagai temen, aku ga pengen dia terluka. Dia itu tipe aku banget. Aku ga tega ngelihat cewek kayak dia nangis," kata Wendy dengan suara kemayu-nya yang merusak suasana heboh menjadi hening.

"Semprol! Dery duduk di belakang kita kampret," bisik Fatia kepada Wendy.

"Sejak kapan Dery duduk di bela...." Wendy mematung saat melihat sosok Dery yang menatap nya sedih. "Bela...nja itu lebih baik di pasar tradisional. Kalau kamu belanja di warung waralaba aja, maka ekonomi rakyat kecil bisa punah," lanjut Wendy mengubah topik dengan sangat kentara. Semua orang jelas tahu Wendy tidak bisa menutupi kebodohannya tadi, namun karena sudah kepalang tanggung mereka langsung melanjutkan saja skenario Wendy.

Salah satu mahasiswa berinisatif untuk merangkai bahasan Wendy. "Bener-bener. Laba-laba memang bisa punah. Makanya jangan buru laba-laba. Film Spiderman itu film khusus agar laba-laba enggak punah," jawab mahasiswa itu yakin.

"Waralaba woy bukan laba-laba." Fatia langsung mengeplak temennya yang malah tampak merusak suasana itu.

"Kalian bahas apa sih?" Kata Zainudin bingung.

"Nah itu Adi." Tunjuk Wendy. Ia langsung berdiri saat melihat Adi masuk dengan seorang gadis manis yang sangat lucu. Mahasiswa yang lain langsung menengok ke arah Adi, mereka langsung mengangguk-angguk. Kini mereka tambah yakin dengan statmen Zainudin. Adi dan gadis itu memang sangat serasi, mereka juga tampak mirip. Wendy langsung menghampiri Adi dengan semangat.

"Selamat Di. Langgeng ya!" kata Zainudin menyalami Adi. "Kalian berdua harus ngundang kami sekelas. Kami janji ga akan makan banyak tapi isi amplop kami pasti banyak," kata Wendy.

"Semoga sampai kakek nenek ya Di?" Teman-teman kelas mereka langsung menyalami Adi Dan Vina. Adi tampak kebingungan. Vina hanya bisa membalas salam teman-teman kakaknya sambil tersenyum.

Di dalam kerumunan itu, mata Adi bertemu dengan mata Dery. Mata gadis itu tampak berkaca-kaca. Gadis itu lalu berlari keluar dari kelas. Di belakangnya tampak Febri mengejar Dery. Adi kebingungan.

"Calon istri kamu cantik Di" kata Fatia sambil menyalami Vina. Adi menahan nafas, otaknya langung paham dengan apa yang terjadi. Gosip! Ini pasti ada gosip yang berhembus tentang dirinya. Ia tak ada waktu untuk menjelaskan kepada temannya, ia langsung mengejar Dery.

"Kamu duduk di sana dulu ya. Aku ngerasa ada yang salah di sini," kata Adi. Vina mengangguk. Teman-teman cewek Adi langsung menarik Vina untuk duduk besama mereka.

Setelah berkeliling cukup lama. Adi akhirnya menemukan Dery sedang menangis di dalam ruang yang biasa dipakai untuk sidang skripsi. Tampak Febri sedang menenangkan gadis itu. Adi tak berhenti-henti membuang nafas dengan berat. Belum tenang hatinya dengan Friska kini ada masalah lagi.

"Der..." panggil Adi.

Dery tetep di posisinya. Febri berdiri menatap sahabatnya dengan tajam. Seolah-olah ia ingin mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Kenapa Feb?" tanya Adi. Entah kenapa Adi merasa kesal sendiri. Ia tiba-tiba kesal dengan situasi ini, ia harus menjelaskan situasi yang tidak ia perbuat. Sangat-sangat membuat Adi geram. Kasus dengan Friska masih membuat emosinya tidak stabil.

Celana Dalam Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang