43. Pertarungan terakhir (Bagian 2)

4K 278 6
                                    

Adi yang sebelumnya sudah yakin, kini mulai ragu. Mungkin momen ini bukan momen yang tepat untuk ia memberi tahu Rahma dan Friska. Atau mungkin Adi merasa ia masih ingin bertemu kembali dengan mereka berdua. Ia masih punya waktu beberapa minggu lagi, untuk itu ia masih bisa bertemu dengan mereka lagi.

"Ayo, katanya kamu mau jalan-jalan. Kita berangkat sekarang aja," kata Adi kepada Vina. Vina terlihat masih enggan berpisah dengan Rahma dan Friska. Ia bahkan berpura-pura tidak mendengar ajakan kakaknya.

"Oke deh kalau kamu enggak mau. Inget ya lusa kamu udah harus pulang ke rumah," ancam Adi. Vina langsung memasang wajah merengut.

"Ia deh kak. Vina masih belum puas ngobrol sama Kak Rahma dan Kak Friska. Tapi Vina juga mau jalan-jalan," rengek Vina.

"Lain waktu kita bisa ketemu lagi kok Vin," kata Friska mencoba menghibur Vina.

"Mbak juga lanjut S2-nya di sini juga kok, jadi kita masih bisa ketemu lagi lain waktu." lanjut gadis manis bernama Rahma. Vina menghela nafas, ia lalu melihat kakaknya dengan wajah sedih.

Vina lalu mendekati Adi. Ia langsung menggandeng tangan kakaknya. "Apa kita masih bisa ketemu lagi dengan mereka kak?" bisak Vina sedih.

"Entahlah." Jawab Adi pelan. Adi mencoba tidak terbawa suasana. Ia tetap memasang senyum di wajahnya.

"Kakak enggak mau ikut jalan-jalan bareng kami?" tanya Vina. Tatapan Vina membuat Friska dan Rahma terusik. Ekspresi Vina tampak terlalu sedih seolah-olah mereka tidak akan bertemu kembali.

"Vin. Mbak Rahma dan Friska pasti sudah punya agenda lain. Lain waktu kakak ajak kamu kesini lagi." Kata Adi. Vina tetap murung. Adi akhirnya pergi bersama Vina. Sedangkan Friska dan Rahma masih tampak duduk di gazebo itu.

"Kenapa kakak tidak memberi tahu mereka?" tanya Vina seraya melangkah menjauhi kedua teman kakaknya itu. Kakaknya pasti sedih harus melepas kedua gadis yang begitu baik seperti Rahma dan Friska.

"Kakak ingin bertemu mereka secara terpisah. Terlalu berat buat kakak untuk berbicara kepada mereka berdua dalam waktu yang bersamaan." Jawab Adi berat.

"Kakak menyukai mereka? Vina tidak akan heran bila kakak bingung menentukan siapa yang kakak suka karena mereka berdua wanita yang baik. Keduanya cocok buat kakak. Siapapun itu Vina terima." Kata Vina. Adi hanya tersenyum. Ia tidak bisa menyangkal perkataan Vina. Hanya orang bodoh yang tidak tertarik dengan kedua gadis manis itu, Friska dengan kenekatan dan keceriaan yang selalu membuat Adi gemas. Rahma dengan keramahan dan kelembutannya dan Dery, Adi mengingat gadis yang banyak membantunya beberapa minggu belakangan ini. Gadis yang sabar dan selalu ada bila Adi kesusahan.

"Jadi kakak memilih siapa? Apa ada gadis lain selain Kak Friska dan Kak Rahma?" tanya Vina penasaran.

"Apa gunanya kakak memilih dalam situasi seperti ini Vin?" tanya Adi. Vina langsung merengut sedih. Mereka lalu melangkah dalam senyap.

******

"Ini kunci mobilnya Adi kan?" Friska memungut sebuah kunci yang terjatuh di bawah meja. Friska lalu langsung memandang kesekeliling mancari kearah mana Adi pergi.

"Adi tadi kearah sana Fris," tunjuk Rahma. Friska langsung mengalungkan tasnya lalu bergegas mengejar Adi. "Fris," panggil Rahma.

"Ya mbak?"

"Aku ikut"

Friska mengangguk. Sejenak Friska tampak menyesal, ia harusnya tidak menunjukan wajah bersemangatnya saat akan mengembalikan kunci milik Adi. Tujuan awalnya adalah mencoba mendekatkan Adi dengan Rahma tapi kini ia tampak bigung dengan apa yang dilakukannya.

Celana Dalam Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang