1. Side Story (1/3)

5.9K 304 31
                                    

Kisah di atas awan

Pesawat itu sudah melayang lima belas menit di atas awan. Menerbangkan sepasang sejoli yang duduk mesra di kursi paling belakang kelas bisnis. Tangan si gadis merekat erat memeluk lengan pemuda yang tampak bahagia. Mereka tampak tak ingin dipisahkan oleh siapapun. Penerbangan pagi menuju jakarta ini tampak ramai bahkan untuk kelas bisnis. Kota itulah yang akan jadi pembehentian kedua sejoli ini sebelum melanjutkan penebangan mereka menuju Aceh.

"Berapa lama lagi kita sampai?" tanya sang gadis.

"Kamu sudah tidak sabar melihat tempat tinggal baruku ya?" jawab sang Pemuda seraya mengusap rambut sang gadis.

"Tidak juga, aku hanya penasaran saja. Begini saja aku sudah senang kok," jawab sang gadis seraya merekatkan tangannya lebih erat ke lengan pemuda itu sambil menyandarkan kepalanya dengan mesra.

"Kamu tidak malu dilihat adikku manja seperti ini," tunjuk pemuda itu kearah adiknya yang senyum-senyum sendiri setelah mengintip mereka dari kursi depan.

"Tidak, bahkan aku akan tambah manja agar keluargamu tahu aku mencintaimu," jawab gadis itu yakin. "Biar mereka ikut mengawasimu di Aceh kalau aku tidak ada," ancam Sang gadis. Pemuda itu hanya bisa tersenyum.

"Sayang, cerita dong," pinta sang gadis karena mulai bosan dengan penerbangan itu.

"Cerita? Cerita apa?"

"Cerita apa aja, aku hanya ingin mendengarmu bicara,"

"Sebentar aku mikir dulu,"

"Aku tunggu,"

Berapa saat kemudian pemuda terlihat menemukan cerita yang cocok untuk ia ceritakan.

"Kamu pernah mendengar cerita tentang Raja dan penebang pohon?"

"Belum, kalau begitu cepat ceritakan cerita itu," kata sang gadis semangat. Gadis ini tampak seperti anak kecil yang akan di kisahkan dongeng sebelum tidur.

"Alkisah di sebuah negeri seorang raja membuat sayembara untuk para penebang pohon. Sang Raja lalu..."

"Nama kerajaannya apa? Lalu nama rajanya siapa?" kata sang gadis bingung.

"Aku perlu membuat nama kerajaannya?" sang pemuda berfikir keras. Sepertinya ceritanya tidak akan berjalan dengan mulus.

"Ya dong sayang. Biar aku bisa membayangkan dengan detail," protes sang gadis.

"Kalau begitu, kamu saja yang memberikannya nama," jawab sang pemuda pasrah.

"Aku boleh memberikannya nama?"

"Boleh,"

"Raja Farlo dari kerajaan Marace, bagus kan?"

"Yah bagus walau aku tidak tau artinya,"

"Masa kamu tidak tahu?"

"Farlo, Farhan dan lolita, nama depanmu dan nama belakangku. Marace, malang raya dan banda aceh. Bagus kan? Bagus ya? Ya?" si gadis menarik lengan sang pemuda itu agar mengangguk setuju. Tingkahnya yang menyebalkan tapi lucu membuat pemuda itu tak bisa protes apapun.

"Yah bagus sayang," jawab sang pemuda lelah.

"Lanjut dong ceritanya" kata si gadis seraya kembali meebahkan kepalanya ke tubuh si pemuda.

"Alkisah di sebuah negeri terdapat sebuah kerajaan bernama kerajaan marace. Kerajaan marace dipimpin oleh raja yang bijaksana bernama raja Farlo. Suatu ketika sang Raja membuat sayembara untuk para penebang pohon. Sang Raja lalu..."

"Lalu apa?"

"Ya sabar sayang pelan-pelan,"

"Sang Raja lalu mengumpulkan semua penebang pohon yang ada di negeri itu. Sang raja lalu memerintahkan mereka untuk menebang kayu terbaik yang ada di hutan kerajaan marace" lanjut sang pemuda. Si gadis mendengar dengan seksama.

"Raja lalu memberikan dua syarat, pertama mereka hanya boleh menebang satu pohon untuk mendapatkan kayu terbaik yang ada di hutan itu. Kedua mereka tidak diperbolehkan untuk berbalik arah atau menoleh kebelakang," lanjut Si pemuda.

"Kenapa syaratnya seperti itu?" tanya si gadis bingung, namun pemuda tak menjawab. Ia langsung melanjutkan ceritanya.

"Akhirnya para penebang pohon itu langsung berbondong-bondong masuk kedalam hutan kerajaan marace. Waktu itu adalah kali pertamanya mereka menginjakkan kaki mereka di hutan milik kerajaan. Para penebang pohon lalu langsung bekerja dengan seksama, mereka memilih kayu terbaik dari hasil pengamatan mereka. Namun setiap kali mereka akan menebang pohon mereka berfikir mungkin di depan sana masih ada kayu yang lebih baik. Mereka lalu beranjak maju mencari poon yang lain.

"Ketika mereka memutuskan untuk menebang poon yang lain, lagi-lagi mereka berfikir pasti hutan kerajaan ini masih memiliki kayu terbaik di depan sana. Sampai akhirnya mereka tidak sadar mereka sudah sampai pada ujung hutan itu. Tidak ada lagi pohon tersisa di depan mereka." Kata pemuda itu menceritakan dengan semangat.

"Berarti tidak ada yang menang? Mereka kan tidak boleh berbalik," tanya si gadis.

"Ya, tidak ada yang menang." Jawab sang pemua seraya tersenyum menatap sang gadis cantik bernama Friska.

"Padahal kalau mereka tidak ragu, pasti mereka bisa menang." Jawab Friska kecewa. "Lalu kenapa Raja memberikan syarat itu?" lanjut Friska penasaran.

"Kisah raja dan penebang pohon ini adalah cerita tentang bagaimana memilih pasangan hidup," jawab Adinata. Friska terlihat bingung, apa hubungannya penebang pohon dengan pasangan hidup.

"Pasangan hidup?"

"Kalau di dunia ini kita tak pernah puas mencari yang terbaik maka setiap kita akan memilih yang baik pasti akan selalu ada yang lebih baik di depan kita. Tapi kalau kita yakin dengan apapun yang kita pilih maka sesungguhnya itulah pilihan terbaik. Bukan bagaimana mencari yang paling baik tapi membuat yang kamu pilih menjadi pasangan terbaikmu." Jawab Adi. "Seperti aku memilihmu," lanjutnya seraya mencubit hidung Friska yang dari tadi menatap dekat sekali dengan wajahnya. Wajah Friska memerah lalu dengan cepat ia mengalihkan pandangannya.

"Hmm... tapi aku tidak mau menjadi pohon yang ditebang," kata Friska melirik marah. "Kenapa tidak rawat saja pohon itu dengan baik." Lanjut Friska.

"Aku tidak pernah mengandaikan penebang pohon itu aku dan pohonnya kamu loh" sangkal Adi. "aku hanya fokus sama maksud dari cerita itu." Lanjut Adi.

"Kalau gitu aku akan buat cerita sendiri. Sang penebang pohon akhirnya merawat pohon yang ia pilih. ia membangun rumah di bawahnya agar bisa menjaganya dengan baik, ia tak lupa memagari sekeliling rumah itu agar terlindung dari mahluk liar. Penebang pohon itu lalu membuat jalan setapak dan memberinya nama. Lalu tidak lupa ia masukkan alamat yang ia punya ke dalam google map agar mudah ditemukan. Bagus kan ceritaku. Lalu jadilah rumah impian kita." Kata Friska semangat. Adi hanya bisa cemberut kisah penuh makna itu berubah menjadi kisah tentang rumah idaman di tengah hutan. "Baguskan ceritaku?" tanya Friska. Adi mengangguk dengan terpaksa.

"Kamu pasti kesal ya karena hari ini aku cerewet banget?" tanya Friska.

"Tidak, aku malah senang sekali. Tapi aku juga sedih karena tidak tahu sampai kapan kesenangan ini akan berlanjut. Selain itu aku masih kaget kamu bisa berada di pesawat ini. Kamu belum mau menceritakan kenapa kamu ada disini?" tanya Adi sangat-sangat penasaran. Namun Friska malah besikap santai dan masih tidak mau melepaskan pelukan eratnya ke lengan adi.

"Kemarin kau bilang akan pulang kerumah setelah aku mengantarmu ke kosan, tiba-tiba hari ini kamu ada disini. Apakah ada campur tangan mama dan adikku? Tanya Adi. Ia mencoba mencari petunjuk.

"kemarin aku memang pulang kerumah kok," jawab Friska.

"Lalu?" Adi makin penasaran.

"Lalu? Hmmm..." jawab Friska berpura-pura berfikir.

"Jangan buat aku penasaran," protes Adi.

"Habis kamu lucu kalau sedang penasaran" kata Friska sambil tertawa puas.

"Aku lucu kalau sedang penasaran" kata Adi mengulang ucapan Friska.

 Apakah kalian lucu juga kalau sedang penasaran?

Celana Dalam Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang