Saat Aron merebut Luna dari Orion, itu adalah kekalahan telak Orion.
Akibat kelemahan dan kegagalannya menjaga Luna, Orion bersumpah akan merebut Luna kembali dengan tangannya sendiri.
Hari itu juga saat Aron membawa Luna, Orion langsung menyusun rencana dan membawa Zelya serta Gildez untuk pergi menyelamatkan Luna ke Barda.
"Kita akan mulai malam ini.'' Orion berkata tegas.
"Tapi pangeran, bagaimana kita akan melawan 5 penyihir murni itu? Sedangkan, hanya aku dan pangeran yang memiliki sihir murni.'' Zelya bertanya.
"Ehmm aku juga memiliki sihir murni, karena itu pangeran memanggilku.'' Kata Gildez membuka suara.
"Ha? Benarkah? Sejak kapan? A..aku tak tahu paman memilikinya. Kenapa bisa aku tak mengetahuinya?'' Zelya sangat kaget.
"Ehemm.. memangnya aku harus memamerkannya?'' Gildez tersenyum geli.
"Ah..ya benar. Paman kan memang selalu rendah diri.'' Zelya menyengir lebar.
"Jadi.. hanya kita bertiga? Setidaknya kita butuh satu orang lagi pangeran.'' Zelya melirik Orion yang melamun.
"Tunggu, aku ikut!'' Seseorang masuk keruangan tempat mereka berbincang.
"Dokter?'' seru Gildez dan Zelya bersamaan.
Sedangkan Orion menatap Leto tepat dimanik matanya.
"Paman, tak seharusnya..'' belum sempat Orion menyelesaikan kalimatnya Leto langsung memotongnya.
"Aku harus ikut! Luna itu putriku.'' katanya tegas.
Orion hanya diam dan mengangguk menyetujuinya.
Sementara itu Luna dikurung disebuah kamar yang dijaga ketat oleh prajurit-prajurit Barda yang diperintah oleh pangeran Aron.
Luna hanya duduk diam menundukkan kepalanya, berfikir keras bagaimana caranya agar ia bisa kabur dari ruangan ini.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu dan Luna langsung menatapnya kaget.
Luna memandangnya penuh kemarahan, andai waktu itu ia mempercayai Orion, hal ini pasti tak akan terjadi.
Tapi ini bukanlah waktunya untuk menyesali hal yang sudah terjadi, Orion pasti datang menyelamatkannya. Luna tahu bagaimana nekatnya sang kekasihnya itu.
Luna menatap datar orang itu dengan rasa kemarahan yang ia tahan didadanya.
"Jadi kau mata-mata ya.'' sindir Luna.
"Maafkan aku. Aku terpaksa.'' Katanya menyesal.
"Aku menyesal telah menolongmu... Rindo..'' kata Luna kesal.
"Maaf, aku terpaksa. Kakakku mengancam akan menyakiti ibuku, kalau aku tak melakukan perintahnya.'' Rindo menatap Luna takut-takut.
"Kakak? Maksudmu.. pangeran Aron?'' tanya Luna tak percaya.
"Ya, dia kakakku.'' Jawab Rindo.
"Oh.. begitu..'' Luna kemudian diam lagi.
"Bagaimana lukamu? Sudah membaik?'' Tanya Luna menatap lengan Rindo.
"Ah ya, berkat tabib Lea.'' katanya tersenyum tulus.
***
Brakkk!
Aron membuka pintu kamar Luna dengan kasarnya sehingga membuat Luna langsung menoleh ke arah suara.
Luna menatap datar ke arah Aron dengan poker facenya. Sebenarnya ia sangat takut dan menebak-nebak apa yang akan dilakukan Aron terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasy#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...