Chapter 41 - Kunjungan

34K 3K 117
                                    


"Jadi apa yang harus kita lakukan?'' Zelya putus asa.

Orion terus berpikir sampai-sampai tak menyadari kalau Indri sedari tadi terus memanggilnya.

"Orion! Dengar tidak!'' Jerit Indri kesal. Karena Orion masih juga tak menanggapi, ia berjalan kearahnya dan menendang kakinya gemas.

"Dengarkan aku, bodoh! Kau itu tuli atau bagaimana?!'' Indri membentak Orion yang kaget karena ditendang olehnya.

"He..hei.'' Zelya menariknya dari hadapan Orion. Tahu kalau pangerannya itu akan mengamuk. "Maafkan dia pangeran. Dia tak bermaksud begitu.'' Zelya langsung menahan tubuh kekasihnya agar menjauh dari Orion.

Orion menatap Indri kesal, ''Kenapa? Apa masalahmu?''

"Makanya, kalau orang ngomong itu dengerin!'' Indri semakin sewot, karena sebelumnya Orion mengabaikannya dan malah melamun.

Indri kembali duduk ditempatnya semula sambil memandang Orion. Lebih tepatnya memelototinya.
"Nenek, tak mengatakan apapun tentang orang-orang dunia bawah itu? Mereka pembunuh, agen rahasia, atau apa?''

"Tidak. Ia tak mengatakan apapun selain tentang Phantom.'' Jawabnya datar, ekspresinya kembali seperti biasa.

Indri mengerutkan dahinya kembali berpikir. Tak mungkin kalau nenek tak memberikan petunjuk apapun tentang mereka. Nenek kan pengurus dan pendiri DMO, ia tak mungkin seceroboh itu untuk tak memberikan petunjuk apapun. Ia pasti sudah memperkirakan hal ini, atau hal yang lebih buruk dari ini pasti akan terjadi. "Ia tak memberi kalian apapun? Informasi, barang.. atau apapun itu..''

Zelya menaikkan sebelah alisnya, sesaat kemudian teringat sesuatu dan merogoh sakunya. "Ini... ia memberikan kami kertas berisikan alamat markas pusat DMO.''

"Biar aku lihat.'' Indri merebut kertas itu dengan sekejap.

Ia menatap kertas itu lama, membolak-baliknya. Terus membaca ulang alamat yang tertulis di atasnya. Tapi ia tak menemukan petunjuk apapun.

"Kak..'' Ia menatap Zelya sambil menerawarang jauh, ''apakah mungkin jika kalian menggunakan sihir di kertas atau benda semacam ini? Misalnya akan muncul tulisan sihir setelah kertas ini dibakar? Atau apapun itu yang menyangkut sihir..''
Katanya menatap Zelya.

"Nggak. Nggak ada sihir semacam itu, tapi kami bisa menulis dikertas memakai sihir, dan tulisan itu tak akan bisa terbaca kalau berada di tempat penuh cahaya. Tulisannya hanya bisa terbaca ditempat yang benar-benar gelap.'' Zelya tak sadar apa yang ia bicarakan, tapi tidak dengan Indri, Orion, Kian, serta Alex.

Tapi detik berikutnya Zelya melotot kaget, baru sadar atas ucapannya. Kemudian ia berlari mematikan saklar lampu ruangan tersebut.

Kertas yang dipegang Indri kemudian bersinar terang memunculkan sederet tulisan berwarna ungu muda terang, warnanya sesuai dengan aura sihir sang pengguna.

"Ini dia!'' Teriak Indri bangga, berhasil menemukan sederet tulisan yang merupakan sebuah alamat.

"Ini mungkin tempat mereka berada! Kita bisa meminta bantuan mereka!'' Indri tersenyum lebar sambil melompat-lompat girang karena berhasil memecahkan masalah mereka.

"Apa yang kalian tunggu?! Ayo kita pergi ke alamat ini!'' Ia lalu menarik tangan Zelya. Disusul Orion, Kian dan Alex dibelakang mereka.

***

"Benar ini tempatnya?'' Indri mulai ragu melihat rumah yang super besar dihadapannya.
"Ini terlihat seperti rumah milik orang yang super kaya. Pejabat mungkin?''

"Tidak salah lagi. Alamatnya tertulis disini. Kita harus masuk.'' Orion langsung membuka pintu mobil dan berjalan ke arah pagar. Ia kemudian menekan bel yang berada di dekat pagar rumah itu.

Silver Moon (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang