Saat sampai dirumahnya, Luna langsung mandi, tubuhnya sudah menggigil kedinginan karena terlalu lama memakai pakaian basah.
Orion sudah berdiri menunggunya keluar dari pintu kamar mandi. Luna hanya diam menatap Orion menimbang-nimbang apa yang akan dikatakannya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
Orion berjalan mendekatinya dan merebut handuk yang ia pegang dan menggantikan Luna mengeringkan rambutnya. ''Keringkanlah dengan benar, nanti kamu bisa sakit.''
Luna meliriknya diam-diam, dan mendapati ekspresi khawatir diwajah suaminya.
Luna terkekeh kecil.
"Apa yang kamu tertawakan?'' tanyanya bingung.
"Wajahmu terlalu serius.'' Luna mencubit pipinya pelan. "Aku baik-baik aj..hacih..''
"Kamu nggak baik-baik aja.'' Orion mendengus kesal.
"Sudah kubilang kan.'' Luna tersenyum kecut, ada rasa kesal sedikit di nadanya berbicara. "Ini yang akan terjadi jika kamu membeberkan status hubungan kita. Ini belum seberapa, Rion. Ini masih awal.''
Orion menatap Luna dengan perasaan bersalah. "Maaf.'' Katanya lalu memeluk Luna dan menenggelamkan wajahnya diceruk leher isterinya mencium dalam-dalam aroma sabun yang menguar ditubuhnya.
"Permintaan maaf diterima.'' Luna tertawa. "Hah.. karena sudah terlanjur ketahuan, yaudahlah.. nasi udah menjadi bubur.'' Kata Luna membalas pelukan Orion.
"A..apa? Kamu mau bubur?'' Tanya Orion bingung sambil melepaskan pelukannya.
"Ck!'' Luna memukul pelan kepala Orion. "Bodoh!''
"Itu pribahasa, artinya sesuatu yang udah terjadi nggak akan bisa diubah lagi.'' Jelas Luna pada suaminya.
"Beritahu aku, siapa yang sudah melakukan ini padamu?'' Orion menatap Luna tajam.
Luna mengernyit heran. "Memangnya kalau kuberi tau kamu mau apa?''
"Tentu saja akan kubalas.'' Jawabnya tak ragu-ragu.
"Caranya?''
"Apakah mengeluarkannya dari kampus sudah cukup?'' Orion bertanya balik.
"Kamu jahat sekali.'' Luna mencubit hidung Orion gemas.
"Dia yang lebih jahat.'' Orion tersenyum, ''Walaupun ia keluar dari kampus ini, ia bisa kuliah ditempat lain, keluarganya kaya.''
"Memangnya kamu tahu siapa orangnya? Dan tunggu! Siapa yang bilang begitu?''
"Pasti Kinan kan? Wanita yang mengikutiku kemanapun aku pergi sewaktu OSPEK, dan Rini yang memberitahuku.''
"Jangan keterlaluan, ini hanya masalah sepele, ia hanya mengunciku dan menyiramku, itu saja.'' Luna membantahnya.
"Sepele katamu? Kamu bisa saja terkunci seharian kalau saja aku tak menggunakan sihirku untuk menemukanmu! Kamu bisa saja sakit karena ulahnya, dan lihat... sekarang saja kamu sudah mau flu.'' Orion meninggikan suaranya.
"O..oke oke.. kamu menang.'' Luna mengalah.
"Sekali lagi ia membuat masalah denganmu, aku bemar-benar akan melakukan apa yang aku katakan barusan.'' Katanya dengan serius.
"Baiklah, aku mengerti.'' Luna mengusap kepala Orion dan memperlakukannya seperti anak kecil. "Berhentilah marah-marah. Tersenyumlah, aku ingin melihat senyummu.''
Baru saja ia ingin tersenyum seperti yang Luna katakan, Luna kembali bersin berkali-kali, bukan wajah senyum yang terpampang melainkan wajah cemasnya yang sangat kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasy#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...