Setelah pesta itu Luna menjadi sorot perhatian orang-orang istana dan penduduk kerajaan.
Orion kadang menemaninya mengobrol saat ia sedang tak sibuk. Luna dan Orion kini semakin akrab dan dekat. Walaupun kadang mereka berperang mulut, mereka tetap mengetahui sisi baik dan buruk satu sama lain.
Setiap Luna keluar istana, Luna selalu mendapat sambutan hangat, tapi juga tak sedikit yang menatapnya tajam dan dingin. Terutama para putri bangsawan istana. Tak ada satu pun yang menegur Luna dengan ramah.
Luna juga tak terlalu memusingkan hal itu. Luna sudah cukup senang Elsy dan Ersy selalu menemaninya.
Ersy dan Elsy selalu menemani dan mengikutinya kemanapun Luna pergi, jadi Luna sama sekali tak khawatir.
"Ersy, mereka prajurit istana ini kan?'' Luna menunjuk ketempat latihan memanah para prjurit.
"Benar putri.'' Ersy tersenyum geli melihat Luna yang penasaran.
"Ersy! Ersy!'' Luna menarik tangan Ersy yang membuat Ersy agak kaget. "Ajarkan aku memanah seperti mereka!'' Luna tertawa lebar.
"Itu terlihat sangat seru!'' Luna sangat bersemangat, lalu menyeret Elsy dan Ersy agar mengikutinya.
"Tapi putri...'' Ersy ragu. "Ini hanya untuk prajurit. Putri tak perlu mempelajarinya selama aku disisimu.''
"Aku tahu, aku percaya padamu. Tapi aku benar-benar ingin mempelajarinya, itu terlihat mengasyikkan!'' Luna kembali melihat par prjurit yang sedang latihan memanah target.
Ersy menghela napas dan menyerah pada sikap Luna yang keras kepala.
"Baiklah putri, aku akan mengajarkanmu. Tapi dengan satu syarat.'' Ersy membujuk Luna.
"Apa syaratnya?'' Luna mengernyit heran.
"Putri tak boleh terluka atau tergores sedikitpun, kalau sampai itu terjadi putri harus menanggung akibatnya kalau Pangeran Orion marah.'' Ersy memperingati.
"Oke.'' Luna menyanggupi syarat Ersy.
Ersy menghela napas berat.
Elsy hanya terkikik geli melihat perdebatan kakak kembarnya dengan Luna.
Ersy kemudian mengjarkan Lun dasar-dasar memanah dan Ersy juga mempraktekannya langsung dihadapan luna.
Banyak prajurit kerajaan yang sedang latihan menatap mereka dengan penasaran.
Bahkan pemimpin mereka pun juga ikut penasaran dan terus melirik ke arah Luna, Ersy dan Elsy.
Luna mengikuti gerakan dan posisi tubuh Ersy dengan cermat dan hati-hati. Lalu Luna membidik dan memfokuskan matanya pada satu titik.
Ah ternyata ini tak berbeda jauh dengan game yang biasa aku mainkan di laptop. Pikir Luna senang.
Tapi memang Luna sedikit gugup yang membuat tangannya bergetar ketika membidik.
Luna menarik napas sejenak untuk menenangkan dirinya dari rasa gugup, lalu langsung menembakkan panahnya.
Slappp!
Suasana yang tadinya ramai seketika menjadi sunyi.
Eh? Kenapa sepi?
Luna menoleh ke kanan dan kirinya. Ternyata semua orang menampilkan wajah terkejut dan tak bersuara sama sekali.
"Putri! Kau hebat sekali!'' Elsy berteriak girang memecah keheningan yang mencekik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasy#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...