"Zen!'' Dengan panik Glenn menghampirinya.
"Ada apa?''
"Lihat ini! Dia..orang itu. Sekarang ia bergabung dengan Lili dan menjadi tangan kanannya.'' Glenn menunjuk foto seseorang di layar macbook miliknya.
Zen tiba-tiba menutup macbook didepannya dengan panik. Ia lalu berteriak marah pada Glenn, ''Apa yang kau lakukan!'' Bentaknya kalap.
Zen baru sadar kalau ia berteriak,''Maaf.'' katanya menatap Indri tak enak. Ia lalu menatap Sasi sekilas sebelum meninggalkan ruangan bersama Glenn.
"Apa yang kau lakukan?! Kau sudah gila?!'' Zen menarik Glenn marah dari ruangan itu hingga mereka berada dilorong utama ruang bawah tanah.
"Bagaimana kalau tadi Sasi melihatnya, hah! Memangnya kau mau tanggung jawab kalau sampai terjadi sesuatu padanya?!'' Amarahnya menggelegar dikoridor, membuat Orion, Zelya, Alex, Kian, Dev, Jerry, serta El ikut keluar menghampiri.
Untunglah El langsung berinisiatif untuk melarang kaum perempuan ikut campur. Ia menyuruh Merry, Sasi dan Indri untuk tetap berada didalam."Kau itu pintar Glenn! Pakai otakmu! IQ mu yang tertinggi disini!'' Zen menarik kerah baju Glenn dengan kasar.
"Hei, hei. Tenanglah sedikit. Ada apa sebenarnya?'' El menarik Zen menjauh dari Glenn.
"Maaf, aku tak sengaja.'' Glenn menghela napas pasrah.
"Aku minta maaf.''Zen mengusap kasar wajahnya. Ia benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Ia lalu berbalik dan berjalan mendekati tembok yang ada dibelakangnya, kemudian menghantamkan kepalanya dengan kuat.
"Di..dia gila ya? Pasti itu sangat sakit.'' Ringis Alex berbisik-bisik pada Kian.
"Maaf, aku kelepasan.'' Zen kembali tenang dan menatap Glenn seperti biasa.
"Kita lanjutkan?'' Jerry menepuk kedua bahu sahabatnya, Zen dan Glenn. "Ayo.'' Katanya sambil mendorong punggung mereka berdua kembali kedalam ruangan untuk melanjutkan rencana mereka.
"Tunggu kak!'' Sebelum masuk kembali kedalam ruangan, Zen menarik lengan Orion.
"Kenapa?'' Orion bertanya.
"Tolong buat Sasi tertidur, kau bisa melakukannya kan?'' Bisik Zen pelan.
Orion sebenarnya penasaran kenapa anak itu meminta hal ini, tapi ia hanya menyanggupinya saja dan mengangguk, ''Serahkan padaku.''
"Sasi.'' Panggil Zen, kemudian menghampirinya bersama Orion.
"Iya? Kenapa kak?'' Ia terlihat bingung.
"Maafkan aku.'' Orion mengulurkan tangannya menyentuh kepalanya.
"Apa yang..'' belum sempat Sasi menyelesaikan perkataannya, ia langsung tak sadarkan diri dan hampir aja jatuh kalau Zen tak langsung menangkapnya.
"Nii-san! Apa yang kau lakukan?!'' Merry berteriak marah saat Zen mengangkat tubuh Sasi keatas sofa.
"Tenanglah, ia hanya tertidur. Kau berisik sekali.'' Keluh Zen kesal.
"Itu hanya sihir penidur.'' Orion menjelaskan, ''Sama sekali tak berbahaya.''
"Kita lanjutkan ya.'' El menyambungkan macbook Glenn ke LCD diruangan itu sehingga semua orang menatap kearah layar.
"Kalian lihat laki-laki ini.'' Zen menunjuk ke arah layar. "Dulu, ia adalah pembunuh bayaran yang disewa orang tua angkat Sasi untuk mencarinya. Beberapa bulan yamg lalu juga ia berhasil masuk ke rumah ini, tapi untunglah ia tak berhasil menemukan Sasi.''
Zen berdiri dan menundukkan sedikit kepalanya, ''Maafkan aku karena telah membuat keributan sebelumnya. Aku tak ingin sampai Sasi melihat wajah orang ini. Ia bisa kembali mengingat traumanya jika melihat orang ini, bahkan bisa membahayakan nyawanya.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Moon (END)
Fantasía#1 in Fantasy (12-03-2017) Sebuah cermin menuntun seorang gadis bernama Luna ke dunia penuh keajaiban. Di sana, pangeran berambut perak yang terlahir di bulan perak telah menunggu sekian lamanya untuk membawanya pada takdir berbahaya. Orion, itulah...